Foto: Perang Gengster Haiti (AP Photo/Odelyn Joseph)
Jakarta, CNBC Indonesia – Situasi di Haiti semakin memanas. Badan urusan kemanusiaan PBB, Program Pangan Dunia (WFP), menyebut sistem kesehatan di negara itu hampir runtuh akibat kekurangan staf, peralatan, tempat tidur, obat-obatan serta darah untuk merawat pasien yang menjadi korban kerusuhan geng.
WFP juga menyebut dua lusin truk yang membawa peralatan penting, pasokan medis dan makanan terjebak di pelabuhan ibu kota. Akibatnya pihaknya telah menghentikan layanan transportasi lautnya, dengan alasan ketidakamanan.
“Layanan transportasi laut WFP yang kini ditangguhkan,” kata PBB, seperti dikutip Reuters pada Jumat (8/3/2024).
“Saat ini (layanan itu) merupakan satu-satunya sarana transportasi makanan dan pasokan medis untuk organisasi kemanusiaan dan pembangunan dari Port-au-Prince ke wilayah lain di negara ini,” ujarnya.
Pemerintah Haiti pada Kamis mengatakan akan memperpanjang keadaan darurat di sekitar Port-au-Prince selama satu bulan ke depan akibat kekerasan geng. Insiden ini muncul dengan tujuan untuk menjatuhkan pemerintah, tetapi telah menyebabkan ribuan orang meninggalkan rumah mereka.
Pihak berwenang pertama kali mengumumkan keadaan darurat pada hari Minggu setelah pertempuran meningkat. Di mana narapidana dikeluarkan dari penjara oleh geng bersenjata dan diperkirakan puluhan ribu orang mengungsi.
Saat ini jam malam diterapkan setiap malam hingga 11 Maret. Keadaan darurat di Departemen Ouest pun akan diperpanjang hingga 3 April.
Pemerintah mengatakan hal ini dilakukan untuk menegakkan kembali ketertiban dan mengambil tindakan yang tepat untuk mengambil kembali kendali situasi. Pemerintah juga melarang semua protes publik, siang dan malam, dan memungkinkan pasukan keamanan menggunakan “semua cara hukum” yang mereka miliki untuk menegakkan jam malam dan menangkap mereka yang melanggarnya.
Saat insiden terjadi, Perdana Menteri (PM) Ariel Henry berada di Kenya dan belum kembali ke Haiti hingga saat ini. Ia tampaknya tidak mampu atau tidak mau kembali ke Port-au-Prince, tempat baku tembak terjadi di sekitar pusat transportasi utama, termasuk bandara internasional.
Henry, yang berada di Puerto Rico sejak Selasa, berbicara dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken melalui telepon pada Kamis. Hal ini disampaikan oleh pejabat senior Departemen Luar Negeri Brian Nichols di Washington.
“Dalam percakapan intensif, Blinken berbicara dengan Henry tentang kebutuhan mendesak untuk mempercepat transisi menuju pemerintahan yang lebih luas dan inklusif,” kata Nichols.
sumber: cnbc