MAROKO KALAH, DUKUNG PRANCIS KARENA BANYAK MUSLIM, EH ARGENTINA JUARA, MAKIN MALU GA TUH??.

Jaya Wijaya – Setelah penulis pikir-pikir kadrun juga ada sisi positifnya, yaitu dalam hal kegigihan. Sebelumnya Maroko kalah setelah kadrun mengaitkan dengan agama, kadrun tidak kapok dan kembali mencari alasan agar teori bahwa “kemenangan Maroko karena doa” tetap valid dan tidak salah.

Ngeles kadrun yang paling banyak adalah bahwa di Prancis banyak pemain muslim dan muslimnya, bahkan legenda bola asal Prancis banyak muslim, contohnya Zinadine Zidan. Oleh karena itu wajar Maroko kalah sama Prancis, karena di Prancis pemain muslim juga berdoa untuk kemenangan Prancis.

Akhirnya karena muslim di dua negara sama-sama berdoa, pemenang ditentukan oleh siapa yang lebih baik dari segi strategi dan usaha. Jadi teori “menang karena doa” di sini masih valid, karena di Prancis juga ada muslim yang berdoa untuk kemenangan timnya.

Ngeles kadrun yang kedua, lebih tepatnya untuk menutupi rasa malu saja. Yaitu mereka akhirnya mendukung Prancis, karena Prancis adalah tim yang mengalahkan Maroko, negara mayoritas muslim yang mereka jagokan sebelumnya. Wajar Maroko kalah, toh yang mengalahkan adalah tim juara, yang pemainnya dan legendanya banyak muslim.

Jadi inti di sini adalah, ga malu banget lah toh yang mengalahkan Maroko adalah tim juara. Selain juara banyak timnas Prancis yang beragama muslim dan legendanya juga beragama muslim.

Tapi kenyataan berbicara lain, setelah dijagokan oleh kadrun, eh anehnya Prancis nyungsep juga!! Padahal Prancis adalah juara bertahan. Entah kebetulan atau tidak, anehnya lagi yang mengalahkan Prancis adalah Argentina, tim yang dikalahkan Arab Saudi, negara pertama yang membangkitkan semangat kadrun untuk membawa agama ke dalam sepakbola.

Argentina adalah negara mayoritas kristen, apakah kadrun akan malu dengan kenyataan ini? Inilah hebatnya kadrun, penulis yakin kadrun akan tetap ngeles. Entah bagaimana caranya, mungkin dengan membuat hoax kalau Maradona legenda bola asal Argentina adalah mualaf.

Jadi sampai sini sebenarnya jelas, kalau kemenangan sepakbola itu bukan karena kuatnya doa umat muslim, karena agama lain pun sama-sama berdoa, Tuhan tidak rasis hanya mengabulkan doa muslim saja. Bukan pula karena negara tersebut banyak muslimnya atau legendanya beragama muslim, fakta membuktikan mayoritas juara dunia sepakbola adalah negara mayoritas kristen.

Tapi jangan salah paham, di sini kita tidak melarang berdoa, sebagai umat beragama kita tetap harus berdoa karena ada hal-hal di dunia ini yang tidak bisa kita kendalikan seperti faktor keberuntungan dan kebetulan. Tapi doa hanyalah salah satu faktor, tetap faktor usaha, strategi tim, semangat adalah faktor yang paling menentukan.

Yang kita tentang adalah menghubungkan kemenangan suatu tim akibat doa umat tertentu atau orang dengan agama tertentu. Tapi kalau kadrun masih mau ngeles “kalau kita menang itu karena faktor doa, kalau kalah wajar aja karena ga setiap doa selalu dijawab”.

Kalau masih seperti itu ya penulis cuma bisa bersyukur, setidaknya berkurang saingan orang-orang pintar di dunia ini. Toh yang rugi siapa? Ya kadrun juga karena memilih hidup dalam kebodohan.

Hampir 100 tahun sejarah piala dunia, tidak pernah sekalipun negara Arab dan muslim jadi juara, malah non muslim terus yang juara. Masa sih Tuhan tidak mengabulkan doa muslim selama itu? kecuali, ya memang sepakbola tidak ada hubungannya dengan agama. Karena kalau ada hubungannya dengan agama, artinya agama non muslim yang benar, buktinya juara terus bukan?

Begitulah Kura-Kura.

sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.