Fery Padli – Dari sekian banyak kader Partai Demokrat yang ditangkap KPK karena nyolong duit negara alias korupsi ternyata tidak memberikan efek jera bagi kader yang lain. Terbukti baru-baru ini salah seorang kader Partai Demokrat, Iriadi Datuak Tumanggung dicyduk Kejaksaan Negeri Prabumulih lantaran terbukti turut korupsi dana hibah sebesar Rp 1,8 miliar di Bawaslu Prabumulih.
“Iya benar Kejari Prabumulih telah menetapkan tersangka baru inisial IR di kasus tersebut,” ujar Kasi Penkum Kejati Sumsel Mohd Radyan dengan nada sangat meyakinkan.
Tidak banyak cincong, Ketua DPC Partai Demokrat Solok itu pun langsung dimasukkan ke penjara bersama para pelaku kriminal yang lainnya.
Modyar. Hehehe
Sebelumnya si Iriadi ini memang menjabat sebagai Kepala Sekretariat Bawaslu Sumsel periode 2012-2020. Dan ia juga sempat mengikuti kontestasi Pilkada Solok 2020 sebagai calon Bupati.
Diduga, ia korupsi untuk modal nyalon Bupati itulah.
Untung kalah. Kalau menang, habis warga Solok dipimpin oleh koruptor.
Nah, dengan ditangkapnya Iriadi ini jelas menambah daftar panjang kader Partai Demokrat yang korupsi periode 2022/2023.
Sebelumnya atau tepatnya pada awal tahun 2022 lalu, Ketua DPC Partai Demokrat Balikpapan Abdul Gafur Masud yang dicyduk KPK lantaran menerima suap terkait kegiatan pengadaan barang dan jasa serta perizinan di kabupaten yang dipimpinnya Penajem Paser Utara.
Bersamaan dengan itu, Bendahara Partai Demokrat Balikpapan, Nur Afifah Balqis juga ikut ditangkap KPK. Celakanya si nur ini dicyduk saat usianya masih 24 tahun.
Tidak pelak, Partai Demokrat pun dapat predikat baru yakni partai dengan kader koruptor termuda di Indonesia. Karena para koruptor yang pernah berurusan dengan KPK rata-rata usianya antara 40-60an tahun. Tidak ada yang di bawah 25 tahun.
Eh belum juga hilang dari ingatan masyarakat dua kader Partai Demokrat di Kaltim ditangkap KPK, ada lagi kadernya yang nilep duit negara. Dia adalah Gubernur Papua, Lukas Enembe.
Si mantan Ketua DPD Partai Demokrat Papua itu juga bisa dibilang politisi yang tidak taat hukum. Pasalnya supaya tidak dicyduk KPK, ia mengerahkan massa dalam jumlah besar untuk berjaga di rumahnya.
Hingga lembaga anti rasuah tersebut terpaksa harus mengulur waktu untuk menangkap Enembe.
Orang yang berjaga di rumah kediamannya terus diawasi dan dihitung jumlahnya dari hari ke hari. Ketika situasi mulai kondusif, mantan Bupati Puncak Jaya itu benar-benar diringkus dan dibawa ke Jakarta oleh KPK.
Sekarang dia sudah mendekam di Rutan belakang Gedung Merah Putih.
Lucunya, meskipun sudah jelas-jelas korupsi, si Lukas ini masih sempat-sempatnya ngeluh kasur di ruang tahanan tipis.
Padahal yang namanya ruang tahanan memang begitu.
Kalau kasurnya tebal plus merknya King Koil, itu mah bukan di penjara tapi di hotel bintang 5.
Ada-ada saja ulah si kader Partai Demokrat ini.
Sudah ‘katakan tidak pada (hal) korupsi’, gak taat hukum, mau tidur di kasur empuk pula di penjara.
Memang benar-benar laki-laki yang gak ada akhlak.
Masa korupsi mau, tapi ketika ditangkap KPK auto ngeluh tidur di kasur tipis. Kwkwkwk
Secara tidak langsung jelas ulah Iriadi dkk ini merusak citra Partai Demokrat.
Bukankah slogan partai tersebut ‘katakan tidak pada korupsi’ sampai sekarang belum dicabut atau direvisi?
Kok kalian kader dan pengurus daerah enak-enak saja nyolong duit negara?
Terakhir, AHY juga yang kena imbasnya yakni semakin susah dapat tiket Cawapres.
Karena kader Demokrat baik budi saja, Surya Paloh belum tentu mau mengusung putra sulung SBY tersebut sebagai Cawapres Anies, lantaran statusnya yang sebagai politisi digoreng dadakan 3 dua rebuan.
Apalagi kader Demokrat banyak yang korupsi. Makin eneg Om Paloh melihat AHY dan partainya.
Belum lagi ditambah dengan beberapa kader Partai Demokrat tersandung kasus yang lain. Seperti Ketua DPRD Penajam Paser Utara Syahrurdin M Noor tersandung kasus asusila dan pornografi dan Wakil Ketua DPRD Solok Lucky Effendi mengikuti jejak Andi Arief yakni ditangkap polisi lantaran pakek narkoba jenis sabu.
Pertanyaannya, kok kayak gini melulu yang ditampilkan oleh kader Partai Demokrat? Bukannya prestasi.
Gak sadar apa, bosnya butuh pencitraan untuk nyalon wakil pesiden.
Atau jangan-jangan mereka memang kompak dengan Surya Paloh dan kader PKS yakni tidak setuju AHY jadi Cawapres Anies.
sumber: seword