PETASAN, SELALU MAKAN KORBAN TAPI ORANG NGGAK KAPOK MEMAINKAN. GARA-GARA LEMAHNYA HUKUMAN?

Widodo SP – Petasan. Barang yang satu ini selalu bikin masalah setiap kali memasuki bulan Ramadhan hingga beberapa hari setelah Idul Fitri berlalu. Sudah banyak korban gara-gara menyelepekan “peledak” yang satu ini, mulai dari jari putus, rumah terbakar, hingga korban jiwa. Namun, tampaknya bagi sebagian orang fakta mengerikan seputar petasan dianggap bak angin lalu, bahkan mungkin merasa hal-hal di atas tak pernah terjadi.

Bagaimana dengan tahun ini? Tak banyak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Penggunaan petasan maupun ledakan bahan pembuat petasan yang disimpan dalam rumah, kembali memakan korban. Hanya manusia dan lokasinya saja yang berbeda, tetapi anehnya … orang masih belum kapok juga mainan petasan, dalam berbagai bentuk, ukuran, daya ledak, dan suara yang ditimbulkan.

Jujur saja, meski sempat bermain petasan karena sekadar ingin tahu, saya tak hobi bermain petasan. Hanya sesekali saja sewaktu masih kecil, lalu sampai hari ini tidak saya sentuh lagi. Entah bagaimana sejak kecil saya menyadari kalau bermain petasan itu berbahaya.

Mungkin salah satunya karena melihat langsung ada jari tangan seseorang di kampung saya yang hilang gara-gara petasan. Penyebab lainnya, saya memang kurang suka dengan suara keras yang ditimbulkan oleh petasan. Masih mending mainan kembang api dan beberapa variannya, yang relatif aman dan bisa dinikmati keindahannya saat kembang api dinyalakan.

Sewaktu kecil, selain kembang api yang berbentuk kayak sempol tapi kurus (ada yang pendek, ada yang panjang), saya suka bermain dengan kembang api tetes, yang bisa menyala sangat terang sambil menimbulkan efek tetesan ke tanah.

Namun, meskipun menyukai kembang api, saya cukup jarang juga memainkannya, karena lebih menyukai permainan tradisional (yang dimainkan tanpa maupun dengan alat), juga permainan yang memerlukan gerak tubuh seperti sepak bola, basket, gobak sodor, bentengan, hingga petak umpet.

Mencermati fenomena petasan ini selama bertahun-tahun, faktor yang membuat bahan peledak ini seperti sukar dihentikan penjualan dan penggunaannya … salah satunya karena penegakan aturan dan hukum yang lemah. Kurang tegas dan kurang tega!

Sempat beberapa waktu lalu kan sempat ada larangan penjualan petasan dengan segala macam variannya, tapi tak lama kemudian seperti kambuh lagi. Marak lagi orang berjualan petasan di pinggir jalan, di toko, hingga di warung kecil yang ada di kampung.

Selain hukum dan aturan yang tegas, faktor orangtua dan lingkungan juga sangat menentukan dalam mengurangi atau memperparah penggunaan petasan (dengan potensi yang sama besarnya) di lingkungan terkecil di lingkungan RT atau RW.

Jika pembiaran yang pemakluman yang lebih dominan, maka mengurangi penggunaan petasan dengan segala kegaduhan dan bahaya yang bisa ditimbulkan olehnya, hanyalah seperti mimpi di siang bolong.

Sebelum ada kejadian fatal atau peristiwa yang menghanguskan rumah, membakar atau memutuskan anggota tubuh, dan melenyapkan nyawa … mungkin takkan pernah ada kata jera. Bagaimana menurut Anda?

Begitulah kura-kura…
sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.