Xhardy – Tim Kampanye Nasional atau TKN Prabowo Gibran sedang panik. Mereka panik tapi berusaha tampil tenang dan tegar.
Bahkan yang paling parah, Nusron Wahid menilai Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Alasan dia adalah karena banyak pihak tidak senang dengan majunya anak muda sebagai calon pemimpin. Ada anak muda mau jadi pemimpin, tapi terus diributkan. Gimana baik-baik saja?
Jika Indonesia mau baik-baik saja, seharusnya anak muda diberikan kesempatan maju sebagai pemimpin. Dia bilang, saat ini mayoritas pemilih juga berasal dari anak muda. Harusnya kita kasih kesempatan dan karpet merah serta kepada anak muda.
Pertanyaan saya adalah, kalau memang mau kasih kesempatan yang seluas-luasnya pada anak muda, kenapa harus Gibran? Apakah karena dia anak presiden? Kalau bukan anak presiden, apakah mereka akan tersenyum, lalu membuka tangan lebar-lebar untuk mengusung anak yang entah dari mana?
Yang paling parah adalah Gibran maju di atas aturan yang secara hukum cacat. Pamannya bersalah, tapi Gibran tetap bisa maju. Kalau ada orang tidak meributkan ini, maka mereka adalah kelompok pendukung Prabowo-Gibran. Hanya mereka yang mendukung dan berusaha mengalihkan isu.
Kasih karpet kepada anak muda? Coba lihat gaya politik kelompok sebelah, apakah yakin mereka mau beri karpet merah kalau Gibran bukan anak presiden? Kalau bukan anak presiden, apakah mungkin Partai PSI mau mengangkat Kaesang jadi ketua umum meski baru dua hari jadi kader PSI? Semua itu cuma omong kosong. Semua itu cuma teori yang tidak konsisten.
Justru mereka itu sedang membodohi anak-anak muda dengan alasan yang tidak masuk akal. Mereka justru menguburkan mimpi anak muda karena Gibran dibela setengah mati padahal berhasil maju lewat putusan MK yang dipimpin oleh paman kesayangan.
Anak-anak muda justru jadi pesimis karena berpikir, percuma saja punya kemampuan, punya rekam jejak, punya kepintaran kalau tidak punya paman atau bapak yang punya kuasa. Semua syarat tidak penting kalau tidak punya orang dalam. Percuma punya mimpi setinggi langit, percuma kerja keras jungkir balik, banting tulang, kalau ujung-ujungnya kalah sama orang lain yang bisa dapat apapun tanpa keringat.
Justru kubu Prabowo ini sedang mengajarkan contoh yang jelek untuk kita semua. Yang belum punya hak, bisa diatur supaya punya hak. Aturan tidak mendukung, bisa diakali, aturannya diubah seenaknya. Mereka ini seolah mengejek, kalau kamu bukan anak presiden, gak usah mimpi jadi pemimpin. Kalau kamu tidak punya paman yang bisa utak-atik aturan, jangan mimpi terlalu tinggi. Kalau kamu bukan anak presiden, jangan mimpi bisa jadi ketua umum parpol. Yang lebih hebat harus mengalah pada yang keluarganya berkuasa. Yang sudah berpengalaman harus kalah dengan anak kemarin sore hanya karena keluarganya punya kuasa.
Apakah ini fair? Apakah ini adil? Apakah ini yang mau diajarkan kepada anak muda?
Kalau mau kasih kesempatan pada anak muda, kasih dong contoh yang bagus. Jangan tabrak aturan. Usung Gibran jika usia sudah cukup, bukan dengan mengubah aturan supaya Gibran lolos. Jangan dipikir anak muda bisa dibodoh-bodohi. Mereka jauh lebih melek informasi. Justru mereka itu muak dan eneg dengan semua ini. Ini kayak antre, tapi antreannya diserobot.
Coba bayangkan, Kalian lamar kerja, diinterview berkali-kali, lolos, ikut tes juga lolos, kemudian kalian diberitahu sebenarnya kalian itu kemampuannya hebat, cerdas, sangat layak untuk bekerja, tapi akhirnya gagal karena posisinya diambil orang dalam. Sakit gak? Analogi inilah yang sedang diributkan banyak orang saat ini. Apalagi ini negara, bukan perusahaan milik nenek moyang sendiri. Negara mau dijadikan kayak perusahaan milik keluarga. Kalau masih waras, pasti resah.
Bagaimana menurut Anda?
sumber: seword