AKSI DUGAAN BOM BUNUH DIRI ITU SERIUS, KOK BISA DISEBUT SETTINGAN DAN PENGALIHAN ISU?

Widodo SP – Ketenangan di bawah langit Jawa Barat kembali terusik. Setelah digoncang gempa bumi dan kontroversi perbuatan yang diduga dilakukan oleh ormas keagamaan di sana, Rabu pagi (7/12) terjadi aksi diduga bom bunuh diri di markas Polsek Astanaanyar Bandung, Tabu.

Perkembangan terakhir ketika naskah ini ditulis, ada korban jiwa masing-masing berasal dari polisi dan si pelaku bom bunuh diri itu. Rekaman video terjadinya ledakan dan adegan kondisi tubuh pelaku pun dengan cepat sudah beredar di media sosial. Saya sih belum melihatnya dan tidak tertarik untuk melihat atau pun berburu rekaman videonya.

Akan tetapi, saya sempat membaca komentar dari netizen yang dengan entengnya menyebut tragedi dugaan bom bunuh diri itu sebagai aksi settingan. Ada pula yang menyebut soal pengalihan isu, karena saat ini fokus masyarakat sedang tertuju pada persidangan yang melibatkan Ferdy Sambo.

“Settingan, pengalihan isu … gundulmu, kuwi!:

Emosi saya jadinya agak terusik setiap kali membaca komentar atau tudingan ngawur setiap kali aksi diduga terorisme terjadi di negeri ini. Saya juga masih ingat ketika Pak Wiranto ditusuk di Pandeglang beberapa waktu lalu (2019), ada pihak yang malah bersyukur seolah merayakan terlukanya seorang jenderal purnawirawan karena dugaan dendam pribadi atau salah pengajaran itu.

Bagi mereka yang menuding aksi mengarah terorisme itu sebagai settingan, pengalihan isu, atau tudingan serupa itu … saya harap semoga tidak ada kejadian serupa yang “disetting” agar terjadi di rumah atau tempat kerja mereka ya.

Lagipula, sosok “sutradar” mana yang tega melakukan aksi biadab dengan menyetting peristiwa bom bunuh diri seperti di Bandung itu, yang jika sampai menimbulkan korban jiwa maka aksi tersebut dibilang berhasil. Kalau sampai ada, bagi saya sudah “gila” tuh manusia.

Hanya, sampai sekarang kan yang lebih terbukti adalah “settingan” dari pelaku, yang terkadang bergerak sendiri dan tak jarang bagian dari kelompok yang sudah teracuni doktrin yang mengarah pada radikalisme dan terorisme, seperti yang pernah terjadi di Surabaya.

Sungguh biadab memang pelaku aksi bom bunuh diri, karena sejatinya isi hati dan pikiran merekalah yang bermasalah tapi mereka nekat beraksi untuk merugikan orang lain.

Kalau saat beraksi yang modyar hanya pelaku sih, masih mendingan, malah kalau bisa sebelum meledakkan diri bisa dilumpuhkan duluan, tapi kalau menimbulkan korban dari mereka yang tidak bersalah, apa sebutan yang lebih cocok selain manusia biadab, sama seperti pihak yang enteng sekali menyebut ada settingan.

Akhirnya, kita berharap aksi bunuh diri ini bisa menjadi awal bagi kepolisian untuk mengungkap jaringan yang lebih luas berdasarkan barang bukti dan identitas di TKP. Semoga saja kasus ini menjadi yang terakhir, setidaknya sampai akhir 2022, karena kita butuh ketenangan supaya tahun ini dapat kita akhiri tanpa was-was karena perilaku biadab orang yang keblinger ajaran yang keliru.

Begitulah kura-kura….
sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.