KERUSUHAN PECAH DI KALEDONIA BARU, AUSTRALIA DAN SELANDIA BARU KIRIM PESAWAT EVAKUASI – MENGAPA SEBAGIAN PENDUDUKNYA KETURUNAN JAWA?

SUMBER GAMBAR, AFP Keterangan gambar,Bendera Kanak berkibar di seberang kendaraan yang terbakar di sebuah ruas jalan di La Tamoa, Kaledonia Baru, 19 Mei 2024.

Kerusuhan berlangsung di Kaledonia Baru, wilayah otonomi Prancis di tengah Samudra Pasifik, menewaskan sejumlah orang dan ratusan terluka. Namun, yang belum banyak diketahui orang, ada ribuan orang keturunan etnis Jawa menjadi warga Kaledonia Baru. Mengapa mereka bermukim di sana dan seperti apa sejarah di baliknya? Bagaimana hubungan mereka saat ini dengan Indonesia?

Pada Selasa (21/05), Australia dan Selandia Baru akan mengerahkan sejumlah pesawat untuk mengevakuasi warga mereka.

Australia telah menerbangkan dua pesawat untuk menjemput 300 warganya. Adapun pesawat pertama dari Selandia Baru akan membawa pulang sekitar 50 orang, kata pemerintah di Wellington. Sekitar 290 warga Selandia Baru diyakini berada di Kaledonia Baru.

Baik Australia maupun Selandia Baru mengatakan mereka akan memprioritaskan penerbangan bagi mereka yang memiliki “kebutuhan paling mendesak”.

Wisatawan dari “negara lain” juga akan dibantu, kata Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong.

Diperkirakan sekitar 3.200 orang menunggu untuk keluar atau memasuki Kaledonia Baru.

Hingga Selasa (21/05), ratusan orang dilaporkan terluka dan enam orang tewas – termasuk dua anggota polisi.

Komisi Tinggi Prancis di Kaledonia Baru mengatakan kepolisian Prancis yang berusaha mengambil alih kendali jalan sepanjang 60 km antara Nouméa dan Bandara Internasional La Tontouta telah “menetralisir” 76 penghalang jalan dan membersihkan puing-puing kendaraan yang terbakar.

Saran perjalanan dari pemerintah Australia telah memperingatkan masyarakat untuk tidak mencoba pergi ke bandara sendiri dengan alasan rute tersebut “belum dianggap aman”.

Pihak kepolisian sudah menangkap lebih dari 200 warga dan sekitar 1.050 pasukan tambahan dikirim untuk membantu 1.700 aparat yang sudah bertugas di wilayah. Bala bantuan berupa 600 personel tambahan akan tiba “dalam beberapa jam mendatang”, kata Komisi Tinggi Prancis di Kaledonia Baru pada Selasa (21/05).

Militer dikerahkan untuk melindungi bangunan-bangunan umum, tambahnya.

Aparat keamanan berjaga di salah satu ruas jalan di Noumea, Kaledonia Baru, 18 Mei 2024.

Kericuhan di negara bekas jajahan Prancis itu bermula ketika parlemen Prancis menyetujui penduduk Prancis yang tinggal di Kaledonia Baru selama 10 tahun diberikan hak pilih dalam pemilu.

Keputusan ini dikecam masyarakat adat Kanak – penduduk asli Kaledonia Baru – yang menganggap kebijakan itu akan membuat pengaruh politik mereka kian menyusut.

Imbas dari gejolak politik itu, penjarahan toko serta pembakaran gedung dan mobil terjadi di sejumlah tempat di Kaledonia Baru.

Orang-orang berkumpul di dekat mobil yang terbalik di Distrik Motor Pool di kawasan Tuband, Noumea, Kaledonia Baru, 16 Mei 2024.

Polisi berjaga-jaga ketika orang-orang antri menuju supermarket untuk membeli bahan makanan di Distrik Magenta, Noumea, Kaledonia Baru, 18 Mei 2024.

Presiden Prancis Emmanuel Macron telah mengumumkan keadaan darurat dan mengirim pasukan militer ke Kaledonia Baru. Akses TikTok diblokir dan jam malam diterapkan untuk meredam situasi.

Selain jam malam, mereka juga melarang perkumpulan di muka umum, penjualan minuman keras dan warga membawa senjata.

Sebuah mobil terbakar di ruas jalan provinsi Normandie, di luar Noumea, Kaledonia Baru, 16 Mei 2024.

Sejauh ini, tak ada warga negara negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam kerusuhan tersebut, menurut Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Nouméa, Kaledonia Baru.

Di tengah situasi yang menegangkan yang sedang terjadi, terdapat ribuan warga keturunan etnis Jawa yang hidup di pulau tersebut. Bagaimana mereka bisa sampai di sana dan apa sejarah di baliknya?

Di mana letak Kaledonia Baru?

Secara geografis, Kaledonia Baru adalah bagian dari Zealandia – sebuah fragmen dari super benua Gondwana kuno yang merupakan bagian dari Oseania. Kaledonia Baru diperkirakan terpisah dari Australia sekitar 65 juta tahun lalu, kemudian bergerak ke arah timur laut dan mencapai posisinya saat ini sekitar 50 juta tahun lalu.

Kaledonia Baru terdiri dari beberapa kepulauan di tengah Samudra Pasifik, dengan pulau terbesar bernama Grande Terre.

Berada di timur laut Australia dan utara Selandia Baru, Kaledonia Baru adalah bekas jajahan Prancis dengan status sui generis – wilayah dengan otonomi khusus.

Prancis menjajah Kaledonia Baru pada 1853 dan menjadikan tempat itu sebagai penjara bagi tahanan politik sejak 1860-an.

Berdasar sensus penduduk pada 2019, sekitar 271.407 orang bermukim di kepulauan tersebut, dengan mayoritas populasi keturunan Melanesia sebesar 41,21%.

Adapun 1,4% populasi – sebanyak 3.789 orang – adalah keturunan Indonesia, terutama Suku Jawa.

Konsul Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Nouméa, Bambang Gunawan mengungkapkan bahwa warga keturunan Indonesia membentuk komunitas sendiri yang dinamakan Persatuan Masyarakat Indonesia dan Keturunannya (PMIK), serta mendirikan Wisma Masyarakat Indonesia dengan kapasitas 300 orang.

Mengapa ada keturunan Jawa di Kaledonia Baru?

Pada 1860-an, nikel ditemukan di Sungai Diahot, Kaledonia Baru. Sejak itu pertambangan nikel menjadi penggerak ekonomi.

Prancis membawa buruh tambang dari pulau-pulau tetangga, termasuk dari Jepang dan Hindia Belanda – saat ini Indonesia.

“Dari segi sejarah, di tahun 1896 ada kedatangan orang-orang dari Jawa ke Kaledonia Baru, pekerja kontrak untuk dipekerjakan di sektor perkebunan di sini,” ujar Bambang.

“Jadi sejarahnya mirip dengan orang-orang Jawa yang ada di Suriname,” katanya.

Pengamat Budaya dan Bahasa Jawa di Kaledonia Baru dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Subiyantoro, menjelaskan migrasi orang Jawa ke wilayah itu ditandai dengan pengiriman sebanyak 170 orang oleh pemerintah kolonial Belanda atas kesepakatan yang dibuat dengan pemerintah Prancis pada 16 Februari 1896.

“Pemerintah kolonial Batavia mengirimkan orang-orang Indonesia ke Kaledonia Baru untuk diperkerjakan sebagai kuli kontrak karena penduduk asli Kaledonia Baru sulit diajak kerja sama,” ujar Subiyantoro.

Pengamat budaya, Subiyantoro, menghadiri acara sarasehan di Nouméa bersama komunitas warga keturunan Indonesia.

Sesudahnya, gelombang pengiriman terjadi dalam kurun waktu 55 tahun sejak 1896 hingga 1949, sekitar 19.510 orang kuli dari Jawa dikirim dengan 87 kapal. Sebagian dari para pekerja itu memilih untuk menetap dan menikah dengan warga lokal.

“Di sana terjadi fenomena yang namanya hibridisasi, jadi percampuran antara Jawa dan warga Kaledonia Baru. Jawa sebagai identitas yang dia bawa dari negeri asalnya-nya dan identitas tuan rumah, yakni Kanak Prancis,” ujar Subiyantoro, seraya menambahkan percampuran budaya ini telah terjadi selama delapan hingga sembilan generasi.

Keturunan Jawa di Kaledonia Baru, kata Subiyantoro, menuturkan bahasa Jawa versi mereka yang disebut bahasa Jawa Kaledonia Baru, yang telah bercampur dengan bahasa Prancis.

Banyak pula kata-kata serapan dari bahasa Prancis yang digunakan diaspora Indonesia saat berbahasa Jawa.

“Ketika mengatakan kalimat ‘ini adalah ikan yang dilindungi’, bahasa Jawa-nya adalah “iki iwak sing dilindungi”. [Namun] dalam BJKB kalimat tersebut berubah dan berbunyi menjadi ‘iki posong sing diproteze’,” jelasnya.

Bahasa Jawa yang digunakan di Kaledonia Baru adalah bahasa Jawa ngoko – biasa digunakan untuk berbicara dengan teman sebaya, orang yang lebih muda, dan orang yang sudah akrab.

Subiyantoro mengatakan keturunan Jawa di Kaledonia Baru hanya menggunakan bahasa Jawa ngoko, meski lawan bicara mungkin baru dikenal atau lebih tua.

Ia mengatakan hal ini dilakukan keturunan etnis Jawa di sana untuk menyederhanakan bahasa kedua mereka agar lebih mudah untuk belajar bahasa Prancis.

Adapun saat ini terdapat 320 warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Kaledonia Baru. Sejauh ini belum ada rencana mengevakuasi mereka.

“Kami di KJRI Nouméa terus memantau perkembangan, termasuk selalu menjalin kontak dengan WNI yang ada di sini dan pekerjaan migran,” ujar Konsul Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Nouméa, Bambang Gunawan.

WNI di Kaledonia Baru: ‘Untuk beli roti saja harus antre sepanjang 100 meter’

Supinarno, WNI yang sudah 54 tahun tinggal di Kaledonia Baru, mengatakan kerusuhan yang terjadi di jalanan Kota Noumea membuat keluarganya sulit membeli makanan.

“Hampir semua toko dibakar. Toko daging, toko roti itu dibakar. Kalau mau beli roti saja, kami harus antre 100 meter,” katanya saat dihubungi oleh BBC News Indonesia.

Saat ia mendengar kabar tentang keputusan parlemen Prancis, Supinarno mempersiapkan diri jauh-jauh hari dengan membeli makanan dan bahan bakar untuk mengantisipasi terjadi kerusuhan.

Meski kondisi sudah membaik dibandingkan beberapa hari sebelumnya, Supinarno masih belum bisa bebas keluar rumah, terutama sejak aparat setempat memberlakukan jam malam, dari jam 18.00 sore hingga 06.00 pagi waktu setempat.

“Kalau sampai kita keluar di jalan dan ketangkap lebih dari jam 6 [sore], itu kita bisa ditahan atau mungkin ditembak oleh polisi atau militer,” katanya.

Supinarno tinggal bersama istrinya, tiga anaknya dan dua cucunya di sebuah rumah di pemukiman Nouméa. Mereka biasa menggunakan campuran Bahasa Jawa dan Bahasa Prancis saat berkomunikasi di rumah ataupun dengan sesama etnis Jawa.

“Kalau kami keluar kota, ke pasar atau ke toko atau ke mana, kami pakai Bahasa Prancis. Tapi kalau bertemu sesama warga kita [Indonesia], ya pakai Bahasa Indonesia atau Bahasa Jawa,” ujar pria berusia 75 tahun itu.

Lahir dan besar di Yogyakarta, Supinarno pertama kali pindah ke Kaledonia Baru pada 1970-an. Saat itu, ia dan 800 pekerja Indonesia lainnya dikirim ke Kaledonia Baru untuk bekerja di pelabuhan. Dari 800 orang tersebut, tiga orang memilih menetap di Kaledonia Baru – termasuk dirinya.

Ia menikah dengan, Kasmini, warga Kaledonia Baru keturunan etnis Jawa.

“Kalau saya telepon adik-adik saya di Indonesia, mereka bertanya: kok masih ingat bahasa Indonesia? Lho, itu bahasa lahir saya dari sana [Indonesia], masa saya enggak tahu,” tutur Supinarno sambil tertawa.

Bagaimana hubungan Kaledonia Baru dan Indonesia?

Konsul Jenderal RI di Nouméa, Bambang Gunawan, mengatakan bahwa hubungan perdagangan Indonesia dengan Kaledonia Baru hampir seluruhnya didominasi oleh ekspor Indonesia ke wilayah otonomi tersebut.

KJRI Nouméa mencatat produk ekspor Indonesia ke Kaledonia Baru cukup beragam, di antaranya makanan, peralatan industri, mesin, aluminium, kertas, kayu, perabotan, alas kasur, lampu, pakaian dan aksesoris, bahan kue, alas kaki, dan elektronik.

”Produk makanan terutama yang sering diekspor kalau dari Indonesia. Kemudian sepeda juga, dan mobil Toyota dari Indonesia juga diekspor ke sini,” jelasnya.

Di bidang sosial budaya, Indonesia sering memberikan pelatihan dalam hal mengolah sumber daya alam di Kaledonia Baru, seperti pohon bambu untuk perabotan dan cara memanfaatkan bumbu dalam masakan lokal.

Ia juga menyatakan budaya Jawa masih sangat kental di kalangan WNI dan diaspora Indonesia yang tinggal di Kaledonia Baru.

“Tradisi nyekar, mengunjungi makan leluhur sebelum puasa. Di sini juga masih ada yang melakukannya, sama seperti di Indonesia. Terus kemudian tradisi lain masih tetap ada,” ucapnya.

Pengamat Budaya dan Bahasa Jawa di Kaledonia Baru, Subiyantoro, mengatakan dari sisi budaya, orang Kaledonia Baru merasa dekat dengan orang Jawa di Indonesia.

“Sayangnya, banyak [orang Indonesia] yang tidak tahu tentang Kaledonia Baru,” cetusnya.
sumber: bbc

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.