Suasana penutupan program ProPosoKu yang dilaksanakan di Tasiraya, Kelurahan Madale, Kecamatan Poso Kota Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Rabu, 8 Maret 2023. (VOA/Yoanes Litha)
Dua puluh satu mantan narapidana terorisme di Poso Sulawesi Tengah menjadi peserta Program Pendekatan Psikososial untuk Poso yang Lebih Kuat (ProPosoku). Program itu ditujukan untuk membangun rasa percaya diri dan kemandirian mantan napiter sewaktu bereintegrasi dengan masyarakat.
Imran terlihat bersemangat saat namanya dipanggil untuk menerima sertifikat atas partisipasinya mengikuti rangkaian kegiatan ProPosoku. Program yang diinisiasi oleh The Habibie Center (THC) dan Lembaga Penguatan Masyarakat Sipil (LPMS) itu memberikan pelatihan kecakapan psikososial untuk mendukung aktivitas usaha ekonomi para mantan napiter yang umumnya bekerja di sektor informal usai menjalani masa hukuman dan kembali ke masyarakat.
Berbicara kepada VOA, Imran mengatakan program itu telah membuat dirinya lebih terbuka dengan orang lain sehingga memperluas pergaulannya dengan masyarakat luas.
Imran (35), peserta program Pendekatan Psikososial untuk Poso yang Lebih Kuat (ProPosoku), Rabu, 8 Maret 2023. (VOA/Yoanes Litha)
“Pengetahuan kita bertambah kan ternyata stigma itu tidak selamanya betul, lebih banyak salahnya. Maksudnya stigma kepada orang lain kan dengan ini, orangnya begini ternyata setelah kita interaksi dengan orangnya langsung tidak seperti yang orang katakan,” kata Imran di Tasiraya, Desa Madale, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Rabu (8/3), usai kegiatan penutupan program yang digelar sejak April 2022.
Pria berusia 35 tahun itu kini berdagang bawang merah di Kota Poso yang diperolehnya dari petani bawang merah di Sulawesi Selatan. Imran sebenarnya ingin menanam sendiri bawang merah di lahan miliknya di Dusun Tamanjeka. Namun saat ini dia belum memiliki modal yang cukup. Dengan latar belakang status mantan napiter, Imran merasa sulit mengakses pinjaman modal usaha di bank.
ProPosoKu, Upaya Reintegrasi Sosial Mantan Napi Teroris
“Tinggal mendapatkan modal usaha kadang masih tersendatlah. Banyak hal-hal yang kita mesti urus, tapi orang masih ragu-ragu,” cerita Imran yang bebas dari penjara pada tahun tahun 2016 usai menjalani masa hukuman atas keterlibatannya dengan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Pelatihan Literasi Managemen Keuangan
Program ProPosoKu yang didukung oleh Sasakawa Peace Foundation dari Jepang itu juga memberikan pelatihan literasi managemen keuangan bagi 23 perempuan yang merupakan istri mantan napiter.
Widiati alias Umi Wahid, salah seorang peserta perempuan asal Desa Tabalu, Kecamatan Poso Pesisir mengatakan dirinya juga mempelajari pentingnya membangun kemitraan yang lebih luas untuk mengembangkan usaha.
Direktur Lembaga Penguatan Masyarakat Sipil, Endriyati Nur, saat memberikan sertifikat kepada seorang peserta perempuan peserta program ProPosoKu, Rabu, 8 Maret 2023. (VOA/Yoanes Litha)
“Dari ilmu-ilmu yang sudah kita dapatkan ini setelah kita terapkan dari awal Juli (2022) kegiatan kita ini, Alhamdulillah sampai sekarang sudah ada sedikit perubahan, manajemen keuangan. Oh, ternyata kita punya sedikit keuntungan dari apa yang sudah kita kelola,” cerita Umi Wahid yang mengelola usaha mebel.
Membangun Rasa Percaya Diri Mantan Napiter
Direktur The Habibie Center Mohammad Hasan Ansori mengungkapkan program ProPosoku dalam setahun terakhir berupaya membangun rasa percaya diri mantan narapidana terorisme bahwa mereka adalah bagian dari masyarakat.
“Yang paling penting mereka juga mulai sadar bahwa masyarakat itu bisa menerima mereka. Karena mereka itu merasa mereka sudah pernah terlibat di isu itu (terorisme), merasa dirinya jelek, jadi confident kurang. Nah, itu yang kita sadarkan, itu paling basic (mendasar),” kata Hasan Ansori.
Direktur The Habibie Center, Mohammad Hasan Ansori memberikan sertifikat kepada peserta program ProPosoKu, 8 Maret 2023. (VOA/Yoanes Litha)
Agar bisa mandiri secara sosial dan ekonomi, kata Ansori, mantan napiter juga mendapat pelatihan wirausaha di sektor pertanian, peternakan, perkebunan dan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Meskipun program itu telah berakhir, Ansori memastikan akan terus mengikuti perkembangan kegitan wirausaha yang dilakukan para mantan napiter dan keluarga mereka.
“Kita harus monitor, setahun, dua tahun kita monitor melihat perkembangan progress-nya bagaimana dan jangan dilepas, jangan ditinggal, kita awasi terus,” kata Hasan Ansori.
Berdasarkan penilaian lapangan yang dilakukan oleh tim THC dan LPMS pada tahun 2021 terdapat lebih dari 50 orang yang terkait dengan aksi terorisme di Poso yang telah dibebaskan dari penjara. Para mantan napiter itu telah melewati program deradikalisasi dan sedang menjalani tahap reintegrasi dengan masyarakat. [yl/ab]
sumber: voa