Foto: Kendaraan melewati bangunan tempat tinggal yang belum selesai dari Evergrande Oasis, kompleks perumahan yang dikembangkan oleh Evergrande Group, di Luoyang, Cina 16 September 2021. (REUTERS/Carlos Garcia Rawlins)
Jakarta, CNBC Indonesia – Megaproyek berakhir menjadi ‘kota hantu’ ternyata ada juga di China. Sejumlah hal menjadi penyebab.
China memiliki sekitar 687 kota dan sektor real estat menyumbang 29% dari total PDB negara. Namun, pasarnya telah berada dalam kondisi sulit akibat banyak hal.
Salah satunya krisis utang Evergrande senilai US$300 miliar yang terjadi tahun lalu. Tapi tak hanya Evergrande, 12 perusahaan real estat China juga gagal membayar obligasi dengan total sekitar 19,2 miliar yuan paruh pertama tahun lalu.
Sebuah laporan tahun lalu juga mengungkapkan bahwa sekitar 20% dari total properti perumahan perkotaan di China, kosong. Ini sekitar 65 juta properti
Jumlah 20% ini termasuk sebagian besar kota seperti Tianducheng, Kota Thames, Binhai. Banyak wilayah disebut lebih banyak memiliki bangunan kosong daripada penduduk yang menempatinya.
“Proyek semacam itu telah menarik perhatian selama bertahun-tahun, dan bahkan dijuluki kota hantu China,” kata kepala ekonom Asia di Capital Economics, Mark Williams dalam sebuah laporan CNN International, dikutip Rabu (14/12/2022).
“Permintaan properti residensial di China memasuki era penurunan berkelanjutan,” tambahnya lagi.
Selain itu, ada permasalahan lain yang juga muncul. Sebanyak 90% properti baru di China dijual sebelum selesai, yang berarti bahwa setiap kemunduran bagi para perusahaan properti dapat secara langsung berdampak pada pembeli.
“(Ini) memberi otoritas insentif yang kuat untuk memastikan bahwa proyek yang sedang berlangsung terus berlanjut karena pengembang yang gagal direstrukturisasi,” tambah Williams.
Dalam laporan Interesting Engineering setidaknya ada beberapa propek yang kini jadi ‘kota hantu’ di China. Antara lain, Kota Tonghui yang awalnya digadang-gadang sebagai Swiss ala China
Dibangun untuk menarik wisatawan, desain arsitektur Kota Tonghui seolah diambil dari jalanan dan rumah-rumah di Swiss dan Italia. Sayangnya, karena penerimaan publik yang buruk, Tonghui tidak pernah dibuka.
“Sebagian besar bangunan kemudian ditinggalkan,” tulis media itu.
Kota lain adalah Thames. Ini adalah London ala Shanghai. Dibangun di Distrik Songjiang China pada tahun 2006, mega proyek ini hanya 24,8 mil (40 km) dari Shanghai.
Pada awalnya, properti di kota Thames terjual dengan cepat, tetapi sebagian besar dibeli sebagai properti investasi dan tidak pernah ditempati. Akibatnya seluruh tempat menjadi pusat investasi properti yang kosong.
Hal sama juga terjadi di Yujiapu, yang dijuluki Manhattan di Binhai. Sayangnya, meskipun banyak pembangunan ini, lebih dari 10 tahun sejak pembangunan selesai, tingkat hunian masih cukup rendah,.
“Sehingga dapat dilabeli sebagai salah satu kota hantu di China,” tulis laporan itu.(sef/sef)
sumber: cnbc