Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadiri upacara peletakan karangan bunga yang menandai Hari Peringatan Holocaust di Yad Vashem Holocaust Memorial di Yerusalem pada 6 Mei 2024. (Foto: AFP)
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Sabtu (1/6) bahwa tidak akan ada gencatan senjata permanen di Gaza sampai Hamas berhasil dihancurkan. Penegasan tersebut menimbulkan keraguan atas bagian penting dari proposal gencatan senjata yang disebut Presiden AS Joe Biden dibuat oleh Israel sendiri.
Pada Jumat (31/5), Biden menyatakan bahwa Israel mengajukan proposal kesepakatan yang mencakup gencatan senjata awal selama enam pekan dengan penarikan sebagian militer Israel dan pembebasan sebagian sandera, dengan kedua belah pihak berunding untuk mencapai “menghentikan pertempuran secara permanen”.
Namun, pernyataan Netanyahu pada Sabtu (1/6) menekankan bahwa dirinya ‘tak dapat menerima’ gagasan Israel untuk menyetujui gencatan senjata permanen sebelum ‘berhasil menghancurkan kekuatan militer dan pemerintahan Hamas’.
Perundingan perdamaian keduanya terhenti selama berbulan-bulan. Israel menuntut pembebasan semua sandera dan penghancuran Hamas, sementara Hamas menuntut adanya gencatan senjata secara permanen, penarikan pasukan Israel, dan pembebasan banyak tahanan Palestina.
Bulan lalu, Netanyahu menentang seruan para pemimpin dunia untuk menghentikan eskalasi kekerasan dengan mengirimkan pasukan Israel ke Rafah. Wilayah tersebut merupakan zona aman terakhir di Gaza yang kecil dan padat yang belum mereka masuki. Akibatnya, lebih dari satu juta warga Palestina yang berlindung di sana kembali mengungsi.
Israel mengatakan Rafah, yang berada di perbatasan dengan Mesir, adalah benteng utama terakhir Hamas di Gaza. Israel mengklaim aktivitas militernya untuk menghancurkan kelompok tersebut tidak akan berhasil sampai mereka berhasil memasuki Rafah.
Pada Rabu, Penasihat Keamanan Nasional Netanyahu, Tzachi Hanegbi, mengatakan perang di Gaza diperkirakan akan terus berlanjut setidaknya hingga akhir 2024.
Pemimpin oposisi Yair Lapid mendesak Netanyahu untuk menyetujui kesepakatan terkait sandera dan gencatan senjata. Ia menyatakan bahwa partainya akan mendukung kesepakatan tersebut bahkan jika faksi sayap kanan dalam koalisi pemerintah menolak, sehingga kesepakatan tersebut kemungkinan besar akan disetujui di parlemen.
“Pemerintah Israel tidak dapat mengabaikan pidato penting Presiden Biden. Ada kesepakatan yang perlu dilakukan dan itu harus dilakukan,” kata Lapid dalam postingan media sosialnya pada Sabtu.
Israel mengatakan gencatan senjata permanen tidak mungkin dilakukan terhadap kelompok yang ingin menghancurkannya dan melancarkan serangan pada 7 Oktober.
Hamas mengatakan pihaknya tidak akan menyetujui kesepakatan apa pun yang memungkinkan lanjutnya aktivitas militer Israel di Gaza dilanjutkan. [ah/gg]
sumber: voa.