Foto: Getty Images/Owen Franken
Jakarta, CNBC Indonesia – Industri tekstil disebut menjadi sektor yang paling pertama terdampak oleh pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Dengan kondisi nilai tukar Rp 16.400/US$, industri tekstil kelas sedang diperkirakan hanya akan mampu bertahan 3 bulan lagi.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani mengatakan sektor industri yang akan paling terhantam depresiasi rupiah adalah manufaktur padat karya. Menurutnya, sektor industri tersebut adalah tekstil dan garmen.
“Industri tekstil dan garmen sudah lemah karena penurunan market share pasar domestik dan penurunan daya saing ekspor besar. Depresiasi rupiah semakin menekan sektor ini,” kata Shinta dikutip, Senin, (24/6/2024).
Dia mengatakan kondisi rupiah yang terus menerus terdepresiasi akan semakin memperburuk kondisi industri tekstil ini. Terlebih, kata dia, industri tekstil Indonesia harus bersaing dengan negara lain yang mengalami depresiasi mata uang yang lebih rendah dari rupiah. Akibatnya, kata dia, daya saing produk tekstil Indonesia akan semakin rendah.
“Bila depresiasi rupiah dan inflasi kebutuhan pokok berlanjut, industri manufaktur nasional berorientasi domestik akan menghadapi penurunan produktivitas dan kesulitan mempertahankan tenaga kerja,” katanya.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan depresiasi rupiah ini tentu akan menghambat kinerja industri tekstil. Menurut dia, banyak bahan-bahan industri tekstil masih bergantung dari impor, seperti kapas.
Redma paling mengkhawatirkan kondisi industri tekstil kelas menengah yang memiliki pekerja kurang dari 7.000 orang. Dia bilang untuk industri tekstil skala besar dengan jumlah pekerja di atas 10.000, mereka akan masih bisa bertahan karena arus kas yang besar dan bisnis yang berorientasi ekspor.
“Kalau yang menengah itu kan udah mulai tutup pabrik, yang bisa bertahan adalah yang cashflow-nya kuat dan ekspornya masih bagus,” kata dia.
“Mereka masih akan bertahan, tapi yang kelas menengah yang buruhnya di bawah 7.000 kemungkinan akan banyak yang kolaps,” katanya.
Redma memperkirakan dengan kondisi rupiah seperti sekarang, maka industri tekstil kelas menengah tak punya waktu lama untuk bisa bertahan. Dia memperkirakan mereka hanya akan mampu bertahan selama 3 bulan.
“Perkiraan maksimal 3 bulan akan banyak yang kolaps, sekarang sebenarnya udah banyak yang kolaps dan ini akan terus berguguran,” katanya.
sumber: cnbc