ISRAEL KELUARKAN PERINTAH BARU EVAKUASI DARI RAFAH

Seorang perempuan dan anak menunggu dengan barang-barangnya sebelum dievakuasi dari Rafah di Jalur Gaza selatan pada 11 Mei 2024, di tengah konflik di wilayah Palestina antara Israel dan Hamas. (Foto: AFP)

RAFAH, JALUAR GAZA (VOA) — Israel pada Sabtu (11/5) memerintahkan lebih banyak evakuasi dari Rafah, kota di selatan Gaza dan wilayah sekitarnya dengan memerintahkan warga sipil untuk mengungsi ke al-Mawasi, zona kemanusiaan di barat laut Rafah. Perintah itu menjadi isyarat bahwa militer Israel kemungkinan sedang mempersiapkan penyerangan darat ke kota itu.

Menurut perkiraan militer Israel yang dirilis pada Sabtu, sejauh ini, sekitar 300 ribu warga sipil sudah bergerak menuju al-Mawasi.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan sekitar 110 ribu orang telah meninggalkan Rafah pada Jumat (10/5), di tengah pertempuran antara pasukan Israel dan militan Hamas, seiring dengan peningkatan pengeboman Israel di dalam dan sekitar kota tersebut.

Banyak dari pengungsi tersebut termasuk di antara satu juta pengungsi dari wilayah lain di Jalur Gaza yang sebelumnya mencari perlindungan di Rafah.

“Mereka melemparkan brosur ke Rafah dan berkata, dari Rafah ke al-Zawayda aman, orang-orang harus mengungsi ke sana, dan mereka melakukannya, dan apa yang terjadi dengan mereka? Mayat-mayat terpotong-potong? Tidak ada tempat yang aman di Gaza,” kata Khitam Al- Khatib, seorang warga sipil di daerah tersebut yang mengatakan kepada Reuters.

Al-Khatib mengtakan bahwa dia telah kehilangan sedikitnya 10 kerabatnya dalam serangan udara terhadap sebuah rumah keluarga pada Sabtu (11/5) pagi.

Al-Zawayda adalah kota kecil di Gaza tengah yang dipenuhi ribuan pengungsi dari seluruh wilayah kantong.

Meskipun ada tekanan besar dari Amerika Serikat (AS) terhadap serangan militer Israel yang akan datang dan ketakutan dari warga dan kelompok kemanusiaan, Israel bersikukih akan menyerang Rafah untuk menyingkirkan ribuan kombatan Hamas yang diyakini bersembunyi di sana.

Sandera Hamas

Hamas mengatakan pada Sabtu (11/5) bahwa salah satu sandera lainnya yang diculik pada serangan 7 Oktober terhadap Israel telah tewas.

Hamas, yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh AS, Inggris, dan negara-negara Barat lainnya, merilis sebuah video yang mengatakan bahwa sandera berusia 51 tahun, Nadav Popplewell, meninggal setelah terluka dalam serangan Israel di Gaza. Validitas klaim tidak dapat diverifikasi.

Popplewell diculik oleh militan Hamas dari komunitas Kibbutz Nirim di Israel selatan.

Militer Israel tidak mengomentari video terbaru tersebut, tetapi menyebut video penyanderaan Hamas sebelumnya sebagai teror psikologis. Mereka juga membantah beberapa tuduhan Hamas sebelumnya bahwa para sandera dibunuh oleh tembakan Israel. [ft]
sumber: voa

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.