WARGA SAMPAI SYUKURAN POTONG TUMPENG KARENA HERU NORMALISASI KALI ANGKE

Xhardy – Seperti yang Anda ketahui, normalisasi sungai kembali normal, artinya normalisasi sungai dilanjutkan lagi oleh Heru Budi Hartono usai ditidurkan selama 5 tahun oleh Anies yang membanggakan sumur resapan dan naturalisasi sungai.

Ditangan Heru Budi Hartono, normalisasi sungai akan dilanjutkan. Salah satunya adalah memerintahkan jajarannya untuk segera menormalisasi Kali Angke yang sering meluap setiap kali hujan deras.

Warga Kelurahan Kembangan, Jakarta Barat senang mendengar kabar baik ini. Mereka apresiasi langkah Heru menormalisasi sungai. Maklum saja, sudah berkali-kali pemukiman warga di wilayah itu kebanjiran dengan ketinggian bervariasi sampai puluhan cm.

Menurut Ketua RT setempat, untuk tahun 2022 saja, sudah hampir 10 kali kebanjiran.

Warga setempat senang, bahkan saking senangnya, mereka sampai menggelar syukuran dengan memotong nasi tumpeng. Mereka mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Heru Budi Hartono.

Mungkin kalian masih ingat dengan Anies yang sempat dituntut 7 orang warga terkait pengerukan Kali Mampang.

Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta mengabulkan gugatan warga tersebut, sekaligus menghukum Anies untuk mengeruk Kali Mampang hingga tuntas sampai wilayah Pondok Jaya.

Sungguh beda pemimpin yang hanya banyak omong dengan pemimpin yang kerja tak banyak omong. Pemimpin macam apa yang untuk mengeruk sungai saja harus digugat ke pengadilan dan dipaksa dulu oleh hakim?

Memang kerja yang benar selalu akan diapresiasi oleh warga. Acara syukuran itu menandakan warga sangat senang sekaligus sudah mengalami kesulitan akibat penanganan banjir yang setengah hati.

Pemimpin seperti Heru inilah yang sebenarnya ditunggu masyarakat. Kerja dan tidak banyak bicara. Bicara hanya seperlunya dan lebih banyak kerja. Tak perlu banyak retorika tapi bisa terlihat dari hasil kerja.

Beda dengan Anies yang selama lima tahun ini mungkin 80 persennya bicara 20 persennya kerja. Itu pun kerjanya entah apa, dan hasilnya banyak yang receh kelas teri.

Heru Budi Hartono harus lebih banyak usaha untuk membereskan kerjaan mangkrak yang ditinggalkan Anies.

Anies kebanyakan wacana dan bicara. Kalau disebut satu per satu, tidak akan habis dibahas dalam satu hari.

Ibarat atap bocor besar, tapi Anies hanya fokus pada bocor-bocor kecil. Bocor besar seolah dibiarkan karena mungkin Anies tak tahu bagaimana cara mengatasinya, sekaligus membuktikan Anies cuma bisa omong doang tak bisa kerjakan masalah rumit.

Seperti halnya rumah DP Nol rupiah yang sukses membohongi banyak warga, naturalisasi sungai ala Anies juga berhasil bikin warga tertipu. Kado hadiah yang awalnya besar, ternyata isinya macam-macam, yaitu sumur resapan, naturalisasi sungai, toa peringatan banjir, alat pengukur curah hujan, buku panduan banjir, gerebek lumpur dan banyak lagi.

Dari luar tampilan kadonya sangat mewah dan elegan. Pokoknya meriah, mata berbinar-binar, mulut terbuka lebar saking terpukaunya melihat kado tersebut. Begitu kadonya dibuka, hatinya pun nyesek dan sakit. Isi di dalam tidak seindah yang terlihat dari luar.

Inilah akibat salah pilih pemimpin. Pemimpin yang dulu tidak bisa kerja, tapi dipilih. Akhirnya warga lebih sering kenyang makan janji manis. Makan janji manis, makan angin surga, makan ucapan indah. Mungkin itu yang memang diharapkan oleh mereka. Tidak apa-apa makan janji surga asalkan pemimpinnya seiman. Untuk apa Jakarta rapi kalau pemimpinnya tidak seiman.

Akhir kata, selamat buat warga yang berada di pinggir sungai atau kali yang akhirnya dinormalisasi. Mungkin sebagian ada yang belum dinormalisasi, bahkan banyak yang mungkin bersabar selama bertahun-tahun menunggu Anies lengser. Akhirnya saat ini mereka merdeka dan berjalan ke arah terang setelah sekian tahun berada di kegelapan.

Dan semoga Pak Heru bisa benar-benar membuktikan bahwa Anies itu tidak bisa kerja dan hanya modal mulut. Rakyat perlu dibekali dengan sebuah fakta dan kesadaran bahwa ada pemimpin yang cuma pintar di mulut, didukung kelompok tak jelas, mau menguasai negeri ini. Kalau negara ini dipimpin oleh kelompok seperti itu, lima tahun negara ini akan kembalu mundur ke belakang.

Cukup sudah, warga DKI yang menjadi korban. Jangan salah rakyat Indonesia menjadi korban berikutnya. Skala kekacauannya akan lebih tinggi.

Bagaimana menurut Anda?
sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.