MENGAPA YORDANIA IKUT MENCEGAT SERANGAN IRAN KE ISRAEL SERTA BAGAIMANA POSISI YORDANIA DALAM SEJARAH?

SUMBER GAMBAR, EPA
Keterangan gambar,Seorang perempuan berjalan melintasi spanduk bergambar rudal Iran di Teheran, Selasa (16/04).

Minggu (14/04) malam hingga Senin (15/04) terasa panjang bagi warga Timur Tengah menyusul serangan Iran ke Israel.

Sebanyak 170 drone, 30 rudal jelajah, dan 110 rudal balistik dilesatkan dari Iran, Irak, Suriah, dan Yaman menuju wilayah Israel.

Israel mengeklaim sistem pertahanan mereka yang canggih mampu menangkis drone dan rudal Iran. Sebagian ditembak jatuh oleh sekutu Israel, yaitu Amerika Serikat.

Selain AS, sekutu Israel yang turut berperan mencegat drone dan rudal Iran mencakup Inggris, Prancis, dan Yordania. Tiga negara pertama – AS, Inggris, dan Prancis – adalah negara-negara Barat.

Namun, tatkala Yordania ikut menjatuhkan drone dan rudal Iran, sejumlah pengguna media sosial di negara-negara Muslim lainnya di dunia terkejut bahkan melontarkan kritik.

Serangan Iran ke Israel terlihat dari Amman, Yordania, pada Minggu (14/04).

Di Pakistan, misalnya, ‘Yordania’ menjadi salah satu kata paling dicari di jejaring X (sebelumnya Twitter).

Mushtaq Ahmad Khan, mantan legislator dan anggota senat Pakistan yang juga pemimpin Jamaat al Islami, mengunggah foto Raja Abdullah II dari Yordania dan melontarkan sejumlah pandangan negatif terhadap sang raja.

Lebih dari 2,6 juta orang merespons cuitan Mushtaq – yang memperlihatkan ketertarikan khalayak Pakistan akan topik ini.

Mushtaq menyebut Raja Yordania tidak pernah berhasil menghentikan drone, rudal, dan pesawat Israel, tetapi dengan segera menjatuhkan drone dan rudal Iran sebelum masuk ke Israel.

“Saya kecewa,” ujar Mushtaq kepada platform Azad Digital.

Ratu Rania, istri dari Raja Abdullah II Yordania, keturunan Palestina.

Bukan hanya di Pakistan kecaman seperti ini terjadi, melainkan di Yordania sendiri.

Aksi demo menentang Israel dilakukan di depan Kedubes AS hingga beberapa minggu silam.

Patut dicatat bahwa satu dari lima orang di Yordania memiliki leluhur asal Palestina.

Ratu Rania, istri Raja Abdullah II, juga merupakan keturunan Palestina dan sudah angkat bicara tentang krisis kemanusiaan di Gaza akhir-akhir ini.

Apa posisi Yordania dan Iran dalam pertikaian ini?

Setelah menuai kritik publik, pemerintah Yordania dalam pernyataan resminya menyebut tindakan penjatuhan drone dan rudal Iran sebenarnya diambil demi melindungi warga lokal.

“[Kami] mencegat [rudal dan drone] karena ini mengancam warga kami dan wilayah-wilayah yang populasinya banyak,” demikian bunyi pernyataan itu.

Serpihan dari target-target yang dihancurkan, jatuh di sejumlah tempat di Yordania – tetapi tidak menimbulkan korban.

Raja Abdullah II dari Yordania saat hendak menemui Presiden Prancis, Emmanuel Macron, di Paris pada 16 Februari 2024.

Pemerintah Yordania juga menyatakan: “Pasukan kami akan melindungi Yordania ke depannya untuk menghalau serangan apa pun dari negara mana pun demi melindungi negara, warga, bentangan udara, dan wilayah”.

Menurut laporan dari kantor berita resmi Iran, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran memperingatkan bahwa mereka mengawasi gerak-gerik Yordania saat serangan terhadap “negara Zionis [Israel]” terjadi. IRGC menyebut apabila Yordania terus mengintervensi, maka negara itu bisa menjadi target selanjutnya.

Akan tetapi, Menteri Dalam Negeri Iran, Nasser Kanani, menolak untuk berkomentar.

“Saya tidak berada dalam posisi untuk mendiskusikan peran Yordania dalam mencegah serangan ini. Itu adalah isu militer,” ujarnya.

“Hubungan kami dengan Yordania ramah dan sudah ada pertemuan rutin antara pejabat kedua negara dalam beberapa bulan terakhir.”

Perlu dicatat bahwa baru-baru ini, kelompok milisi Irak yang didukung Iran, Maqamouta Islamiya, melancarkan serangan drone terhadap Tower 22, pangkalan militer AS di Yordania yang menewaskan tiga tentara AS dan 34 lainnya luka-lukanya.

Dalam sejarah, Yordania dianggap sebagai sekutu dekat AS.

Hubungan Yordania dan Israel membaik pada 1990-an menyusul perjanjian kedua negara yang didukung AS.

Di mana letak Yordania dan bagaimana sejarah negara ini di dunia Arab?

Secara geografis, Yordania terletak di lokasi yang sensitif di Timur Tengah.

Yordania berbatasan dengan Arab Saudi, Irak, Suriah – juga Tepi Barat dan Israel. Panjang garis pantai Laut Merah di Yordania hanya sekitar 25 kilometer.

Menurut data World Bank, Yordania memiliki populasi hampir sebesar 11 juta jiwa.

Lebih dari 90% dari jumlah ini adalah orang-orang Arab sehingga bahasa Arab menjadi bahasa resmi. Banyak orang dari Palestina dan Suriah bermigrasi ke Yordania.

Presiden AS Bill Clinton menjembatani perjanjian damai antara Israel dan Yordania pada 1994.

Sistem pemerintahan Yordania adalah monarki dan Raja Abdullah II adalah pemimpin negara saat ini. Keluarga Hashemite telah memerintah Yordania sejak resmi merdeka dari Inggris pada 1946.

Situs web resmi Raja Abdullah II menjelaskan sejarah dan silsilah keluarga Hashemite dijelaskan secara terperinci. Situs itu mengeklaim bahwa silsilah Raja Yordania bisa ditelusuri hingga Nabi Muhammad SAW dan kakek buyutnya, Hashem.

Sebelum abad ke-20, wilayah ini diperintah oleh Kekaisaran Ottoman selama 400 tahun. Ini dijadikan pembenaran bagi pergerakan kemerdekaan yang diraih melalui Pemberontakan Arab pada tahun 1916 – berkat dukungan sekutu lainnya termasuk Inggris.

Pada tahun 1917, pasukan gabungan Inggris-Arab menguasai wilayah tersebut, termasuk Palestina.

Tahun 1921, Palestina dipisahkan dari wilayah tersebut untuk membentuk Transyordania. Abdullah menjadi penguasa wilayah ini dan dinobatkan sebagai raja pertama Yordania.

Inggris berkali-kali mengupayakan agar Emir Mekah, Syarif Hussein bin Ali, menandatangani Deklarasi Balfour yang kontroversial dan membayar sejumlah besar uang sebagai gantinya. Namun, dia menolak tawaran tersebut. Setelah itu, aliansi dengan Al-Saud dibentuk melawan pihak Sekutu.

Deklarasi Balfour sendiri adalah dokumen kontroversial yang dibuat oleh Inggris untuk menjadikan Palestina sebagai wilayah pemukiman Yahudi.

Hingga 1946, wilayah ini diperintah oleh pemerintah Inggris. Namun, pada tahun 1946, wilayah tersebut menjadi negara merdeka dan diberi nama “Al-Mamlakat al-Urduniyyaat al-Hashimiyyah” (Kerajaan Hashemite Yordania).

Yordania terlibat dalam empat perang dengan Israel antara tahun 1948 dan 1973, termasuk Perang Arab-Israel Pertama tahun 1948, Perang Enam Hari 1967, Perang Attrition 1967-1970, dan Perang Yom Kippur 1973.

Namun, berkat upaya pemerintahan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton, tercapai kesepakatan damai antara Yordania dan Israel pada tahun 1994. Sejak saat itu, ketegangan antara kedua negara mereda.

Menurut situs web pemerintah Yordania, kisah bendera Yordania juga sangat menarik. Bendera ini terinspirasi dari bendera Pemberontakan Arab melawan Kekaisaran Ottoman.

Bendera Yordania memiliki tiga warna berbeda dan segitiga berwarna merah. Bendera ini juga memiliki bintang berujung tujuh.

Setiap sudut bintang tersebut melambangkan tujuh ayat dalam Surah Al-Fatihah, surat pertama dalam kitab suci umat Islam, Al-Qur’an. Bintang inilah yang membedakan bendera Yordania dari bendera Palestina.

Segitiga merah pada bendera mewakili kekhalifahan Islam yang pernah memerintah Yordania sepanjang sejarah. Adapun tiga persegi panjang lainnya melambangkan tiga kekhalifahan tersebut.

Persegi panjang berwarna hitam melambangkan Kekhalifahan Abbasiyah, putih melambangkan Kekhalifahan Umayyah, dan hijau melambangkan Kekhalifahan Fatimiyah.
sumber: bbc

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.