Mulia Sembiring (Depok), Hari Minggu malam [25/11], sebenarnya sudah sebegitu lelahnya Pak Pendeta ini karena sudah mengikuti kegiatan sejak hari Jumat siang [23/11] dalam rangkaian perayaan HUT ke 30 GBKP Depok-DeLa.
Setelah dijemput oleh panitia Pt. Zetsplayers Tarigan dan Pt. Amos Tarigan di Bandara Soeta, Ketua Umum Moderamen GBKP Pdt. M.P. Barus MTh beristirahat sebentar di rumah kediaman Ketua BP Runggun GBKP DeLa, Pt. Kol. Alexander Kaliaga Gintings SpP,FCCP. Sore harinya, beliau sudah harus mengisi acara Presentasi dan Ceramah dalam rangkaian acara HUT GBKP Depok-LA. Dilanjutkan kegiatan-kegiatan berikutnya Sabtu [24/11] hingga Minggu sore lagi [25/11].
Sebenarnya, sebelum acara puncak usai di hari Minggu ini, Pak Pendeta sudah “disandera” oleh sahabatnya yang sudah lama tinggal di Depok, yakni Kabid Diakonia Runggun Depok Dk. DR. Firmanta Sebayang. Mereka ini pernah sama-sama satu gereja di Binjai Langkat, sewaktu Pdt. M.P. Barus bertugas di sana. Ya, seperti reunian lah. Akhirnya. Pt. Amos Tarigan dan saya terpaksa mengalah dan menunggu kepulangan Pak Pendeta dari makan malam bersama sahabat lamanya.
Sekitar Pkl. 20.00 Wib, kami sudah mulai ngobrol dengan beliau didampingi Nora pendeta. Tak lupa sebelum pembicaraan, saya sampaikan salam dari bang Juara Ginting. Pendeta ini langsung terbahak-bahak dan berapi-api tanya dan cerita pengalaman beliau bersama bang Juara di Belanda dan Jerman. Tak memyangka sedikitpun akan ada orang yang menyampaikan salam dari Juara Ginting. Ini kan kota Depok, sedangkan setahunya Juara Ginting ada di Negeri Belanda. Setelah saya jelaskan baru Pak Pendeta bisa memahami.
Dari Judi ke Narkoba dan HIV Aids
Diantara menahan ngantuk, letih, lelah dan masih ingin meneruskan obrolan, kami lanjutkan ke pembicaraan yang santai tapi “hangat” sehingga semua rasa lelah dan kantuk hilang. Apalagi kami membuka pembicaraan tentang pengalaman dan pelayanannya di Moderamen GBKP atau di luar negeri. Kami mendiskusikan masalah perjalanan kegiatan persekutuan Mamre, PJJ, efek judi, Narkoba sampai HIV Aids yang sedang berlangsung di Tanah Karo. Karena kelihatannya belakangan ini cenderung sangat negatif. Saya ceritakan realita perpulungen Mamre di kampung halaman saya. Sudah 2 tahun ini kegiatan PA Mamre tidak terlaksana. Bahkan serayan/ pelayannya sendiri pun tidak berMamre.
Beliau iyakan dan tidak terkejut, karena memang di Tanah Karo memang merata begitu. Tak kurang pentingnya, masalah HIV Aids. Kenyataannya, orang Karo mengidap virus ini paling tinggi di Sumut. Judi juga sama, sangat tinggi kasus judi di Tanah Karo. Saya ceritakan, di beberapa grup facebook sudah berulang kali foto kegiatan ini diexpose oleh anggotanya. Tujuannya agar Pemkab Karo dan GBKP melihat dan mencari solusi penurunan kegiatan ini.
Banyak kesan dan pesan kami kepada ketum Moderamen ini, yang bertujuan meningkatkan perbaikan karakter berbangsa dan meningkatkan penurunan penyakit masyarakat. Kami tidak ada rasa sungkan sedikit pun berbicara dengannya karena beliau sangat supel dan terbuka kepada kami. Tidak bermaksud mengkritik dll, tapi memang kenyataan negatif ini terjadi dimana pusat GBKP berdiri. Beliau juga sangat sedih kalau mendengar jemaatnya berlaku tidak patuh terhadap aturan-aturan pemerintah dan ajaran gereja.
College by Television
Di topik berikutnya Pt. Amos Tarigan memaparkan keinginannya mendirikan kegiatan pendidikan berbiaya murah dan terjangkau ke pelosok-pelosok melalui kuliah lewat televisi yang didukung oleh PT. Telkom melalui Telkomvision. Karena beliau memang seorang pejabat di PT Telkomvision yang bergerak di usaha broadcast. Hak paten program ini sudah dikeluarkan pemerintah atas nama beliau. Jadi, sekarang sudah pada tahap proses finalisasi dan pengumpulan modal. Di angan-angan Pak Tarigan ini adalah bagaimana masyarakat Karo dapat menikmati program ini. Tidak ada hambatan walau tinggal di daerah terpencil jauh dari pusat kota. Bahkan, dengan alasan kurang danapun bisa mendapat solusi dari program ini.
Statistik menunjukkan hampir 200 ribuan tiap tahun lulusan SMA sederajat tidak dapat melanjutkan kuliah dengan berbagai alasan, terutama alasan ekonomi. Saya dan banyak orang mungkin tidak membayangkan dengan membayar uang kuliah sekitar Rp.500.000 – 750.000 per semester tanpa uang gedung kita dapat kuliah dan pada saatnya jadi sarjana yang berkwalitas. Selain itu, Amos Tarigan menginginkan dari keuntungan menyelenggarakan sekolah ini GBKP, secara umum juga menikmatinya. Tujuannya meningkatkan kesejahteraan para pelayannya. Mungkin dengan berperan dalam penanaman modal awal program ini.
Sungguh mulia harapan beliau ini. Hal ini dipaparkan secara singkat kepada Ketum Moderamen GBKP dengan harapan agar sepulangnya dari Kota Depok Pak Pendeta dapat mendiskusikannya dengan para Kabid khususnya yang menangani pendidikan, mungkin dengan YPK. Pak Pendeta sangat positif menanggapi paparan ini. Dia berjanji segera berkomunikasi dengan jajaran petinggi Moderamen GBKP. Sebenarnya, kalau tidak karena sudah larut malam dan kondisi pendeta dan kami sudah lelah, mungkin 2 hari lagi juga kami sanggup berdiskusi.
Keesokan harinya Pdt. M.P. Barus akan melanjutkan pelayanan ke Batam. Akhirnya, kami akhiri percakapan dengan ditutup doa oleh pendeta. Beliau mendoakan secara syafaat pergumulan di daerah pelayanan GBKP keseluruhan, dan rencana program kuliah by tv bisa berjalan sesuai rencana dan pergumulan beberapa runggun yang tidak menyelenggarakan kegiatan gerejani khususnya PA Mamre di Desa Kidupen. Amin. Waktu menunjukkan Pkl. 21.50 wib.
sumber : sorasirulo