APAKAH SITU PIKIR MENULIS DI SEWORD ITU MUDAH?

Argo Javirez – Dengan sedikit reluctant ijinkan saya memberi tahu kepada para pembaca yang budiman bahwa proses bikin tulisan opini di Seword itu tidaklah mudah. Butuh ekstra power dan pemikiran yang prosesnya cukup sulit.

Tulisan saya dipengaruhi oleh pola berpikir, emosi yang terlibat, perasaan, empati akan apa yang saya baca, saya imani, dan saya yakini yang terpapar di alam bawah sadar saya saat merangkai kata demi kata dengan improvisasi agar tidak terkesan lebay dan over dosis kata-kata bersayap.

Kombinasi antara karakter, latar belakang pendidikan, dan emosi jiwalah yang membentuk karakter saya melalui gaya bahasa saya yang karakteristik dalam menuangkan pikiran saya saat menulis artikel.

Tulisan ini bukan karena saya baperan lalu curcol, tapi akhir-akhir ini saya menganalisa tulisan-tulisan saya akhir-akhir ini jujur saja banyak tulisan saya yang jadi serangan para pembaca secara berjamaah.

Tapi don’t worry be happy, my friends. Saya paham itu reaksi wajar sebagai manusia dengan berbagai karakter, baik itu level pendidikannya maupun kemampuannya mencerna isi tulisan saya.

Dari pengamatan saya terhadap tulisan-tulisan saya selama ini, banyak saya temukan karakteristik pembaca Seword yang suka baca tulisan-tulisan saya, mungkin karena gaya pemaparan yang.mencak-mencak, ada pula yang tak suka. Bagi saya itu adalah reaksi yang wajar. Manusiawi.

Sebagai penulis di Seword, tidak mungkin saya bisa membahagiakan dan memuaskan semua pembaca dengan apa yang saya tulis. Kalau saya, santai saja, sekalipun banyak yang menghujat dan ngomel-ngomel di tulisan-tulisan saya selama ini.

Ada yang suka, ada yang tak suka. Ada yang pro, banyak pula yang kontra. Manusiawi itu. Begitu pula dalam kehidupan, baik itu dalam pekerjaan, kehidupan sosial, maupun kehidupan pribadi, seperti demikianlah apa adanya.

Di Seword ini Anda sebagai Pembaca beas memilah dan memilih tulisan-tulisan opini yang Anda sukai. Banyak spesialis penulis yang bisa dipilih untuk membacanya.

Ada yang suka menulis tentang agama dan debat kepercayaan, ada yang suka menulis dengan judul yang bombastis, tapi isinya biasa-biasa saja, take it easy. Pilihlah bacaan yang Anda sukai.

Kalau tidak suka, ya sudah tidak usah dibaca, apalagi dikomeni dengan sengak opini sang penulis. Tinggal ditandai saja penulisnya, blacklist tidak usah dibaca lagi tulisan-tulisannya, apalagi sampai buang waktu komen segala.

Setiap kali tulisannya muncul di tulisan terbaru, Trending, maupun Editor Choice, ya sudah tidak usah dibaca, tidak usah ngomel-ngomel. Hanya buang waktu dan energi saja. Sementara penulisnya masa bodoh dengan apa yang Anda komeni. As simple as that.

Pilihah penulis yang suka balas komen mempertahankan opini pribadi mereka, karena merasa itu adalah hal yang penting dan perlu disampaikan dan didebatkan di kolom komentar. Kalau saya, maaf-maaf saja saya tidak mau buang energi lagi dengan balas komen satu per satu. Bikin tulisan saja sudah capek setengah mati. Biasa saja itu.

Bagi Anda yang belum tahu, mayoritas penulis di Seword, khususnya para penulis yang sudah lama menulis di Seword, sudah saya kenal dan bertemu di dunia nyata. Kami saling ngobrol, ngopi-ngopi bareng, makan siang bareng saat acara kopdar penulis Seword. Sehingga saya dapat mengetahui dimana interest dan mindset mereka dalam berbagai hal, khususnya dalam dunia politik.

Saya juga bicara di depan podium memperkenalkan diri saya dan kenapa saya suka menulis di Seword saat acara kopdar Seword.

Jadi kalau ada yang bilang dan menuduh saya ini penulis akun tuyul siluman abal-abal jebolan tukang semedi di gunung Kemukus yang mukanya buruk rupa macam preman dan maling Residivis, situ salah besar. Kalau tidak percaya, boleh tanya mas Alif.

Selanjutnya, sekalipun fee menulis di Seword itu kecil dan jumlah viewer semakin kesini semakin menurun, mau tembus seribu pembaca saja kini susah setengah mati, namun saya tetap bersyukur dan tetap semangat menulis di Seword.

Saya tetap meluangkan waktu menulis di Seword saat kesibukan dalam pekerjaan di dunia nyata sudah agak landai. Sebab saya ingin melatih untuk mengekspresikan diri dan menciptakan personal branding saya sebagai ciri khas tulisan saya di Seword selama ini.

Selain itu, alasan saya tetap semangat menulis di Seword, kalau tidak salah sejak Pemilu 2014 yang silam, yaitu Dashboard di Seword ini User Friendly tidak diramaikan dengan segala macam fitur-fitur ribet yang butuh waktu untuk menguasainya. Sangat mudah bagi saya yang gaptek ini bikin tulisan dan langsung Publish,

Selain itu, tulisan yang sudah Pubish pun bisa saya edit lagi dengan mudah, baik itu gaya bahasanya, benerin typo kata demi kata, frase demi frase. Mudah dan gak pake ribet.

Itulah sebabnya kenapa saya tetap bertahan menulis di.Seword sebagai wadah untuk mengekspresikan pemikiran saya, apa yang ingin saya tulis disini.

Hormon Endorphin dan kepuasan pribadi akan muncul dengan sendirinya setelah tulisan di-pubish dan dibaca orang, dikomeni sengak atau puja-puji yang bikin ego diri ini melenting.tinggi sampai ke tingkap langit yang ketujuh.

Mood saya menulis itu datangnya seperti cinta, munculnya tiba-tiba. Saat lagi boker pun jadi, tiba-tiba ingin menulis tentang imigran Yaman yang berambisi ingin jadi Presiden di Nusantara.

Jadi intinya, sekalipun saya tidak membalas komentar Pembaca satu per satu, tapi saya baca semua komen di kolom Komentar dan menganalisa kritik yang dilontarkan pembaca.

Saya tidak baperan dengan komen-komen sengak dan caci maki para pembaca di kolom komentar. Namun, sekali lagi saya bilang bikin tulisan yang menghibur Pembaca itu tidaklah mudah.

Tapi saya punya strategi, yaitu bikin tulisan saat mood lagi melenting tinggi. Judul juga saya poles sedemikian rupa supaya nendang dan menghipnotis alam bawah sadar pembaca agar buru-buru membaca tulisan saya yang baru saya Publish.

Yang penting tulisan saya upayakan harus murni opini, informatif, dan membantu pembaca untuk pencerahan. Sulit mamang, tapi memangnya ada dalam hidup ini ada yang mudah semudah membalik telapak kaki?

Jadi, kesimpulan saya sederhana. Sekalipun bikin tulisan itu tidak mudah, namun saya tidak anti kritik. Saya tidak ingin jadi Penulis yang auto anti kritik.

Sebab, saya paham betul tipikal komentar pembaca yang cuma baca judulnya saja, tapi langsung main hajar di kolom komentar, pun tipikal Pembaca yang baca dari awal sampai akhir tulisan. Kualitas mereka beda.

Ada pula.yang komen cuma copas doang dari artikel lain yang bahas isu yang sama. Apapun itu, bagi saya, fenomena itu biarlah berlaku apa adanya. Sebab, yang terlihat dari komentar seseorang itu tercermin dari karakter mereka.

Silahkan saja Anda mengeluarkan isi hati, mau itu jelek, kesal, marah, mencak-mencak, silahkan saja tak ada yang melarang. Sebab, komen-komen Anda justru bikin saya malah dapat ide baru untuk bikin tulisan baru, contohnya artikel yang Anda baca ini.

Apakah ini suatu kelucuan atau kesalah-kaprahan? Entahlah, tanya saja kepada rumput yang bergoyang atau pasir berbisik. Barangkali disana ada jawabnya.

Kura-kura begitu.
sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.