Keterangan gambar,
Ribuan demonstran pendukung mantan Presiden Jair Bolsonaro menyerbu gedung Kongres, Mahkamah Agung, dan Istana Kepresidenan, pada Minggu (08/01) waktu setempat.
Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, bertekad menghukum ribuan pendukung mantan pemimpin negara itu, Jair Bolsonaro, setelah mereka menyerbu gedung Kongres, Mahkamah Agung, dan Istana Kepresidenan.
Kepolisian Brasil telah mengambil alih kendali atas gedung-gedung utama di ibu kota Brasilia itu setelah bentrokan berjam-jam pada Minggu (08/01).
Menteri Kehakiman, Flavio Dino, mengatakan kepada media lokal bahwa sekitar 200 orang telah ditangkap.
Rentetan kejadian dramatis – yang menampilkan ribuan pengunjuk rasa menyerbu jantung pemerintahan Brasil sembari mengenakan kaos sepak bola khas kuning-biru – terjadi hanya sepekan setelah pelantikan Lula.
Lula mengatakan “tidak ada preseden dalam sejarah negara kita” perihal penyerbuan di Brasilia. Dia menyebut aksi kekerasan sebagai “tindakan pengacau dan fasis”.
Lula juga membidik pasukan keamanan yang dia tuduh “tidak kompeten, itikad buruk atau jahat” dalam kegagalan menghentikan serbuan para demonstran ke gedung Kongres, Mahkamah Agung, dan Istana Kepresidenan.
“Anda akan melihat dalam foto-foto bahwa mereka [petugas polisi] sedang memandu orang-orang dalam perjalanan ke Praca dos Tres Powers,” katanya.
“Kami akan mencari tahu siapa pemodal para pengacau yang pergi ke Brasilia ini dan mereka semua akan membayar dengan kekuatan hukum.”
Video yang dibagikan media Brasil, O Globo, menunjukkan beberapa petugas keamanan tertawa dan berfoto bersama dengan para demonstran saat mereka menduduki gedung Kongres.
Para demonstran dengan cepat membela tindakan mereka ketika didekati oleh wartawan.
Lima, seorang insinyur berusia 27 tahun, berkata: “Kita perlu menegakkan kembali ketertiban setelah pemilihan yang curang ini.”
“Saya di sini untuk sejarah, untuk putri saya,” katanya kepada kantor berita AFP.
Tetapi warga lainnya di ibu kota mengungkapkan kemarahan atas kekerasan tersebut dan mengatakan serangan itu menandai hari yang menyedihkan bagi negara.
“Saya memilih Bolsanaro tapi saya tidak setuju dengan apa yang mereka lakukan,” kata Daniel Lacerda, 21, kepada BBC.
“Jika Anda tidak setuju dengan presiden, Anda harus mengatakannya dan melanjutkan. Anda tidak boleh mengadakan protes dan melakukan semua kekerasan seperti yang mereka lakukan.”
Banyak kalangan yang membandingkan insiden ini dengan penyerbuan Capitol di Washington DC pada 6 Januari 2021 oleh pendukung Donald Trump, sekutu Bolsonaro.
Jair Bolsonaro telah berulang kali menolak untuk menerima bahwa dia kalah dalam pemilihan presiden pada Oktober 2022. Pekan lalu, dia meninggalkan negara itu alih-alih mengambil bagian dalam upacara pelantikan Lula sebagai presiden Brasil.
Lebih dari enam jam setelah gedung Kongres, Mahkamah Agung, dan Istana Kepresidenan di Brasilia disebut, pria berusia 67 tahun tersebut merilis cuitan yang mengutuk serangan itu sekaligus membantah bertanggung jawab mendorong para pengunjuk rasa.
“Demonstrasi damai, dalam bentuk undang-undang, adalah bagian dari demokrasi,” sebutnya, kemudian mengutuk “penyerbuan gedung-gedung publik seperti yang terjadi hari ini”.
Para pemimpin dunia mengutuk penyerbuan Kongres Brasil serta menawarkan dukungan untuk Presiden negara itu, Luiz Inácio Lula da Silva.
Presiden AS Joe Biden menggambarkan situasi itu sebagai “keterlaluan”.
Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador mencuit: “Lula tidak sendirian, dia mendapat dukungan dari kekuatan progresif negaranya, Meksiko, benua Amerika dan dunia.
Pemimpin Venezuela Nicolas Maduro menggambarkan para pengunjuk rasa sebagai “kelompok neofasis” yang berusaha untuk menggulingkan Lula.
Presiden Argentina Alberto Fernandez mengutuk “upaya kudeta”.
Lepas dari rangkaian kecaman itu, pertanyaan besarnya belum terjawab. Mengapa ini terjadi?
Brasil menggelar pemilihan presiden yang berlangsung pahit
Pemilihan presiden pada Oktober 2022 mempertemukan petahana sayap kanan, Jair Bolsonaro, dengan rivalnya dari sayap kiri, Luiz Inácio Lula da Silva atau akrab disebut Lula.
Setelah melalui masa kampanye yang sengit dan pahit, Lula, yang pernah menjadi presiden antara Januari 2003 dan Desember 2010, mengalahkan Bolsonaro dengan selisih tipis dalam putaran kedua pada 30 Oktober.
Lula mengatakan penyerbuan di Brasilia “tanpa preseden” dan melabeli mereka yang berada di baliknya “fasis fanatik”.
Dia juga menuduh Bolsonaro mendorong aksi para perusuh melalui media sosial. “Semua orang tahu ada berbagai pidato mantan presiden yang mendorong ini,” katanya.
Sejumlah demonstran terluka setelah aparat keamanan Brasil berupaya mengambil alih kendali gedung Kongres di Brasilia, pada 8 Januari 2023.
Brasil sudah terpecah belah
Brasil adalah negara yang sangat terpecah belah dan penyerbuan gedung Kongres adalah tanda seberapa jauh sejumlah warga Brasil bersedia menyerang institusi demokrasi yang menurut mereka tidak lagi mewakili mereka.
Ini bukan hanya tentang kiri versus kanan, tetapi tentang mereka yang menolak menerima pemilihan demokratis ketika hasilnya bertentangan dengan keinginan mereka. Itu sebabnya mereka melampiaskan kemarahan pada simbol-simbol demokrasi Brasil.
Mereka yang ambil bagian dalam kerusuhan berada di ujung spektrum yang ekstrem. Namun masih banyak lagi penentang Lula yang menyebarkan informasi palsu tentang dia dan dengan demikian memanas-manasi peristiwa penyerbuan itu.
Banyak pendukung Bolsonaro menolak menerima kekalahannya
Banyak pendukung Jair Bolsonaro melihat dia sebagai “penyelamat” yang dipandang membela nilai-nilai yang mereka junjung tinggi, yakni “Tuhan, tanah air, keluarga”.
Seorang pendukung Bolsonaro berdoa dalam demonstrasi di kompleks pemerintahan Ibu Kota Brasilia, 8 Januari 2023.
Mereka menaruh harapan pada Bolsonaro sebagai orang yang akan mengalahkan Lula, yang mereka anggap sebagai ancaman terhadap nilai-nilai itu. Mereka meyakini desas-desus palsu bahwa kandidat sayap kiri itu akan menutup gereja setelah terpilih sebagai presiden.
Orang-orang macam ini telah diyakinkan bahwa Lula akan kalah dan mereka tidak menerima kemenangannya.
Beberapa berkemah di depan barak militer memohon militer untuk menghentikannya menjadi presiden, bahkan jika itu berarti kudeta militer.
Akan tetapi, militer tidak beraksi dan Lula tetap dilantik sebagai presiden Brasil.
Lula pindah ke Istana Presiden, sejumlah pendukung Bolsonaro murka
Kerusuhan di ibu kota, Brasilia, terjadi hanya seminggu setelah Lula dilantik.
Jair Bolsonaro menolak menghadiri upacara pelantikan Luiz Inacio Lula da Silva sebagai presiden Brasil, pada 1 Januari 2023.
Bolsonaro, yang menolak mengakui kekalahan, tidak menghadiri upacara tersebut, tapi bertolak ke Amerika Serikat.
Kemarahan orang-orang yang menaruh semua harapan pada Bolsonaro semakin meningkat.
Melihat Lula dilantik dan pindah ke Istana Kepresidenan terlalu berlebihan bagi mereka yang secara rutin melabelinya sebagai “ancaman komunis bagi Brasil”.
Merasa dikecewakan oleh militer, mereka memutuskan untuk bertindak dengan menyerang institusi yang mereka rasa tidak mewakili mereka, tetapi juga merupakan ancaman langsung terhadap apa yang mereka sayangi.
Ekstremisme and disinformasi telah menggurita
Retorika memecah belah ala Jair Bolsonaro dan sorotannya terhadap validitas sistem pemilu Brasil sebagian besar berkontribusi pada kemarahan pengunjuk rasa di Brasilia pada hari Minggu.
Menjelang pemilu, dia berulang kali mengklaim bahwa sistem pemungutan suara elektronik Brasil rentan terhadap penipuan – klaim yang ditolak oleh Komisi Pemilihan Umum.
Namun banyak orang Brasil yang percaya bahwa pemilihan itu “dicuri” meskipun gugatan yang diajukan oleh partai Bolsonaro ditolak oleh Mahkamah Pemilu.
Menyusul kerusuhan tersebut, Jair Bolsonaro menumpahkan pernyataannya ke Twitter untuk menolak tuduhan Lula bahwa dia telah menyampaikan beberapa pidato yang mendorong kerusuhan di Brasilia.
Dia mengatakan bahwa “penjarahan dan penyerbuan gedung-gedung publik seperti yang terjadi hari ini” adalah di luar hukum.
Tetapi ekstremisme orang-orang yang menyerbu lembaga-lembaga demokrasi negara telah menggurita sehingga sulit dikendalikan.
sumber: bbc