SUMBER GAMBAR, AFP
Keterangan gambar,Bek tim U-23 Indonesia, Muhammad Ferarri, berhasil melesakkan bola ke gawang Uzbekistan pada menit ke-61. Namun, gol tersebut dianulir.
Tim nasional sepak bola U-23 Indonesia masih berpeluang lolos ke Olimpiade untuk pertama kalinya dalam 68 tahun, walau kalah 0-2 dari Uzbekistan pada babak semifinal Piala Asia, pada Senin (29/04).
Anak-anak asuhan pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong, itu kini harus fokus pada perebutan peringkat ketiga. ‘Garuda Muda’ akan berhadapan dengan tim yang kalah dalam laga semifinal lainnya antara Irak dan Jepang.
Jika masih kalah di perebutan tempat ketiga, harapan Indonesia pun belum pupus.
Peringkat empat Piala Asia U-23 akan bertarung dengan tim U-23 Guinea, perwakilan dari Afrika, untuk mendapat tempat di Olimpiade Paris.
Laga semifinal yang bersejarah
Meskipun kalah dari Uzbekistan, keberadaan tim U-23 Indonesia pada semifinal Piala Asia adalah momen bersejarah.
Apalagi hal itu diraih berkat kemenangan atas tim kuat Korea Selatan dalam babak perempat final, pada Jumat dini hari (26/4).
Pemain tim sepak bola U-23 Indonesia merayakan kemenangan melawan tim U-23 Korea Selatan di perempat final Piala Asia U-23 pada Jumat (26/4).
Justin Hubner bersiap. Ia ambil tiga langkah, lalu melambatkan tempo sepersekian detik sebelum menendang bola di titik 12 pas saat adu penalti antara tim U-23 Indonesia dan Korea Selatan
Penendang penalti andal seperti Mario Balotelli, striker urakan asal Italia itu, kerap menggunakan teknik ini. Saat melambatkan tempo, ia bisa melihat pergerakan kiper terlebih dahulu sebelum menempatkan bola ke arah sebaliknya.
Namun, pada dini hari itu, Justin justru menendang bola persis ke arah kiper Korea Selatan, Baek Jong-bum.
Ia gagal mencetak gol. Skor adu penalti jadi 5-4 untuk Korea Selatan.
Justin menutup wajah dengan kedua tangan. Para pemain Korea Selatan berlarian kegirangan, merayakan kemenangannya di perempat final Piala Asia U-23 2024.
Kapten tim Indonesia, Rizky Ridho, mendekati tiga pemain Korea Selatan yang tengah bersorak di tengah lapangan untuk memberi selamat.
Setelah mengucap selamat, ia memalingkan wajah dan berhadapan dengan seorang asisten wasit, yang lantas mencoba memberi penjelasan.
Tiga pemain Korea Selatan itu lantas terdiam. Salah satunya Jeong Sang-bin, yang terlihat meletakkan dua tangannya di belakang kepala, tampak tak percaya.
Ternyata, penalti harus diulang karena kiper Jong-bum bergerak maju melewati garis gawang saat Justin menendang bola.
Justin maju kembali, dan kali ini berhasil mengeksekusi penaltinya. Perjalanan Indonesia belum usai.
Setelahnya, situasi justru berbalik.
Ernando Ari, kiper tim Indonesia dari klub Persebaya, berhasil menepis tendangan Kang Sang-yoon asal Korea Selatan.
Namun, Arkhan Fikri sebagai penendang keenam Indonesia gagal menjalankan tugasnya.
Drama baru usai setelah Ernando menghalau bola tendangan Lee Kang-hee dan Pratama Arhan mencetak gol yang memastikan kemenangan Indonesia.
Skor akhir: 11-10 untuk tim Indonesia U-23.
Tendangan penalti Pratama Arhan memastikan kemenangan tim U-23 Indonesia atas tim U-23 Korea Selatan di babak perempat final Piala Asia U-23 pada Jumat (26/4).
Para pemain muda Indonesia yang bagai kerasukan, berlarian kegirangan, saling berpelukan dan bersorak. Mereka berhasil masuk babak semifinal di kesempatan pertamanya mengikuti Piala Asia U-23.
Sorakan dan nyanyian ribuan pendukung Indonesia pun memenuhi Stadion Abdullah bin Khalifa di Doha, Qatar.
“Sport jantung nontonnya,” kata Unggul Indra, presiden perkumpulan suporter timnas La Grande Indonesia.
“Tadinya saya pesimis [Indonesia bisa menang],” tambahnya.
“Ini jadi tambahan torehan sejarah lagi yang diukir squad Shin Tae-yong sama tim Indonesia U-23.”
Peluang lolos ke Olimpiade
Indonesia berhasil menorehkan sejumlah capaian bersejarah sepanjang perjalanannya di Qatar.
Ini adalah pertama kalinya Indonesia berkompetisi di putaran final Piala Asia U-23.
Sebagai catatan, Shin Tae-yong adalah pelatih pertama yang berhasil membawa tiga kelompok tim sepak bola Indonesia lolos ke Piala Asia, yaitu tim U-20, tim U-23 dan tim senior.
Karena tim U-23 baru pertama kali lolos, targetnya tak muluk-muluk. Mereka hanya diharapkan lolos babak penyisihan grup.
Nyatanya, tim U-23 Indonesia dapat melaju hingga semifinal.
Dalam prosesnya, Indonesia berhasil mengalahkan Australia 1-0 di fase grup, meski selalu kalah dalam tiga pertemuan terakhir mereka, dan setelahnya menghajar Yordania 4-1.
Play video, “Timnas U-23: Semi final Piala Asia U-23 jadi batu loncatan ke Olimpiade Paris”, Durasi 3,34
Timnas U-23: Semi final Piala Asia U-23 jadi batu loncatan ke Olimpiade Paris
Indonesia lantas menyisihkan Korea Selatan di perempat final.
Capaian ini spesial mengingat, sebelumnya, tim U-23 Indonesia selalu kalah dalam tujuh pertemuan terakhir melawan tim U-23 Korea Selatan.
“Ini memang kemenangan yang menurut saya cukup sensasional,” kata pengamat sepak bola Anton Sanjoyo pada BBC News Indonesia, Jumat (26/4).
“Indonesia bisa menang lawan Korea, yang kalau di kelompok seniornya itu kan sudah masuk kelas dunia.”
Memang, kata Anton, tim usia muda seperti kelompok U-23 tidak bisa dibandingkan dengan tim seniornya.
“Tapi tetap head-to-head-nya [tim U-23] Indonesia kan jelek sekali gitu melawan Korea selama ini,” katanya.
Kini, Indonesia pun selangkah lebih dekat untuk dapat berpartisipasi di Olimpiade Paris 2024.
Terakhir kali Indonesia ikut serta di ajang bergengsi itu adalah 68 tahun silam, saat Olimpiade Melbourne 1956.
Hanya tiga tim terbaik dari Piala Asia U-23 yang dapat lolos ke Olimpiade Paris 2024.
Olimpiade selanjutnya akan berlangsung di Paris, Prancis, pada 26 Juli hingga 11 Agustus 2024.
Karena itu, bila berhasil mengalahkan Uzbekistan di babak semifinal pada Senin (29/4), Indonesia otomatis akan lolos ke Olimpiade, mengingat kemungkinan terburuknya adalah kalah di final dan mendapat peringkat dua.
Bila kalah di semifinal, Indonesia akan berhadapan dengan Irak atau Jepang untuk memperebutkan tempat ketiga.
Jika masih kalah di perebutan tempat ketiga, harapan Indonesia pun belum pupus.
Peringkat empat Piala Asia U-23 akan bertarung dengan tim U-23 Guinea, perwakilan dari Afrika, untuk mendapat slot di Olimpiade.
“Indonesia hanya butuh satu kemenangan lagi,” kata Anton.
“Namun, katakanlah Indonesia sampai gagal ke Olimpiade, ini bukan hal yang buruk sebetulnya. Ini sudah pencapaian yang luar biasa bisa sampai ke semifinal.”
Secara pribadi, Anton optimistis tim U-23 Indonesia dapat mengalahkan tim U-23 Uzbekistan di semifinal.
Apalagi, katanya, pelatih Tae-yong sudah memiliki tulang punggung tim yang tepat dengan taktik andalannya 3-4-2-1 atau 3-4-3.
Memang Indonesia punya beberapa pekerjaan rumah, tapi dirasa tidak signifikan.
Misal, kinerja gelandang serang Marselino Ferdinan dianggap menurun pada pertandingan terakhir melawan Korea Selatan.
Permainan gelandang serang Marselino Ferdinan dianggap menurun pada pertandingan tim U-23 Indonesia melawan tim U-23 Korea Selatan pada Jumat (26/4).
“Marselino kemarin agak jelek mainnya, mungkin karena overexposed juga,” kata Anton.
“Dia dibilang ‘man of the match’, ‘king Marselino’, apa lah segala macam. Sebutan-sebutan kayak gitu toksik menurut saya.”
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah situasi bola mati dan transisi di sisi kiri. Apalagi, kata Anton, Pratama Arhan di sisi kiri kadang terlalu asyik menyerang dan “lupa turun” membantu pertahanan.
Selain itu, penyerang Rafael Struick yang baru menemukan tajinya saat mencetak dua gol melawan Korea Selatan pun tidak bisa tampil di laga semifinal melawan Uzbekistan karena akumulasi kartu kuning.
“Sayang banget. Padahal baru kelihatan ‘gacor’-nya,” kata Unggul Indra, presiden perkumpulan suporter timnas La Grande Indonesia.
Kontroversi soal naturalisasi
Keberhasilan Indonesia lolos ke semifinal Piala Asia U-23 juga seakan membuktikan bahwa proses pengembangan yang tepat, ditambah bantuan pemain naturalisasi yang tidak berlebihan, dapat membawa hasil nyata, kata pengamat sepak bola Anton Sanjoyo.
Sejak Shin Tae-yong pertama melatih tim sepak bola Indonesia pada 2019, Indonesia telah menaturalisasi 13 pemain berbeda, dan empat di antaranya masuk dalam tim U-23 di Piala Asia yang tengah berlangsung saat ini.
Empat pemain muda hasil naturalisasi itu adalah Justin Hubner, Ivar Jenner, Rafael Struick, dan Nathan Tjoe-A-On.
Rafael Struick adalah satu empat pemain naturalisasi dalam tim U-23 Indonesia di Piala Asia yang tengah berlangsung saat ini.
“Apa yang mereka [PSSI] lakukan selama ini terhadap tim senior, terutama yang mereka betul-betul jorjoran dalam naturalisasi, ternyata terpatahkan kan oleh tim U-23 yang pemain naturalisasinya kan hanya ada empat,” kata Anton.
“Empat itu masih normal. Tapi kalau satu tim, pemain naturalisasinya ada 10 sampai 12, itu menurut saya sudah enggak normal, meskipun secara hukum mereka sah gitu ya.”
Sebelumnya, pengamat sepak bola Tommy Welly mengkritik PSSI yang disebutnya begitu “memanjakan” pelatih Tae-yong, termasuk dengan menaturalisasi banyak pemain.
Karena itu, Tommy mengusulkan untuk menguji kemampuan Tae-yong.
Pelatih Shin Tae-yong pertama melatih tim sepak bola Indonesia pada 2019.
Ia mencontohkan dengan kasus Nathan, pemain naturalisasi yang sempat dipanggil pulang klubnya, SC Heerenveen asal Belanda, setelah membawa tim U-23 Indonesia menang 4-1 atas tim U-23 Yordania di Piala Asia.
Ketua Umum PSSI Erick Thohir lantas turun langsung untuk melobi Heerenveen hingga Nathan bisa kembali memperkuat tim U-23.
“Harusnya kita challenge, ketika tanpa Nathan Tjoe-A-On, apa yang akan dilakukan oleh Shin Tae-yong?” kata Tommy saat tampil di acara Hotroom Metro TV pada Rabu (24/4).
“Kalau disuapin terus sama Erick Thohir, enak betul Shin Tae-yong.”
Menurutnya, itu akan menjadi “test case” yang tepat untuk menilai kualitas sesungguhnya Tae-yong.
Shin Tae-yong adalah pelatih pertama yang berhasil membawa tiga kelompok tim sepak bola Indonesia lolos ke Piala Asia, yaitu tim U-20, tim U-23 dan tim senior.
Pengamat lainnya, Justinus Lhaksana, tak setuju dengan pendapat Tommy.
“Enggak bisa buat test case lah. Ini pertandingan penting,” kata Justinus.
Komentar Tommy tersebut lantas memicu keramaian di media sosial, utamanya di X (dulunya Twitter).
Banyak warganet yang merasa kata-kata Tommy tak masuk akal, karena seakan ingin mengorbankan pertandingan penting semata-mata demi menguji kualitas pelatih.
Sementara itu, Justinus mengatakan kombinasi pemain naturalisasi dengan pemain Indonesia yang bermain di luar dan dalam negeri, ditambah racikan taktik Tae-yong, berhasil melahirkan prestasi.
“Shin Tae-yong dengan game plan-nya itu sesuai dengan kapasitas pemain kita,” kata Justinus.
Melindungi pemain muda Indonesia dari sorotan berlebihan
Ada harapan besar agar para pemain tim U-23 Indonesia saat ini dapat diandalkan dalam jangka panjang, kata pengamat sepak bola Anton Sanjoyo.
Maksudnya, mereka diharapkan bisa naik ke tim senior dan konsisten unjuk gigi hingga usia 30an.
Karena itu, Anton merasa penting untuk menjaga para pemain muda ini dari sorotan berlebihan, termasuk dari warganet dan media massa.
Sorotan berlebihan terhadap para pesepak bola muda Indonesia dianggap dapat berdampak buruk.
“Mereka sudah masuk semifinal. Apa pun yang terjadi nanti, mereka pulang pasti diarak, dibawa ke istana negara lah, diundang televisi ini, televisi itu. Akhirnya mereka merasa menjadi star,” kata Anton.
“Begitu mereka merasa menjadi star, selesai sudah. Selesai.”
Maka, setiap pihak disebut harus bekerja sama untuk membuat mereka tetap membumi.
“Dengan sanjungan-sanjungan yang berlebihan, menurut saya mereka akan busuk sebelum waktunya,” kata Anton.
“Biarkan mereka berkembang. Kecuali kalau sudah mature, sudah kelasnya benar-benar senior, mereka mendapatkan pujian, ya oke lah. Karena kan mereka sudah stabil emosinya.”
sumber: bbc