Seorang pekerja medis membantu bayi prematur Palestina yang terbaring di inkubator di bangsal bersalin Rumah Sakit Shifa, yang menurut pejabat kesehatan akan ditutup karena kehabisan bahan bakar dan listrik, di Gaza, 22 Oktober 2023. (Foto: Reuters)
Militer Israel menyatakan siap mengevakuasi bayi-bayi dari rumah sakit terbesar di Gaza pada Minggu (12/11). Rencana tersebut muncul setelah para pejabat Palestina mengatakan dua bayi baru lahir meninggal dan puluhan bayi lainnya dalam bahaya setelah bahan bakar habis di tengah pertempuran sengit di daerah tersebut.
Ketika situasi kemanusiaan terpuruk, otoritas perbatasan Gaza mengatakan penyeberangan Rafah ke Mesir akan dibuka kembali Minggu (12/11) untuk para pemegang paspor asing setelah ditutup pada Jumat (10/11).
Hamas mengatakan pihaknya telah menghancurkan seluruh atau sebagian lebih dari 160 sasaran militer Israel di Gaza, termasuk lebih dari 25 kendaraan dalam 48 jam terakhir. Seorang juru bicara militer Israel mengklaim Hamas kehilangan kendali atas Gaza utara.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Sabtu (11/11) petang, mengumumkan kematian lima tentara Israel lagi di Gaza. Militer Israel mengatakan 46 orang tewas sejak operasi darat di sana dimulai.
Di Tel Aviv, ribuan orang berunjuk rasa untuk mendukung keluarga para sandera.
Penduduk Gaza mengatakan pasukan Israel, yang berperang untuk melenyapkan Hamas setelah serangan berdarah melintasi perbatasan pada 7 Oktober, bentrok dengan orang-orang bersenjata Hamas sepanjang malam di dan sekitar Kota Gaza. Rumah Sakit Al Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza, berlokasi di wilayah tersebut.
Ashraf Al-Qidra, yang mewakili Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, mengatakan rumah sakit tersebut menghentikan operasinya setelah bahan bakar habis. Akibatnya, dua bayi meninggal di inkubator. Rumah sakit itu, kata Al-Qidra, saat ini menampung 45 bayi.
Dia mengatakan serangan artileri Israel menewaskan seorang pasien yang saat itu berada dalam perawatan intensif. Selain itu, para penembak jitu Israel yang berada di atap gedung kerap menembak kompleks medis, sehingga membatasi kemampuan orang untuk bergerak.
“Kami terkepung di dalam Kompleks Medis Al Shifa, dan pendudukan (Israel) telah menargetkan sebagian besar bangunan di dalamnya,” katanya kepada Reuters melalui telepon.
Suasana Mencekam
Ahmed al-Mokhallalati, seorang ahli bedah plastik senior di Al Shifa, mengatakan kepada Reuters bahwa serangan pengeboman terus menerus berlangsung selama lebih dari 24 jam. Dia mengatakan sebagian besar staf rumah sakit dan orang-orang yang berlindung di sana memilih mengungsi. Namun 500 pasien masih tetap bertahan.
“Ini benar-benar zona perang. Suasana yang sangat mencekam di rumah sakit ini,” katanya.
Sayap militer Jihad Islam sekutu Hamas, Brigade Al-Quds, mengatakan pihaknya “terlibat dalam bentrokan dengan kekerasan di sekitar Kompleks Medis Al Shifa, lingkungan Al Nasr, dan kamp Al Shati di Gaza.”
Al Nasr adalah rumah bagi beberapa rumah sakit besar.
Israel mengatakan roket masih ditembakkan dari Gaza ke Israel selatan.
Para pejabat Palestina mengatakan pada Jumat bahwa 11.078 warga Gaza tewas dalam serangan udara dan artileri sejak 7 Oktober, sekitar 40 persen di antaranya adalah anak-anak. [ah/ft]
sumber: voa