CERITA WAHYANA, GURU SMP YANG JADI WASIT OLIMPIADE TOKYO 2020

KOMPAS.com – Ternyata ada satu sosok penting di balik Pertandingan Olimpiade Tokyo 2020 cabang olahraga bulutangkis.

Siapa sosok itu? Sosok tersebut, adalah wasit utama laga puncak badminton tunggal putri yang berasal dari Indonesia. Namanya Wahyana.

Pria yang berprofesi sebagai guru olahraga di SMPN 4 Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta ini telah malang melintang sebagai pengatur jalannya pertandingan tepok bulu. Namun, siapa sangka pria yang juga menjabat wakil kepala sekolah itu bisa menduduki kursi wasit di partai final bulutangkis Olimpiade Tokyo.

Saat dihubungi, pria yang berusia 53 tahun ini ternyata sudah malang melintang menjadi wasit internasional. Dari 36 wasit yang ada, 11 orang di antaranya berasal dari Benua Asia.

“Alhamdulillah, saya merupakan satu-satunya dari Indonesia yang dipercaya untuk memimpin jalannya pertandingan tim tunggal putri dalam memperebutkan medali emas. Tentu ada sebuah kebanggaan tersendiri, sebab dalam final itu hanya dicari wasit terbaik dari seluruh yang ada,” ucap Wahyana yang juga warga Sidomulyo, Kapanewon Godean, Kabupaten Sleman Yogyakarta ini.

Pria lulusan Fakultas Olahraga di IKIP Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini memang sejak dulu menggemari olahraga. Tetapi sebelum terjun ke bulutangkis, Wahyana menekuni cabang olahraga voli, bahkan menjadi anggota tim voli DIY.

Namun karena cedera engkel, dirinya memilih untuk berhenti. “Karena berhenti beberapa saat, tidak olahraga kemudian kok badannya tambah gemuk. Habis jadi atlet kan kalau enggak olahraga gemuk. Nah, teman-teman mengajak untuk gerak, ngajak badminton. Ceritanya begitu,” Bebernya.

Sejak itulah, ia memilih bulutangkis, bukan menjadi pemain bulutangkis melainkan sebagai wasit. Awalnya, Wahyana menjadi hakim garis dari tahun 1998 sampai 2000 di berbagai turnamen. “Kemudian, mengikuti ujian kompetensi di tingkat DIY dan saya kembangkan lagi di tingkat nasional dan Asia,” Ujarnya.

Di tingkat nasional, ia mendapat capaian terbaik dan dikirim untuk A mengikuti Asia Accreditation di Kuala Lumpur pada tahun 2006 silam. Kemudian, Wahyana melanjutkan kariernya di Asia Certification di Johor, Malaysia. Wahyana juga mengikuti BWF Accreditation dan mendapatkan sertifikasi atau lisensi tertinggi pada tahun 2016 lalu.

“Saya mendapatkan sertifikat juga tidak mudah. Karena sejak di tingkat Kabupaten ujian, provinsi ujian, tingkat nasional ujian, tingkat Asia juga ujian. Kemudian tingkat tertinggi dunia,” tambahnya.

Berbagai kejuaraan yang ia pimpin kini mulai dari SEA Games, Asean Games, Kejuaraan Dunia, Paralimpic, Piala Sudirman, Piala Thomas atau Uber, World Tour Finals dan lainnya. Total sudah ada 77 negara yang disinggahinya sebagai wasit pertandingan.

Disinggung memimpin pertandingan saat pandemi, Wahyana mengatakan tentu ada perbedaan yang signifikan. Saat ini, dirinya tidak bisa pergi secara bebas untuk beristirahat atau melepas kejenuhan keluar hotel. Sejak 24 Juli sampai 1 Agustus 2021 rata-rata 2 sampai 4 pertandingan dia pimpin.

“Ya jelas berbeda, biasanya ramai penonton. Saat pandemi seperti saat ini boleh dikatakan kita kayak orang karantina ya. Masuk hotel tidak boleh keluar hotel. Masuk stadion, enggak boleh ke mana-mana, jadi hanya stadion hotel terus,” ucap Wahyana.

Meski olimpiade menjadi puncak kariernya, namun ada salah satu yang cukup berkesan selama memimpin pertandingan, saat pertemuan legenda Lee Chong Wei asal Malaysia dan Lin Dan asal Cina.

Sebagai musuh abadi dalam pertandingan, keduanya selalu menampilkan pertandingan seru. Selain itu, pengalaman berkesan juga ia rasakan saat memimpin final Uber dan Thomas Cup.

Untuk tahun ini, masih ada tiga pertandingan internasional yakni Indonesia Master, Indonesia Open Super Tour 1000, dan BWF Final Tour yang akan dihelat akhir November-awal Desember 2021 mendatang di Bali. Dia sebenarnya masih memiliki 1 pertandingan di Spanyol tetapi dibatalkan karena tidak mungkin mengurus visa dalam waktu singkat.

Terkait regenerasi wasit internasional, ia mengatakan sebetulnya minat untuk menjadi wasit muda sudah mulai banyak. Namun, ada kendala yang dihadapi yaitu saat para wasit ini tidak bisa berbahasa inggris. Sehingga banyak yang belum bisa sampai ujian kompetensi internasional.

“Banyak sebenarnya yang minat tapi bahasa menjadi kendalanya. Saat ini kami merekrut yang memiliki basic bahasa Inggris dulu,” ucap Wahyana.

Terkait pemain, ia mengatakan tidak semua pemain bisa bahasa inggris tetapi apabila tidak jelas bisa menggunakan gesture. “Jadi gerakan tubuh, memakai tangan, memberikan sinyal yang dimau seperti ini,” kata dia.

Saat ditanya siapa saja pemain yang menurutnya handal, ia sempat menyebut beberapa nama. “Kalau dari Indonesia, saya masih memfavoritkan Taufik Hidayat dan Ganda Putra Rexi Mainaki dan Ricky Subagya,” Ujarnya.

Disinggung mengenai pemain bulutangkis Indonesia saat ini, Wahyana mengakui banyak stok pemain. Namun, meski memiliki potensi bagus, harus diasah untuk mentalnya. “Kalau menurut saya faktor mental, harus betul dibina. Karena sebagus apapun pemain kalau mentalnya tidak jadi ya percuma,” ucap Wahyana.
sumber: kompas

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *