COVID HOROR LAGI, KOTA INI SEPI BAK ‘KOTA HANTU’

Foto: Lonjakan kasus covid di China. (AP/Ng Han Guan)

Jakarta, CNBC Indonesia – Kegiatan masyarakat di ibu kota China, Beijing, kembali terhambat. Hal ini dikarenakan kebijakan ‘nol-Covid’ pemerintah yang akhirnya menutup beberapa tempat publik di kota itu.

Pemandangan sepi terlihat di beberapa titik. Pusat perbelanjaan, jalan hingga perumahan dilaporkan sepi.

Salah satunya di distrik perbelanjaan kelas atas Sanlitun. Di sana, toko dan restoran yang biasanya ramai tidak memiliki pelanggan. Hanya ada pegawai menawarkan makanan untuk dibawa pulang.

Pemandangan serupa juga terjadi di seluruh Beijing, ketika kantor, toko, dan komunitas perumahan melaporkan kekurangan staf atau pengaturan kerja yang berubah karena karyawan jatuh sakit akibat virus. Sementara yang lain tinggal di rumah agar tidak tertular.

“Karena sebagian besar atasan kami terinfeksi, tidak banyak pekerjaan yang diberikan kepada kami,” kata karyawan itu yang mengaku bernama Sylvia Sun kepada CNN International, dikutip Kamis (15/12/2022).

“Acara (biasa), ceramah, pertunjukan, kegiatan orang tua-anak pasti tidak akan diadakan.”

Ini terjadi saat media pemerintah melaporkan beberapa pasien yang sakit parah di rumah sakit yang berada di kota itu. Kantor berita Xinhua melaporkan ada 50 kasus Covid-19 parah dan kritis di rumah sakit di Beijing.

Meski sebagian kasus tersebut memiliki komorbid atau kondisi kesehatan yang mendasarinya, hal ini meningkatkan kekhawatiran terkait infeksi yang mungkin berkembang.

Para ahli mengatakan kecilnya jumlah pasien Covid-19 yang terinfeksi dan efektivitas rendah dari vaksin corona yang digunakan negara itu memungkinkan virus menyebar dengan cepat.

“Strain saat ini akan menyebar lebih cepat di China daripada penyebarannya di bagian lain dunia karena bagian lain dunia tersebut memiliki kekebalan terhadap infeksi dari gelombang sebelumnya dari strain Omicron sebelumnya,” kata Ketua Profesor Epidemiologi Universitas Hong Kong Ben Cowling.

Dalam situasi itu, China justru pekan lalu mengumumkan perubahan besar pada aturan pengujian dan karantina. Ini setelah protes massal warga terhadap penguncian yang menyebabkan kejenuhan mental.

Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan hal itu bukanlah sesuatu yang baik mengingat angka vaksinasi lansia yang rendah serta lemahnya kekebalan warga terhadap Covid akibat penguncian ketat.

“Selalu sangat sulit bagi negara mana pun yang keluar dari situasi di mana Anda memiliki kontrol yang sangat, sangat ketat. China menghadapi waktu yang sangat sulit dan sulit,” papar juru bicara WHO Margaret Harris dilansir Reuters.

Dalam tiga tahun sejak pandemi meletus di kota Wuhan, China telah melaporkan hanya 5.235 kematian terkait Covid-19. Kematian terakhirnya dilaporkan pada 3 Desember, sebelum negara itu mulai melonggarkan pembatasan.
sumber: cnbc

This entry was posted in Berita, Informasi Kesehatan. Bookmark the permalink.