Xhardy – Salah satu media pernah menjelaskan di sebuah podcast bahwa ada kebingungan atau masalah dalam menjalankan program makan siang gratis. Masalah utama adalah anggaran. Bukan mini, tapi super jumbo dan APBN bisa terjepit sampai tak bisa bernapas.
Harus ada penyesuaian. Dan Prabowo memulainya lewat perubahan istilah dari makan siang gratis menjadi makin bergizi gratis untuk anak-anak sekolah.
Kemudian ada lagi yang berubah. Prabowo mengakui program makan siang dan susu gratis sangat membutuhkan anggaran besar. Meski dia mengatakan program ini masih dapat ditopang APBN, dia tidak menepis bahwa program susu gratis belum tentu dapat terealisasi secara merata.
Kemungkinan, opsi lain akan dipakai untuk mengganti susu gratis agar tidak menghabiskan anggaran terlalu besar. Alternatif ini dapat disesuaikan menurut tipologi dan sumber daya yang ada di setiap daerah. Bisa saja susu sapi akan digantikan dengan susu kerbau di Pulau Moa, Maluku Barat Daya karena di sana banyak kerbau. Atau di daerah-daerah lain yang banyak kambing, akan disediakan susu kambing.
Atau alternatif lain yang mungkin akan diambil adalah telur karena lebih murah.
“Kalau kita hitung nanti bahwa di suatu daerah susu itu mahal, karena mungkin sapinya kurang atau transportasinya mahal ya nanti kita konsentrasi pada telur, pada ikan, dan sebagainya,” kata Prabowo.
Perubahan ini bukan hal yang terlalu mengejutkan mengingat, kalau dipaksa lanjutkan program susu gratis, maka perlu impor entah berapa juta ekor sapi perah. Belum lagi mau ditempatkan di mana, merawat sapi, dll. Terpaksa ganti ke protein lain.
Ini adalah gambaran, sebuah program tidak dipikir panjang, tapi cenderung dijadikan sebagai senjata politik di pemilu untuk menarik simpati masyarakat. Yang penting menang dulu, nanti kalau ada kendala, baru dipikirkan dan diganti karena masyarakat banyak yang lugu dan oke gas oke gas aja.
APBN terlalu diperas sampai kering. Itulah intinya. Saran aja sih, membatalkan program ini juga tidak apa-apa kok, malah lebih bagus, meskipun efeknya harus tahan malu dalam jangka lama. Masih banyak program lain yang lebih mendesak ketimbang makan-makan yang tidak penting.
Mau jadikan rakyat pintar, bukan begini caranya, tapi tingkatkan kualitas pendidikan secara merata. Mau jadikan rakyat tidak lapar bukan begini caranya, tapi naikkan kesejahteraan mereka sehingga mereka bisa bebas mau makan apa saja yang enak-enak sesuai selera.
Berani gak Prabowo buang ego dan memikirkan opsi ini? Salut dan respek kalau berani.
Bagaimana menurut Anda?
sumber: seword