KETIKA AIR MULAI MENGUKIR

(Keajaiban Gua Patu Rizal, Bahorok)
Selasa, 13 Januari 2009 | 09:02:56
by. Tikwan Raya Siregar

Air adalah keajaiban. Tapi ini tidak berlaku bagi air yang mengalir lewat pipa-pipa kecil ke rumah Anda. Kita sedang bicara tentang tetesan-tetesan berumur puluhan ribu tahun di Gua Patu Rizal, bumi Bahorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara Indonesia

Di dalam gua ini, air seperti melakukan pameran tunggal dengan memperlihatkan karya seni alam yang membuat kita harus terpekur pada Penciptanya. Air yang terlihat lemah, mengalir bersama baling-baling waktu secara konstan dan setia dalam ukuran waktu bumi yang susah ditebak. Tidak seorang pengukir pun bisa menyamai ornamen-ornamen gua yang terbentuk oleh kehendak gravitasi, mineral, air, dan waktu itu.

Dari atas, air membawa mineral bumi sedikit demi sedikit, sehingga membentuk satu kerucut yang lazim disebut stalaktit. Sedangkan dari bagian bawah, mineral yang jatuh juga menyusun diri membentuk kerucut ke bagian atas (stalakmit). Kedua kerucut ini, pada waktunya akan tersambung mengikuti garis jatuh air. Tapi proses itu membutuhkan waktu sangat lama.

Dalam Gua Patu Rizal, usia stalaktit dan stalakmit sangat bervariasi. Hal itu dapat dilihat dari tingkat “kematangan” masing-masing mineral yang menjelma menjadi ornamen-ornamen gua.

Gua ini terletak sekitar 75 km dari kota Medan, dan masih termasuk dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang mengiris wilayah Kecamatan Bahorok, Langkat. Gua Patu Rizal memiliki panjang sekitar 250 meter, tinggi 100 meter, dan tidak gampang melaluinya. Kadang para pecinta wisata alam harus merayap, mengendap dan basah, untuk dapat menikmati semua detail gua. Anda sendiri disarankan memakai peralatan jelajah yang standar bila tak ingin gagal atau cedera.

Selain stalaktit dan stalakmit, ornamen batu lain yang tak kalah indahnya adalah curtain (batu pipih), raim stone (batu menyerupai petak sawah), flow stone (bentuk batu yang menyerupai air terjun), coloum (pilar), dan couli flower (bentuk batu menyerupai batu karang). Selain pengunjung, spesies lain yang mendiami gua adalah kelelawar, jangkrik, laba-laba, walet, dan kalajengking.

Cara terbaik untuk menikmati kehidupan perut bumi ini adalah mengunjunginya langsung. Nikmatilah sebuah perjalanan fisik dan spritual sekaligus.

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *