SUMBER GAMBAR, SAR LAMPUNG
Kepolisian telah mengungkap identitas tiga dari empat mayat tanpa kepala di wilayah Lampung. Namun masih tersisa misteri terkait identitas satu mayat yang ditemukan pada 15 Agustus 2023.
Kepala Bidang Humas Polda Lampung, Kombes Umi Fadilah Astuti, mengatakan tiga mayat yang teridentifikasi merupakan anak buah kapal (ABK) KM Bintang Mutiara Jaya yang mengalami kecelakaan di perairan Cirebon, Jawa Barat, pada 21 Agustus 2023.
Menurut temuan polisi, keempat jenazah tersebut ditemukan tanpa kepala karena “proses pembusukan yang normatif di air laut”, sehingga menyebabkan organ tubuh mereka terputus.
“Ini akibat proses pembusukan yang normatif di air laut yang menyebabkan organ tubuh terputus. Jadi itu bukan mutilasi,” tutur Umi.
Bagaimana kasus bermula?
Masyarakat sempat heboh ketika ditemukan empat jenazah tanpa kepala berjenis kelamin laki-laki di wilayah Lampung pada rentang Agustus hingga September 2023.
Jasad pertama ditemukan pada Selasa (15/08) di Kabupaten Tanggamus dengan kondisi tanpa kepala dan tubuh rusak mencapai 80%. Jasad inilah yang belum diketahui identitasnya sampai Jumat (20/10).
Mayat kedua ditemukan hampir tiga pekan kemudian atau Rabu (06/09) di Lampung Selatan. Kondisinya tanpa kepala dan sendi di dua telapak tangan serta kaki.
Masih pada hari yang sama, Rabu (06/09), jenazah ketiga ditemukan di pantai Dusun Parit Dua, Desa Pematang Pasir, Lampung Selatan. Kondisinya juga sama, tanpa kepala serta sendi di dua telapak tangan dan kaki.
Jasad kedua dan ketiga ini kemudian teridentifikasi sebagai Kasdi atau Tarsoni, namun polisi belum bisa memastikan mana yang merupakan jasad Kasdi dan mana yang Tarsoni.
Sedangkan jasad keempat ditemukan warga di pesisir Pantai Karang Bolong, Kecamatan Limau, Kabupaten Tanggamus, Lampung, pada Kamis (07/09), dengan kondisi tanpa tengkorak.
Jasad keempat ini kemudian teridentifikasi sebagai Agus Sutanto.
Apa yang terjadi pada ketiga jenazah?
Menurut Umi, KM Bintang Mutiara Jaya adalah kapal pencari cumi-cumi.
Kapal dengan 12 anak buah kapal (ABK) itu berlayar dari Muara Angke, Jakarta Utara, menuju Kalimantan pada 21 Agustus 2023.
Namun ketika sampai di perairan Cirebon, kapal diterjang oleh ombak setinggi empat meter sehingga tenggelam.
“Dari 12 ABK itu, sembilan orang hilang dan tiga orang lainnya selamat,” kata Umi.
Informasi mengenai kecelakaan inilah yang nantinya menjadi salah satu petunjuk polisi dalam mengungkap kasus ini.
Mengapa polisi menyimpulkan mereka ‘bukan korban mutilasi’?
Para korban yang telah teridentifikasi, kata Umi, ditemukan dalam kurun berminggu-minggu setelah kecelakaan terjadi.
“Dalam kurun itu jasad mereka ada di dalam air. Kalau pembusukan di dalam air, kepala memang lebih cepat dibandingkan bagian tubuh lain,” jelas Umi.
Selain itu, tulang atlas (tulang leher pertama yang menyokong tengkorak) dari para korban juga dalam kondisi masih utuh.
Polisi juga tidak menemukan tanda-tanda kekerasan pada jasad mereka.
“Kalau ditebas kan kelihatan, jadi itu bukan mutilasi, bukan tindak pidana pembunuhan. Ini murni kecelakaan laut,” kata Umi.
Tim Forensik melakukan autopsi dua jasad tanpa kepala yang ditemukan di Lampung Selatan, Senin (11/9/2023).
Bagaimana proses pengungkapannya?
Polisi awalnya kesulitan mengidentifikasi jenazah karena tidak ada telapak tangan atau sidik jari. Mereka akhirnya mengambil sampel DNA dari rambut kemaluan jenazah.
Polres Lampung Selatan, Polres Tanggamus, serta Polda Lampung akhirnya membuka saluran telepon untuk pengaduan warga yang merasa kehilangan anggota keluarganya. Terdapat 30 warga yang menghubungi saluran tersebut.
“Salah satunya ada Ibu Juni yang menelepon, menginformasikan bahwa saudaranya hilang karena kausnya sama dengan yang mereka punya, ada tulisan ‘Mamae Zahra’ dan ‘Mimie Antar’,” kata Umi.
Salah satu jenazah memakai kaos bertuliskan ‘Mamae Zahra’.
Polisi kemudian menghubungi Juni, yang merupakan warga Indramayu, Jawa Barat. Juni kemudian menyambungkan telepon kepada Kayim, yang kehilangan dua anaknya yang merupakan ABK.
Berdasarkan keterangan Kayim pula, polisi mencari tahu informasi Polisi Air.
Dari situlah diketahui bahwa ada kapal yang dilaporkan tenggelam di perairan Cirebon.
Siapa mereka?
Kepolisian, menurut Umi, kemudian meminta keterangan kepada tiga ABK KM Bintang Mutiara Jaya yang selamat. Dari situ mereka mengantongi identitas sembilan ABK yang hilang.
Polisi berhasil menghubungi keluarga dari tujuh ABK yang hilang untuk mengambil sampel DNA untuk dicocokkan dengan keempat mayat yang ditemukan.
Hasil DNA itu yang kemudian memastikan bahwa tiga mayat tanpa kepala adalah Kasdi, Tarsoni, dan Agus Sutanto.
Kasdi dan Tarsoni adalah dua bersaudara, anak dari Kayim.
“Tapi dari dua jasad mereka, kami belum tahu mana yang Kasdi dan mana yang Tarsoni,” ujar Umi.
Bagaimana dengan satu mayat yang belum teridentifikasi?
Hingga Jumat (20/10), polisi belum bisa mengungkap identitas dari mayat tanpa kepala yang ditemukan di Tanggamus pada 15 Agustus.
“Kami nggak tahu apakah yang ditemukan dari tanggal 15 Agustus ini adalah bagian dari [korban kecelakaan] yang 21 Agustus, atau dari yang lain lagi,” kata Umi.
Sebab, korban ditemukan sebelum kecelakaan tersebut terjadi.
Polisi masih membuka layanan telepon untuk masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarga mereka.
Ciri-ciri yang melekat pada tubuh korban berusia 45 tahun ini adalah celana training warna biru dengan motif angka nomor 17.
sumber: bbc