KETIKA KONTINGEN ISRAEL MERAIH MEDALI PERTAMANYA DI OLIMPIADE PARIS 2024

TEMPO.CO, Jakarta – Inbar Lanir menjadi penyumbang medali pertama bagi Israel di Olimpiade Paris 2024. Atlet judo itu merebut perak di kategori bawah 78 kg, Kamis, 1 Agustus.

Inbar Lani membawa senyum kepada ratusan penggemar Israel yang hadir di Arena Champs de Mars. Ia juga membuat suporter bersorak dan melambaikan bendera.

Para atlet Israel tampil di Olimpiade 2024 di tengah desakan agar mereka dicoret. Mereka juga mendapat ancaman, terutama lewat media sosial. Konflik di Gaza menjadi penyebabnya.

Konflik itu telah menewaskan sedikitnya 39.400 warga Palestina sejak Israel melancarkan serangan terhadap Hamas, sebagai respons atas serangan 7 Oktober di Israel selatan. Konflik ini telah menjadikan delegasi Israel di Paris 2024 menjadi pusat perhatian.

Namun, pada Kamis, Inbar Lanir, juara dunia 2023, membuat penggemar melupakan semua itu. Atlet Israel lain, Peter Paltchik, menambah lebar senyum para penggemar itu di hari sama setelah menyumbang perunggu dalam kategori di bawah 100 kg putra.

Di Arena Champs de Mars itu, penggemar Israel mendominasi. Mereka bersemangat melambaikan bendera dan berteriak mendukung pahlawan mereka. Beberapa menunjukkan bahwa politik masih belum sepenuhnya lepas, dengan mengenakan kaus kuning, simbol dukungan bagi sekitar 120 sandera Israel yang masih ditawan di Gaza.

Inbar Lanir mengaku terpacu oleh aksi penggemar. “Saya bisa mendengar para penonton, para penonton Israel sepanjang hari,” kata Lanir, yang gagal meraih emas karena kalah dari atlet Italia Alice Bellandi.

“Negara ini adalah hal terpenting di hati saya. Dan saya harap saya bisa membuat mereka sedikit lebih bahagia hari ini,” kata Lanir lagi.

Bagi Paltchik yang lahir di Ukraina, medali perunggu itu mungkin lebih mengharukan. Ia dituduh mendukung penggunaan bom di Gaza, sesuatu yang dibantah keras oleh Komite Olimpiade Israel dan dikatakan sebagai “kampanye pencemaran nama baik”.

Setelah mengamankan perunggunya, Paltchik menolak berbicara tentang insiden tersebut. “Saya tidak ingin masuk ke dalamnya, saya ingin menghormati podium, nilai-nilai Olimpiade, hati saya tertuju pada semua sandera, hati saya tertuju pada semua orang,” kata Paltchik.

Medali Paltchik mungkin lebih berkesan bagi pelatihnya, Shay-Oren Smadja, yang memenangkan perunggu di Olimpiade Barcelona 1992. Putranya, Omer, terbunuh di Gaza pada bulan Juni.

“Bagi saya sangat penting untuk berada di sini, untuk memberikan semangat kepada para atlet, karena kami telah bekerja keras setiap hari selama empat tahun untuk momen ini dan saya bertanya kepada istri dan anak-anak saya apakah saya boleh berada di sini,” kata Smadja.

“Kami bangga dengan negara kami, kami mencintai negara kami, kami ingin memenangkan perang karena apa yang terjadi pada 7 Oktober sangat menyedihkan, saya pikir orang-orang di dunia tidak memahaminya.”

Dengan satu perak dan satu perunggu, Israel kini menempati posisi ke-35 –bersama lima negara lain– dalam klasemen perolehan medali Olimpiade Paris 2024.
sumber: tempo

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.