SUMBER GAMBAR, BBC INDONESIA/RICAD
Keterangan gambar,
Sebanyak 147 pengungsi Rohingya mendarat di Desa Karang Gading, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara pada Sabtu (30/12) malam.
Perahu yang mengangkut sekitar 147 pengungsi Rohingya mendarat di Desa Karang Gading, Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang Sumatra Utara pada Sabtu (30/12) sekitar pukul 23.00 WIB.
Senior Communications Assistant United Nations High Commissioner of Refugees (UNHCR), Yanuar Farhanditya mengatakan para pengungsi masih berlindung di tempat penampungan sederhana sementara hingga Senin (01/01) siang.
“Perkiraan jumlahnya memang 147 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, namun perlu dilakukan proses registrasi untuk memastikannya,” kata Yanuar kepada BBC News Indonesia.
Dalam laporan sejumlah media sebelumnya, disebutkan bahwa para pengungsi Rohingya itu mendarat di Desa Kwala Besar, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. Namun UNHCR memastikan bahwa rombongan pengungsi yang disebutkan itu adalah yang mendarat di Desa Karang Gading.
Hanya saja, lokasi kedua desa ini bersebelahan dan ada masyarakat yang melihat kedatangan para pengungsi tersebut dari Desa Kwala Besar.
Pelaksana tugas (Plt) Bupati Langkat Syah Afandin juga mengatakan bahwa dirinya sempat salah mengira para pengungsi mendarat di wilayah Kabupaten Langkat.
“Jadi itu tidak masuk Kabupaten Langkat tapi masuk ke wilayah Deli Serdang. Saya pun kemarin mispersepsi juga saya pikir di Langkat terus tim saya turun ternyata di Deli Serdang,” ujar kata Syah Afandin kepada Detik.com.
Berdasarkan pantauan wartawan Ricad, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia dari Desa Karang Gading, para pengungsi berlindung di bawah tenda darurat berwarna biru di bibir pantai.
Banyak dari mereka adalah perempuan dan anak-anak. Beberapa anak tampak rewel dan dalam kondisi tidak sehat.
“Para pengungsi beralasan mau mencari tempat yang aman karena Indonesia adalah negara Muslim,” kata Ricad berdasarkan perbincangannya dengan pengungsi di sana.
Kehadiran para pengungsi Rohingya ini mengundang rasa penasaran dari warga sekitar, sekaligus wisatawan yang berwisata di area pantai tersebut.
Sementara itu, UNHCR mengatakan tengah bekerja sama dengan pemerintah dan aparat setempat untuk menangani para pengungsi ini.
“UNHCR berterima kasih kepada Pemerintah Indonesia yang mengizinkan pendaratan darurat ini,” kata Yanuar.
“Karena lokasinya yang sangat sulit diakses dan penuh tantangan dalam memberikan bantuan yang terprediksi dan berkelanjutan, maka diharapkan pemerintah dapat menentukan lokasi agar kita bisa segera memindahkan pengungsi ke lokasi yang lebih mudah dijangkau,” sambung dia.
Pangdam Bukit Barisan: ‘Ditemukan logistik segar di dalam perahu’
Dalam konferensi pers pada Minggu (31/12) malam, Pangdam 1 Bukit Barisan Mayor Jenderal TNI Mochammad Hasan menduga kedatangan pengungsi Rohingya ke Sumatra Utara sebagai “pola baru”.
“Mereka yang selama ini masuk ke Aceh atau ke Sabang, sekarang sudah mulai masuk ke wilayah kami di Pantai Timur Sumatra Utara di Pantai Mercusuar, Labuhan Deli, Deli Serdang,” kata Hasan dikutip dari Detik.com.
Nahkoda dari kapal yang membawa mereka disebut telah kabur dan pindah ke kapal lain pada jarak empat mil sebelum mendarat.
Menurut Hasan, para pengungsi berangkat dari kamp Bangladesh sejak 22 hari sebelum tiba. Namun ditemukan bahan logistik segar dari kapal tersebut.
“Dari kapal ini, ditemukan logistik-logistik segar yang kita duga logistik ini di-support atau didukung dari darat wilayah perairan kita,” sambung Hasan.
Selain itu, Hasan menyebut telah ditemukan kartu UNHCR. Tetapi, semua identitas dan tanggal lahir yang tertera sama.
Terkait situasi ini, dia menyarankan agar dilakukan patroli di wilayah Pantai Timur Sumatra.
“Kami dalam kesempatan ini mohon izin mungkin untuk mulai menyarankan, patroli untuk wilayah Pantai Timur Sumatera Utara, seperti yang dilaksanakan di Pantai Barat supaya dapat menekan mereka masuk ke Aceh yang sekarang mereka masuk ke wilayah Sumut,” sambung Hasan.
Bantuan makanan ‘atas alasan kemanusiaan’
Bupati Langkat, Syah Afandi, sebelumnya mengatakan bahwa ini merupakan kali pertama wilayah ini kedatangan para pengungsi Rohingya. Namun belum diketahui mengapaa mereka memilih mendarat di wilayah tersebut.
Informasi yang dihimpun BBC News Indonesia menyebutkan, kedatangan pengungsi Rohingya itu diketahui pertama kali oleh warga di desa itu.
Mereka kemudian memberikan bantuan makanan karena alasan “kemanusiaan”.
“Karena mereka kasihan,” kata Kepala Desa Kwala Besar, Muhammad Amirudin, kepada detik.com, Minggu (31/12).
Sebagian pengungsi disebutkan “kelaparan” dan “kehausan”, ungkap Amirudin seraya menambahkan mereka tidak memiliki atau membawa makanan.
Beberapa di antaranya juga terlihat sakit, tambah Amiriduddin kepada Kompas.com, sehingga “atas dasar kemanusiaan” mereka di desa untuk diberi obat.
Sebelumnya para pengungsi Rohingya lebih memilih untuk mendarat di sejumlah pantai di Provinsi Aceh, setidaknya sejak November 2023.
Indonesia telah meminta bantuan dunia internasional dan mengintensifkan patroli di perairannya, lantaran peningkatan tajam jumlah pengungsi Rohingya di wilayahnya.
Para pengungsi itu menggalkan kamp-kamp pengungsian di Bangladesh sejak bulan November dan sebagian mereka mendarat di sejumlah wilayah di Aceh.
Sejak November 2023, lebih dari 1.600 orang Rohingya telah tiba di Aceh dan mendapat penolakan oleh sebagian masyarakat di sana.
Para pengungsi itu dianggap berperilaku buruk dan menimbulkan beban ekonomi bagi masyarakat.
Indonesia, seperti Thailand dan Malaysia, bukanlah negara yang ikut menandatangi Konvensi PBB 1951 tentang pengungsi.
Sehingga, mereka tidak berkewajiban menerima pengungsi Rohingya.
Sejauh ini, pengungsi yang berada dalam kesulitan setidaknya telah menerima akomodasi sementara.
sumber: bbc