SEPERTI JOE BIDEN, PRESIDEN LYNDON B JOHNSON JUGA MUNDUR DARI PENCALONAN PRESIDEN AS 50 TAHUN SILAM

TEMPO.CO, Jakarta – Kandidat presiden inkumben dari Partai Demokrat, Joe Biden, menyatakan mundur dari pencalonan Presiden Amerika Serikat di tengah desakan berbagai pihak. Biden menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) kedua yang mundur dari pencalonan kembali setelah Lyndon B Johnson pada Maret 1968.

“Rekan-rekan Demokrat, saya telah memutuskan untuk tidak menerima nominasi tersebut dan memfokuskan seluruh energi saya pada tugas saya sebagai Presiden selama sisa masa jabatan saya,” tulis Joe Biden di platform media sosial X pada Minggu, 21 Juli 2024.

Desakan mundur terhadap Biden merebak setelah dirinya tampil buruk dalam debat pertama calon presiden dengan Donald Trump. Dia acap salah menyebut data dan kesulitan menyampaikan gagasannya.

Setelah mundur, Biden menyokong pendampingnya, Wakil Presiden AS Kamala Harris, maju menggantikan dirinya. “Hari ini saya ingin memberikan dukungan dan sokongan penuh saya agar Kamala menjadi calon dari partai kita tahun ini,” kata Biden.

Berbeda dengan Biden yang mundur karena desakan, Presiden Lyndon B Johnson, disingkat LBJ, urung mengikuti kontestasi pemilihan kepala negara AS pada 50 tahun silam lantaran kehilangan kepercayaan diri. Dilansir dari Britannica, politikus Partai Demokrat itu merasa tidak mungkin memenangkan pemilihan presiden lagi.

Presiden AS era 1963-1969 itu minder mengamankan periode kedua jabatannya bukan tanpa sebab. Meningkatnya keterlibatan AS dalam Perang Vietnam, serta meningkatnya jumlah korban Amerika di medan tempur, membuatnya sangat tak populer. Dia mundur setelah kandidat Demokrat lainnya, Eugene McCarthy dan Robert Kennedy, mendeklarasikan pencalonan.

Dilansir dari History, pengujung Maret tahun itu, Johnson muncul di televisi nasional. Kala itu dia mengumumkan bahwa pihaknya menghentikan sebagian pemboman AS di Vietnam. Selain itu, dia juga menyampaikan keputusannya yang tak terduga untuk tidak mencalonkan diri kembali sebagai presiden dari partainya. “Ada perpecahan di DPR Amerika sekarang,” kata Johnson.

Keputusan mundur Johnson bukan hanya karena Perang Vietnam. Presiden AS ke-36 itu sadar diri atas realitas politik yang mempengaruhi elektabilitasnya. Dia disebut sebagai wajah perpecahan Amerika berkat regulasi yang dibuatnya, yakni Undang-Undang Hak Sipil tahun 1964 dan Undang-Undang Hak Pilih tahun 1965.

Bagi kelompok sayap kanan, Johnson telah berbuat terlalu banyak dan terlalu cepat, sehingga membebani sistem dengan program-program besar pemerintah yang menginjak-injak kebebasan individu. Sementara kaum kiri memandang Johnson sebagai pedagang kendaraan roda korup yang membohongi Amerika ke dalam rawa Vietnam yang penuh bencana dan berdarah.

Meskipun ia mulai menjabat sebagai presiden dengan persetujuan luas, dukungan publik terhadap Johnson menurun seiring dengan berlarutnya perang dan meningkatnya kerusuhan domestik di seluruh negara. Pada saat yang sama, koalisi New Deal yang menyatukan Partai Demokrat bubar, dan basis dukungan Johnson ikut terkikis.

Meskipun memenuhi syarat untuk masa jabatan berikutnya, Johnson menyerahkan kesempatan itu kepada pengganti pilihannya, Wakil Presiden Hubert Humphrey, yang kemudian memenangkan nominasi Partai Demokrat. Tetapi Humphrey dikalahkan tipis oleh Richard Nixon pada Pilpres AS 1968.

Kendati Johnson meninggalkan jabatannya dengan tingkat persetujuan yang rendah, jajak pendapat yang dilakukan oleh sejarawan dan ilmuwan politik cenderung menempatkannya sebagai presiden yang berada di atas rata-rata. Program domestiknya mengubah AS dan peran pemerintah federal, dan banyak dari programnya yang masih berlaku hingga saat ini.

Adapun Joe Biden didesak mundur karena penampilannya yang buruk saat debat calon presiden pertama dengan kandidat Partai Republik Donald Trump pada Jumat, 28 Juni lalu. Biden berbicara dengan serak dan terkadang tidak dapat dimengerti. Dia juga beberapa kali tergelincir, terutama ketika mencoba mengutip statistik dan undang-undang.
sumber: tempo

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.