ADA APA DENGAN COKROTV?

Erika Ebener – Menonton video Seword di Youtube dimana Mas Jenderal, begitu saya memanggil Mas Alif, menceritakan kalau dirinya kena sikut Cokro TV. Dan sikutannya itu sepertinya cukup lumayan keras tapi apa duduk persoalannya tidak dijelaskan secara gamblang. Pun dengan siapa sosok dari pihak Cokro TV yang telah menyikutnya. Jujur, ini cukup membuat saya kaget. Ada apa antara Seword dan Cokro TV hingga kemudian Mas Jenderal sebagai Komandan Seword meminta maaf?

Pada menit pertama sebagai pembuka dari video tersebut Mas Jenderal mengatakan, “Kalau melihat dari dua pola yang sama, ya… saya mohon maaf pada intinya kepada Cokro TV kalau dianggap salah atau dianggap menggangu atau apapun itu yang saya ngga ngerti sebelumnya gitu, yang mungkin ada kesalahan saya ketika saya bikin konten di seword yang menyinggung Cokro. Tapi seinget saya, saya pasti tidak pernah menyinggung Cokro. Ga pernah! Jadi… ya saya tidak tahu ada masalah apa gitu….”. Pernyataan Mas Jenderal itu betul-betul menjadi sebuat teka teki besar.

Sebagai satu dari sekian penulis Seword yang sudah cukup lama nongkrong di Seword, saya sudah cukup paham dan mengenal apa siapa dan bagaimana Seword dan kebijakan Seword, siapa Mas Jenderal, karakternya, dan pandangan-pandangannya baik secara pribadi maupun profesional. Karena kedekatan saya dengan Mas Jenderal itulah, pernyataan minta maaf yang disampaikan menjadi nilai tambah atas kedewasaan Mas Jenderal. Dan kita semua tahu bahwa tidak semua orang yang meminta maaf adalah karena telah melakukan kesalahan. Sering pernyataan minta maaf disampaikan untuk membuat situasi kembali kondusif, dan bahkan kadang pernyataan minta maaf bisa dilakukan untuk mempecundangi pihak lawan.

Di sisi lain, saya melihat Cokro TV digawangi oleh sosok-sosok besar di dunia influencer seperti Denny Siregar, Ade Armando, Eko Kuntadi, Abu Janda, Mazdjo Pray dan sosok yang baru muncul yang juga penulis Seword Kajitow Elkaweni. Di dunia influencer Indonesia, Cokro TV bisa dikatakan garda terdepan dan terbesar media opini pendukung Jokowi. Tapi jangan salah, lain Cokro TV, lain pula Seword. Dari apa yang diuraikan Mas Jenderal pada videonya, klik di sini videonya, ada kalimat Mas Jenderal yang cukup menarik perhatian saya, yang saya pikir sepertinya ini masalah “menjelang tahun politik 2024”, dimana di tahun-tahun sebelumnya kalau menjelang tahun politik pihak-pihak tertentu mulai melakukan konsolidsi pasukan!

Dan hal itu pula yang dinyatakan oleh Mas Jenderal pada videonya :

“Kalau kemudian urusan politik, URUSAN LOGISTIK, URUSAN TIM KAMPANYE, TIM RELAWAN, saya kan dari dulu memang tidak pernah bikin tim relawan. Seword itu dibikin memang untuk mengakomodir orang-orang yang ingin nulis, ingin menuangkan uneg-unegnya dan cerita aja. Ngga ada kemudian ingin paling berpengaruh, ingin jadi kelompok relawan, ngga ada. Jadi saya cuma menyediakan wadah. Bahwa sekarang kayaknya mulai terjadi gesekan-gesekan kayak gitu. Mungkin karena memang sudah jelang KONSOLIDASI, ini sudah JELANG TAHUN 2024. Memang mungkin ada pertemuan-pertemuan relawan di Jakarta sana, saya ngga tahu saya tidak terlibat. AKHIRNYA MUNGKIN ADA YANG COBA MENYINGKIRKAN SAYA ATAU BILANG YA UDAH LAH NGGA USAH AJAK-AJAK MAS ALIF…”

Dari beberapa kata kunci yang disebutkan Mas Jenderal di videonya, seperti Cokro TV, urusan logistik (baca : urusan duit), urusan tim kampanye, konsolidasi jelang tahun 2024 dan kalimat yang saya tulis di atas, kita jadi bisa menyimpulkan kalau sepertinya ada sosok-sosok Cokro TV yang sepertinya tak mau Mas Jenderal kembali ditarik menjadi Tim kampanye menghadapi tahun politik 2024 ini.

Kok bisa begitu? Ya gampang saja sih untuk memahaminya.

Cokro TV itu besar karena digawangi nama-nama besar. Sedangkan Seword besar karena jumlah penulisnya yang besar. Jadi, kalau semisal Mas Jenderal ditarik menjadi bagian tim kampanye kubu tertentu, secara otomatis Mas Jenderal akan serta merta membawa seluruh rangkaian gerbongnya yang diisi oleh ratusan penulis. Dan untuk membuat kereta api Seword terus berjalan, jatah logistiknya tentunya lebih besar dari jatah Cokro TV. Kalau dianalogikan Cokro TV itu tinggi menjulang seperti pilar ke atas. Semua orang bisa melihat tapi tidak bisa menyentuh. Sedangkan Seword luas melebar seperti air yang akan terus mengalir selama ada celah. Orang tak hanya bisa melihat, tapi juga bisa merasakan dan menyentuh air yang dialirkan Seword. Dan untuk dijadikan tim kampanye, tentu saja Seword jauh lebih efisien dan efektif.

Kekuatan Seword tak hanya dari jumlah penulis yang bejibun, para penulis Seword juga sangat kompak. Sekali ada perintah dari Mas Jenderal untuk menulis isu tertentu, maka puluhan tulisan dari segala sudut pandang tentang isu tersebut langsung bertebaran dan menyebar. Karena banyaknya penulis inilah, jika kubu tertentu ingin meminta bantuan Seword maka dana yang harus dikeluarkan pasti sangat banyak. Bagi penulis Seword sendiri, bayaran untuk setiap tulisan hanya Rp 3/klik yang kalau tulisannya dibaca oleh 10.000 orang, si penulis cuma mendapatkan Rp 30.000. Apalah artinya uang Rp 30.000 untuk sebuah tulisan opini? Nothing!! Namun, hingga dari hari ke hari jumlah penulis Seword semakin banyak walaupun tak semuanya menulis secara serentak. Tapi Cokro TV? Adakah 50 personel didalamnya termasuk kameramen, editor, redaktur, manajemen, admin, dan lain-lain? Berapa masing-masing dari mereka digaji? Yang kalau semisal gajinya ga dibayar pasti dapurnya tidak ngebul. Sehingga menghadapi tahun politik 2024, ada suara dari arah Cokro TV yang pada intinya mengatakan “Udahlah ngga usah ajak-ajak Mas Alif…”. Karena tanpa Seword, mungkin urusan logistik kampanye yang akan diterima Cokro TV bisa menjadi lebih besar. Mungkiiiiiiin…. ini cuma dugaan loh yah!!

Yang pasti, apapun permasalahannya rasanya tidak lucu jika kemudian Cokro TV menyerang, menyentil atau berkeinginan menyingkirkan Seword menjelang tahun politik 2024. So please deh, dewasalah dalam bersikap. Jangan karena uang, pertemanan dikorbankan. Pilpres itu cuma 5 tahun sekali, sedangkan berteman bisa selamanya.
sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.