Semakin banyak pelancong mengunjungi lokasi syuting serial favorit mereka, walau kenyatakan tak seindah adegan di layar kaca.
Semakin banyak pelancong mengunjungi lokasi syuting serial favorit mereka, walau kenyataan tak seindah adegan di layar kaca.
Ketika dua musim serial The White Lotus dirilis, pencarian lokasi syuting pemenang Emmy Awards itu di dunia maya langsung melonjak lebih dari 300%, merujuk data Expedia.
Pencarian untuk Richmond, London, juga melesat 160% setelah daerah itu menjadi lokasi syuting serial Ted Lasso.
Fenomena ini dikenal dengan sebutan “set-jetting”, ketika para pelancong mengunjungi lokasi syuting serial atau film populer.
Tren ini meningkat dalam beberapa tahun belakangan.
Expedia sampai-sampai menobatkan set-jetting sebagai salah satu tren perjalanan paling top sepanjang 2024.
Namun, kenyataan di lapangan kerap kali tak seperti yang digambarkan di layar kaca.
Saat serial Emily in Paris dirilis, misalnya, banyak orang langsung mengunjungi lokasi syutingnya di Paris.
Namun, banyak dari mereka kecewa karena ternyata, kota itu tak selalu dipenuhi dengan orang-orang berbusana menarik dan pria-pria menawan.
“Seperti kota pada umumnya, [di Paris] masih banyak plastik sampah, tikus,” ujar penyanyi yang tinggal di London dan Paris, Afua Danso, kepada BBC.
Paris sering dianggap sebagai tempat romantis, tapi tidak bagi sebagian penduduk lokal.
“Sejujurnya, [saya rasa] banyak orang Paris terganggu dengan turis karena seperti, ‘Ya, Tuhan. Kalian punya khayalan romantis tentang kota kami, tapi kami muak dengan kota ini, dan kami juga muak dengan kalian.”
Lokasi lain yang kerap kali memenuhi imajinasi penonton adalah New York City.
Penggemar serial seperti Sex in the City acap kali membayangkan kota itu sebagai tempat yang glamor.
Film dan serial memang sering menyoroti gaya hidup mewah di New York, dan menggambarkan betapa umum bagi masyarakat biasa untuk tinggal di apartemen luas yang menghadap ke Central Park.
Kenyataannya, ukuran apartemen luas seperti yang digambarkan di serial-serial itu justru sering menjadi bahan lelucon bagi warga setempat.
“Apartemen pertama saya terletak di 30th Street dan 8th Avenue, tepat di sebelah Penn Station. Apartemen itu hanya seukuran kamar mandi saya yang sekarang,” kata Taylor DeNapoli, seorang penari di Amerika Serikat.
“Bisa dikatakan, apartemen-apartemen yang kalian lihat di TV hanya dibuat untuk set syuting.”
Serupa, Italia juga sering kali digambarkan sebagai negara yang penuh dengan makanan lezat, kota-kota unik, dan orang-orang menawan.
Banyak film dan serial, seperti drama Netflix bertajuk From Scratch, menimbulkan kesan bahwa Florence adalah tempat yang sempurna untuk jatuh cinta.
Sementara itu, film klasik Under the Tuscan Sun membuat banyak penonton ingin merenovasi vila terlantar di Italia.
“Kenyataannya, Italia adalah tempat yang indah, rumit, dan membuat frustrasi,” ucap Kathy McCabe, pembawa acara Dream of Italy yang ditayangkan di PBS.
Kebanyakan apartemen di New York tak seperti yang digambarkan di film atau serial.
Namun faktanya, kata McCabe, birokrasi untuk mengurus perizinan renovasi di Italia sangat lama.
“Birokrasi di sini sering dianggap sebagai stereotipe semata, tapi memang itu kenyataannya. Sangat sulit mengurus sesuatu di Italia,” tutur McCabe.
“Film-film kadang mengesankan mengurus renovasi semacam itu romantis, tapi merenovasi satu rumah tua di sini dapat memakan waktu tiga, empat, atau lima kali lebih lama dan jauh lebih mahal.”
Serial Fleabag mungkin salah satu tayangan yang benar-benar bisa menggambarkan kehidupan sebenarnya di sebuah kota, yaitu di London.
Namun, selera humor karakter di serial itu justru sering membuat penduduk London sakit hati.
“Secara umum, London lebih nyaman,” kata Danso.
Walau kenyataan memang tak seindah gambaran di layar lebar, para pengunjung tetap menganggap tempat-tempat itu layak dikunjungi.
“New York memang bisa glamor di satu blok, kemudian sampah dan kumuh di blok selanjutnya,” tutur DeNapoli.
“Itulah yang membuat [New York] spesial bagi saya. Besar atau kecil [apartemennya], kota ini akan selalu punya tempat spesial di hati saya.”
Meski memang gambaran satu destinasi di layar kaca dapat membuat orang ingin berkunjung, citra itu seharusnya tak dijadikan rujukan kenyataan.
Nyatanya, kebanyakan penggambaran itu justru menunjukkan betapa orang seharusnya tidak menikmati satu tempat dengan cara hanya berkunjung.
Contohnya, ketimbang menghabiskan waktu di tempat-tempat penginapan, para penggemar dua musim The White Lotus bisa mendapatkan pemahaman mendalam mengenai budaya Hawaii dan Italia dengan bertemu masyarakat lokal.
Pada akhirnya, menghabiskan waktu dengan mencari pengalaman-pengalaman lokal dan menghapus ekspektasi terkait serial tertentu dapat memberikan kenangan set-jetting yang lebih baik.
Versi bahasa Inggris artikel ini dengan judul ‘Set-jetting’: How on-screen locations are becoming travel destinations dapat Anda baca di BBC Travel.
sumber: bbc