DIUNGKAP KEMENPERIN, INI RENCANA PEMILIK USAI TUTUP PABRIK SEPATU BATA

Foto: Suasana lengang Toko sepatu Bata di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (8/5/2024), tetap beroperasi pascapenutupan pabrik sepatunya di Purwakarta, Jawa Barat. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Damiana, CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia – PT Sepatu Bata Tbk (BATA) mengungkapkan rencana bisnis ke depan usai menutup pabriknya di Purwakarta, Jawa Barat. Perusahaan menyebut, penutupan pabrik itu merupakan langkah paling realistis.

Perusahaan yang memproduksi sepatu Bata di Indonesia itu mengungkapkan, keputusan penutupan lini produksi oleh manajemen Sepatu Bata berkaitan dengan strategi bisnis yang dilakukan dalam rangka refocusing pada lini penjualannya (store). Tujuannya demi menghadapi persaingan industri sepatu di dalam negeri.

Menurut perusahaan, pabrik Purwakarta sebenarnya hanya bagian kecil dari keseluruhan bisnis perusahaan. Demikian juga dari sisi produksi, masih sangat kecil jika dibandingkan dengan produsen sepatu lainnya.

Hal itu terungkap dalam dialog Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dengan Direksi BATA, Rabu (8/5/2024). Dalam keterangan tertulis, Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki (ITKAK) Kemenperin Adie Rochmanto Pandiangan mengatakan, dalam pertemuan tersebut manajemen Sepatu Bata diwakili oleh jajaran direksi yaitu Hatta Tutuko, Ahmad Danial, dan Prima Andhika Irawati. Adie sendiri didampingi Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif.

Menurut Adie, pertemuan itu membahas isu penutupan pabrik Sepatu Bata di Purwakarta.

“Direksi menyampaikan, dalam rangka efisiensi dan memperhatikan tren pasar yang cepat dan bervariasi, maka PT Sepatu Bata Tbk fokus pada pengembangan produk dan desain yang memenuhi selera pasar,” kata Adie.

“Perusahaan berpendapat, fokus pada bisnis retail penting untuk dilakukan dalam rangka mengembalikan kinerja bisnis dan penjualan yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan. Sepatu Bata berjanji strategi bisnis ini tetap menjamin produk yang dijual masih bersumber dari produsen dalam negeri yang selama ini bekerja sama dengan mereka, seperti PT Prestasi Ide Jaya dan enam pabrik lainnya,” tambahnya.

Strategi itu diyakini dapat meningkatkan penjualan, yang pada gilirannya akan meningkatkan juga produksi di tujuh pabrik tersebut.

“Dengan strategi tersebut, meskipun terjadi penutupan pabrik, jumlah sepatu produksi dalam negeri yang dipasarkan oleh PT Sepatu Bata Tbk secara agregat tetap sama dan bahkan akan ditingkatkan,” ujarnya.

“Selain itu, pekerja di usia produktif yang terdampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akan dialihkan ke pabrik sepatu lain di sekitar Purwakarta,” imbuh dia.

Lalu bagaimana Kemenperin merespons rencana manajemen Sepatu Bata tersebut?

Adie mengatakan, langkah yang diambil oleh PT Sepatu Bata Tbk tersebut sebenarnya kurang tepat.

Karena, saat ini kondisi industri sepatu nasional tumbuh terus dengan kebijakan pengendalian terhadap impor barang jadi (konsumsi) dan jaminan bahan baku.

“Oleh karena itu, Kemenperin berharap setelah kondisi perusahaan membaik, suatu saat perusahaan bisa membuka kembali pabriknya di Indonesia dengan kapasitas yang lebih besar. Kami melihat bahwa strategi ini penting bagi perusahaan, seperti halnya merek-merek besar sepatu global yang berfokus pada pengembangan produk dan merek,” katanya.

“Untuk PT Sepatu Bata Tbk, pemerintah juga terus mendorong agar meningkatkan ekspor dari hasil produksi dalam negeri sebagai bagian dari rantai pasok global merek Bata bersama afiliasinya di luar negeri,” pungkas Adie.

Sebagai informasi, mengutip bataindustrials.co.id, BATA mendirikan pabrik di Purwakarta pada tahun 1994. Disebutkan, BATA adalah anggota Bata Shoe Organization (BSO). Masih mengutip situs tersebut, perjalanan sepatu Bata di Indonesia dimulai dari tahun 1931, dengan didirikannya perusahaan importir sepatu.

Pada 24 Maret 1982, perusahaan ini tercatat di Bursa Efek Jakarta. Setelah sebelumnya pada tahun 1940 perusahaan mulai memproduksi barangnya di pabrik di Kalibata, Jakarta Selatan.

Perusahaan lalu mendirikan pabrik di Purwakarta pada tahun 1994 dan tahun 2004 perusahaan mendapatkan izin mengimpor dan mendistribusikan barang yang diimpor.
sumber: cnbc

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.