Cacar monyet merebak di Bakouma di bagian timur Afrika Tengah (courtesy: FB/Dieudonne Assanah)
Kongo kini berjuang untuk mengatasi wabah cacar monyet terbesar, dan para ilmuwan mengatakan ada satu jenis baru penyakit ini yang dideteksi di sebuah kota pertambangan, yang mungkin lebih cepat menular di antara warga.
Badan Kesehatan Dunia WHO mengatakan sejak bulan Januari lalu Kongo telah melaporkan lebih dari 4.500 dugaan kasus cacar monyet dan hampir 300 kematian; jumlah yang telah meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Kongo baru-baru ini menyatakan wabah di berbagai penjuru negara itu sebagai darurat kesehatan.
Analisis terhadap pasien-pasein yang dirawat di rumah sakit di Kamituga, di bagian timur Kongo, pada bulan Oktober hingga Januari ini, menunjukkan mutasi genetik baru cacar monyet ini merupakan hasil penularan yang terus berlanjut di antara manusia. Hal ini terjadi di sebuah kota di mana orang-orang hanya memiliki sedikit kontak dengan hewan liar yang diperkirakan membawa penyakit ini.
Dr. Placide Mbala-Kingebeni, kepala penelitian ini, mengatakan “kita berada di tahap baru cacar monyet.” Ia akan menyerahkan hasil penelitiannya itu pada satu jurnal untuk dipublikasikan. Mbala-Kingabeni mengepalai laboratorium di National Institute of Biomedical Research di Kongo, di mana studi genetika penyakit ini dilakukan.
Seorang dokter memeriksa pasien yang luka akibat infeksi cacar monyet di ruang isolasi di RS Arzobispo Loayza, Lima, 16 Agustus 2022. (Foto: AFP/Ernesto BENAVIDES)
Ditambahkannya, luka (lesi) yang dilaporkan oleh para pasien umumnya lebih ringan dan terdapat di bagian genital, sehingga lebih menyulitkan untuk didiagnosa. Dalam wabah sebelumnya di Afrika, lesi ini kebanyakan dapat dilihat di bagian dada, tangan dan kaki. Bentuk baru cacar monyet ini, ujar Mbala-Kingebeni, juga memiliki tingkat kematian yang lebih rendah.
Dalam laporan tentang situasi global cacar monyet pekan ini, WHO mengatakan versi baru penyakit ini mungkin memerlukan strategi uji medis yang baru sehingga dapat melihat mutasi yang terjadi.
Merujuk pada pernyataan para pakar bahwa hanya kurang dari separuh warga yang tertular cacar monyet di Kongo yang diuji, Mbala-Kingebeni mengatakan “risikonya adalah jika pasien tidak bicara terbuka maka kita hanya melihat penularan penyakit ini terjadi secara diam-diam dan tidak seorang pun tahu.”
Ditambahkannya, umumnya orang tertular lewat hubungan seks, di mana sekitar sepertiga kasus cacar monyet ditemukan pada pekerja seks. Baru dalam situasi darurat global tahun 2022 diketahui bahwa penyakit ini merebak lewat hubungan seks, di mana sebagian besar kasus terjadi pada pasangan gay atau lelaki biseksual. WHO pada bulan November lalu – untuk pertama kalinya – mengonfirmasi penularan cacar monyet lewat hubungan seks di Kongo. [em/uh]
sumber: voa