MEMORI CINTA KASIH UNTUK KEKASIH ISTRI MAMA KAMI TERCINTA dr. ANI KARONINA SITEPU 01/07/2012

Memori Cinta Kasih kami untuk kekasih istri mama kami tercinta dr Ani Karonina Sitepu ketika kami menari dan menyanyi bersama pada waktu mengikuti ‘Acara Penyegaran’ Anggota PJJ (Perpulungen Jabu-Jabu) ‘Delman-1’ Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) pada hari Sabtu dan Minggu 30 Juni sd 01 Juli 2012 di Pondok Evluser Puncak Jawa Barat, atau lebih dari 11 (sebelas) tahun yang lalu.

Beberapa anggota PJJ kami telah bersama Tuhan Yesus di Taman Firdaus, yaitu antara lain pt dr. Mulia Pinem (Bapa David) ; dk. Sri Ita Bru Brahmana (Nande Podi) ; Rajin Barus (Bapa Firman) dan dr. Ani Karonina Bru Sitepu (Nande Ninta), istri kami.
Salah satu yang bersama kami waktu menari dan menyanyi adalah anak kami pt. dr Mulia Pinem yang menari disebelah kiri kami bersama istrinya keponakan kami dk. Elfrina Sitepu yang semarga dengan istri kami.
Mereka berdua, istri saya dan anak kami dr Mulia Pinem telah bersama Tuhan Yesus di Taman Firdaus Amin.
Pada waktu acara ini dengan suara yang jauh dari sempurna kami menyanyikan 2 (dua) lagu dalam bahasa Batak Karo yaitu Cangkul Cap Buaya dan Kerja Tahun yang memang jadul lagu pavorit kami.

Judul lagu pertama ‘Cangkul Cap Buaya’ adalah seorang pemuda bercerita bahwa dia hanya sebagai petani yang bermodalkan ‘cangkul cap buaya’ modal utama untuk mencari nafkah sebagai petani (merek cangkul cap buaya salah satu merek dagang yang terkenal kualitasnya di kalangan petani) antara lain tajam dan tidak gampang tumpul apalagi patah) di kampungnya dengan beberapa tanaman pohon jeruk di ladang warisan peninggalan orang tuanya.
Sedangkan orang yang dicintainya seorang yang berpendidikan bermodalkan ‘pulpen merek pilot’ yang melambangkan seorang yang berpendidikan yang bekerja sebagai orang kantoran di kota.
Perbedaan yang cukup jauh ini lah membuat hubungan mereka tidak direstui oleh calon mertua walaupun mereka saling cinta satu dengan lainnya.
Sang pemuda bercita-cita suatu saat nanti hubungan mereka akan direstui apabila lima batang pohon jeruk yang dimiliki di ladangnya dia sudah mampu menyemprot anti hama dengan helikopter, sehingga hubungan mereka akan direstui calon mertua pria dan wanita.
Kalau ini juga tidak direstui, semoga menjelang dunia kiamat, barulah hubungan mereka direstui, heheeee…

Judul lagu kedua ‘Kerja Tahun’ adalah pesta muda mudi yang umumnya dilakukan oleh desa – desa setiap tahun setelah selesai panen padi dan tanam kembali di setiap desa di Kabupaten Karo dan disekitarnya di Provinsi Sumatera Utara, dan ini juga telah dilestarikan setiap tahunnya di daerah perantauan oleh masyarakat Karo.
Lagu tersebut di atas, bercerita bahwa sang kekasih yang tinggal didesa merindukan kehadiran kekasihnya yang merantau ke kota lain agar segera pulang ke desa pada waktu pelaksanaan ‘Kerja Tahun’ karena orang perantauan pun banyak yang pulang ke desanya agar bisa merayakannya bersama keluarga dan dapat berkumpul di rumah calon mertua, sekalian untuk melepas rasa rindu di antara mereka berdua. Apalagi pohon jeruk yang mereka tanam dulu berdua menjelang sang kekasih pergi merantau ke kota lain di ladang sebagai ‘tanda cinta kasih mereka berdua’ yang tidak akan pernah luntur karena dimakan usia yang begitu lama berpisah telah mulai menunjukkan tanda-tanda akan berbuah, untuk itulah maka sang kekasih yang tinggal di desa mengharapkan dan merindukan kepulangan sang kekasih agar mereka bisa melihat tanaman yang ditanam kekasihnya yang pohon jeruknya sudah mulai berbuah sekalian ikut bersukacita merayakan bersama pesta Kerja Tahun bersama muda mudi didesanya serta bersama keluarga mereka.

Rekaman video ini sudah cukup lama yaitu lebih dari 11 tahun dalam bentuk format casset VHS sehingga sudah cukup lama tidak pernah ditonton kembali karena alat putarnya sudah tidak bergungsi dan tidak ada lagi mekanik yang bisa memperbaikinya, disamping itu tidak ada lagi dijual di toko dalam kondisi baru.

Puji Tuhan, tidak begitu jauh dari rumah ada jasa yang bisa mengubah video cassete format VHS menjadi format MP2 sehingga dapat di upload ke youtube, dengan maksud kapanpun dan dimanapun kami berada terutama anak kami dr Gracya Mutiara Ninta Karina Bru Sembiring Gurukinayan beserta keluarga besar kami yang rindu mama kami ini atau siapapun yang berkenan menontonnya termasuk kami tentunya dapat mengklik link videonya di youtube semoga……

Syukurlah memori kenangan manis ini telah dapat kami abadikan di youtube bahwa mereka berdua di atas telah pernah bersama kami di dunia fana yang tidak pernah akan dapat kami lupakan dan tetap dapat kami kenang kembali.

Sungguh hidup di dunia ini sungguh singkat, oleh sebab itu marilah kita pergunakan dengan sebaik baik nya dengan memelihara kesehatan kita bersama agar tetap sehat dan tetap semangat beraktifitas dan tetap dalam lindungan berkat TYE.

Untuk lebih mengenal arti dan makna ‘Kerja Tahun’ atau biasa juga disebut ‘Merdang Merdem” kami sertakan dalam narasi ini di bawah.

Perlu kami informasikan bahwa kami diperkenankan oleh anggota PJJ Delman 1 yang hadir di acara tersebut karena kami sebagai Ketua Panitia penyelenggara, heheeee……

Terima kasih/ bujur telah berkenan menonton video ini.
(03012024)

KERJA TAHUN MERDANG MERDEM NIMPA BUNGA BENIH

Merdang Merdem atau Kerja Tahun (Pesta Tahunan) atau Nimpa Bunga Benih (membuat kue apem dari beras yang baru di panen) adalah sebuah perayaan suku Karo di Kabupaten Karo. Merdang merdem tersebut merupakan kegiatan rutin setiap tahun yang biasanya dilaksanakan setelah acara menanam padi di sawah selesai. Perayaan tersebut merupakan bagian dari ucapan syukur kepada sang Pencipta karena kegiatan menanam padi telah selesai. Teriring doa agar tanaman padi tersebut diberkati sehingga bebas dari hama dan menghasilkan panen yang berlimpah.

Momen yang melibatkan seluruh warga kampung tersebut biasanya juga dimanfaatkan muda-mudi sebagai ajang mencari jodoh.

Setiap acara merdang merdem biasanya dimeriahkan dengan gendang guro-guro aron yaitu acara tari tradisional Karo yang melibatkan pasangan muda-mudi. Setiap kecamatan di Tanah Karo merayakan merdang merdem pada bulan yang berbeda. Kecamatan Munte merayakan merdang merdem pada hari ke-26 beraspati medem kalender Karo yang biasanya jatuh di bulan Juli.

Konon, pesta sekampung tersebut sebegitu meriahnya sehingga lama perayaannya sampai enam hari dimana setiap hari mempunyai makna yang berbeda.

1. Hari Pertama (cikor-kor)

Hari tersebut merupakan bagian awal dari persiapan menyambut merdang merdem yang ditandai dengan kegiatan mencari kor-kor, sejenis serangga yang biasanya ada di dalam tanah.
Umumnya lokasinya di bawah pepohonan. Pada hari itu semua penduduk pergi ke ladang untuk mencari kor-kor untuk dijadikan lauk makanan pada hari itu.

2. Hari Kedua (cikurung)

Seperti halnya pada hari pertama hari kedua ditandai dengan kegiatan mencari kurung di ladang atau sawah. Kurung adalah binatang yang hidup di tanah basah atau sawah, biasa dijadikan lauk oleh masyarakat Karo.

3. Hari Ketiga (ndurung)

Hari ketiga ditandai dengan kegiatan mencari nurung, sebutan untuk ikan, di sawah atau sungai. Pada hari itu penduduk satu kampung makan dengan lauk ikan. Ikan yang ditangkap biasanya nurung mas, lele yang biasa disebut sebakut, kaperas, belut.

4. Hari Keempat (mantem atau motong)

Hari tersebut adalah sehari menjelang hari perayaan puncak. Pada hari itu penduduk kampung memotong lembu, kerbau, dan babi untuk dijadikan lauk.

5. Hari Kelima (matana)

Matana artinya hari puncak perayaan. Pada hari itu semua penduduk saling mengunjungi kerabatnya. Setiap kali berkunjung semua menu yang sudah dikumpulkan semenjak hari cikor-kor, cikurung, ndurung, dan mantem dihidangkan. Pada saat tersebut semua penduduk bergembira. Panen sudah berjalan dengan baik dan kegiatan menanam padi juga telah selesai dilaksanakan. Pusat perayaan biasanya di alun-alun atau biasa disebut los desa, semacam balai tempat perayaan pesta.
Acara dimeriahkan dengan gendang guro-guro aron dimana muda-mudi yang sudah dihias dengan pakaian adat melakukan tari tradisional. Perayaan tidak hanya dirayakan oleh penduduk kampung tetapi juga kerabat dari luar kampung ikut diundang menambah suasana semakin semarak. Pada hari itu pekerjaan paling berat adalah makan. Karena setiap kali berkunjung ke rumah kerabat aturannya wajib makan.

6. Hari Keenam (nimpa)

Hari itu ditandai dengan kegiatan membuat cimpa, makanan khas Karo, biasa disebut lepat. Cimpa bahan dasarnya adalah tepung terigu, gula merah, dan kelapa parut. Cimpa tesebut biasanya selain untuk hidangan tambahan setelah makan. Tidak lengkap rasanya merdang merdem tanpa kehadiran cimpa. Untuk kecamatan lain di Tanah Karo kegiatan nimpa diganti dengan ngerires yaitu acara membuat rires yang dalam bahasa Indonesia disebut lemang. Cimpa atau lemang daya tahannya cukup lama, masih baik untuk dimakan meski sudah dua hari lamanya. Oleh karena itu cimpa atau rires cocok untuk dijadikan oleh-oleh bagi tamu ketika pulang.

7. Hari Ketujuh (rebu)

Hari tersebut merupakan hari terakhir dari serangkaian pesta enam hari se- belumnya. Pada hari tersebut tidak ada kegiatan yang dilakukan. Tamu-tamu sudah kembali ke tempat asalnya. Semua penduduk berdiam di rumah. Acara kunjung-mengunjungi telah selesai. Pergi ke sawah atau ladang juga dilarang pada hari itu. Seperti halnya arti rebu itu sendiri yang artinya tidak saling menegur, hari itu adalah hari penenangan diri setelah selama enam hari berpesta. Beragam kesan tinggal melekat dalam hati masing-masing penduduk kampung.

Hari besok telah menanti untuk kembali melakukan aktifitas sebagaimana hari-hari biasanya.
sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id

Siahkan klik video nya di youtube:

This entry was posted in Berita, Berita dan Informasi Utk Takasima, Cerita (Turi - Turin), Informasi Untuk Kab. Karo, Taneh Karo Simalem. Bookmark the permalink.