BEBAN DAN RISIKO PARA DOKTER YANG KINI TERLAMPAU BERAT

Merdeka.com – Guru Besar Pulmonologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. dr. Menaldi Rasmin menilai, kondisi tenaga kesehatan hari ini cukup berat. Lonjakan kasus Covid-19 berimbas pada beban para tenaga kesehatan.

“Buat saya ini sebuah pukulan yang besar, berat, bagi dunia profesi kedokteran. Sekarang persoalannya ada apa? Beban pekerjaan ini sudah terlampau berat ditanggung dokter. Terlampau banyak orang yang datang ke rumah sakit dan sudah dalam keadaan yang berat-berat,” ujar dia dalam diskusi media via daring yang digelar PB IDI, Minggu (18/7). Seperti dilansir Antara.

Dia memberikan rekomendasi agar dokter tidak menanggung beban pekerjaan berat di masa pandemi. Salah satunya, PB IDI perlu membebaskan dokter puskesmas dari kewajiban merawat pasien Covid-19 atau pasien lain. Mereka bisa ditugaskan menjadi manajer kesehatan yang mengatur edukasi dan promosi kesehatan. Serta bertanggung jawab atas vaksinasi (bukan sebagai vaksinator). Dokter bisa sebagai manajer wilayah untuk menjaga kondisi kesehatan tetapi tidak perlu menjadi korban penyakit.

“Bukan mau lari dari penyakit, dokter tetap ada di sana untuk mengendalikan penyakit dan menjaga masyarakat supaya tidak sakit. Tetapi kalau dokter (di puskesmas) menjadi pelaku langsung, berhadapan langsung dengan penyakit, maka dokter berhadapan dengan risiko ikut sakit. Padahal dokter mungkin hanya 4 di puskesmas,” kata Menaldi.

Soal isolasi mandiri, keputusan harus berdasarkan penilaian dokter. Hal ini agar kerja dokter terukur. Dia khawatir jika ada pasien isolasi mandiri atas pilihan pribadi, tiba-tiba datang tengah malam dalam kondisi berat. Padahal dokter yang jaga malam terbatas jumlahnya.

“Lalu dia bertumpahan ke dalam ruangan, dokter bekerja sepanjang hari dengan baju yang terkurung, tidak minum, makan, tidak bisa ke belakang karena bajunya sulit dilepas. Apa yang terjadi, dokternya sakit, ada yang meninggal dunia,” kata dia.

Terkait kasus Covid-19 yang masih terjadi, Menaldi mengingatkan masyarakat pentingnya dua cara pencegahan agar tak ada lagi kasus baru yang terjadi dengan menjaga kesehatan diri dan vaksinasi. Menjaga kesehatan diri meliputi penerapan protokol kesehatan 5M (menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, membatasi mobilisasi dan menghindari kerumunan) dan melakukan gaya hidup sehat.

Menaldi melihat data Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), per 17 Juli 2021 mencatat sebanyak 545 orang dokter di tanah air yang meninggal dunia.

“Saya kira ini bukan banyak tetapi ini terlalu banyak. karena satu orang dokter meninggal tidak bisa dilihat dari angka. Sebanyak 108 orang dokter meninggal tidak bisa dilihat dari persentase. Setiap jiwa dokter yang meninggal itu berarti negara kehilangan aset utama dalam sistem ketahanan kesehatan nasional,” tutur Menaldi. [noe]
sumber: merdeka

This entry was posted in Berita, Informasi Kesehatan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *