SUMBER GAMBAR,EPA
Keterangan gambar,
Korban gempa dibawa ke sebuah rumah sakit di Cianjur setelah kawasan itu dilanda gempa berkekuatan 5,6, pada Senin (21/11).
Setidaknya 62 orang meninggal dunia akibat gempa bumi berkekuatan 5,6 di Cianjur, Jawa Barat pada Senin (21/11), kata Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan sebanyak 25 orang di Desa Cijedil, Cugenang masih tertimbun reruntuhan bangunan.
Sebanyak 5.389 orang di Cianjur mengungsi sejauh ini.
Gempa juga mengakibatkan lebih dari 2.000 rumah di Kabupaten Cianjur rusak, termasuk pondok pesantren, RSUD Cianjur, gedung pemerintahan, sarana pendidikan, dan tempat ibadah.
“BPBD masih terus mendata korban jiwa dan kerusakan infrastruktur,” kata Abdul Muhari melalui siaran pers.
Salah satu warga yang terdampak gempa di Kelurahan Bojongherang mengaku masih kaget sekaligus was-was akan potensi gempa susulan.
Eneng Rosidah, 58, sedang menelepon keluarganya ketika gempa berkekuatan 5,6 itu mengguncang.
“Lagi ngobrol gitu, ‘masya Allah ini apa?’ Kaget ada yang jatuh dari dinding. Di belakang perabotan pada jatuh, astaghfirullah. Terus [berlindung] di bawah meja, takut ada yang jatuh dari atas. Mau lari keluar, takut keburu jatuh di pikiran saya. Gemetaran sampai dua jam, soalnya saya sudah tua, sudah lemah,” jelas Eneng.
Di Bojongherang, Eneng mengatakan tidak ada korban jiwa. Namun sejumlah rumah warga rusak ringan hingga rusak berat akibat guncangan gempa. Rumah Eneng adalah salah satu yang rusak ringan.
Tidak lama setelah gempa, listrik pun mati hingga malam hari. Setelahnya aliran air juga ikut mati.
Warga kini harus melewati malam pertama pasca-gempa dengan kondisi gelap gulita.
Selain itu, Eneng mengatakan banyak warga memilih untuk tidur di luar rumah karena was-was akan gempa susulan.
“Orang-orang pada di depan rumah, di halaman rumah, sudah pada ngungsi di depan, takut ada susulan, makanya.. yah orang-orang ketakutan,” kata Eneng kepada BBC News Indonesia.
Hingga Senin (21/11) malam sekitar pukul 19.00 WIB, BMKG mencatat telah terjadi 62 kali gempa susulan, meski instensitas gempa susulan semakin kecil.
BBC News Indonesia juga telah menghubungi salah satu warga di Desa Cugenang, salah satu desa yang paling terdampak parah oleh gempa. Namun dia mengatakan belum bisa berbicara karena “situasinya masih sangat darurat”.
Sejumlah tenaga medis merawat korban yang terluka akibat gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,6 di RSUD Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022).
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kami mengatakan korban meninggal akibat gempa bumi bermagnitudo 5,6 di Cianjur bertambah menjadi 56 orang, sedangkan 700 orang mengalami luka-luka.
“Karena masih banyak warga terperangkap di tempat-tempat kejadian, kita asumsikan yang meninggal dan luka-luka pun akan bertambah seiring waktu,” kata Ridwan dalam kunjungannya ke Cianjur, dikutip dari Kompas TV.
Ridwan menggambarkan situasi di lapangan “masih chaos” dan warga di tempat kejadian “masih dilanda ketakutan” sehingga penanganan darurat banyak dilakukan di luar ruangan.
“Dijahit kepalanya, dijahit kakinya dilakukan di lapangan. Tindakan menormalisasi, ada yang stres, menangis, ada yang kepalanya baru dijahit dan sebagainya,” jelas Ridwan.
Dikutip dari Detik.com, pantauan di lokasi menunjukkan bahwa korban gempa terus berdatangan ke RSUD Cianjur. Instalasi Gawat Darurat (IGD) disebut kewalahan menampung pasien.
Para pasien digambarkan terpaksa menjalani perawatan di halaman rumah sakit.
“Rata-rata korban mengalami luka di bagian kepala hingga tangan. Tidak sedikit korban merupakan anak-anak,” tulis laporan itu dikutip dari Detik.com pada Senin (21/11).
Aliran listrik dan akses telekomunikasi di sejumlah lokasi terdampak juga sempat padam, meski di lokasi penanganan medis sudah mulai menyala.
Sejumlah ruas jalan, salah satunya jalur akses antara Kota Cianjur dengan Puncak pun tertutup longsor dan pohon tumbang.
Ridwan Kamil pun mengatakan telah meminta TNI-Polri memberikan data terkait dampak gempa di banyak daerah di Cianjur “yang terpencil”.
Juru bicara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Endra Atmawidjaja mengatakan sedang memobilisasi personel dan alat berat ke lokasi untuk membersihkan akses jalan.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan korban meninggal banyak dilaporkan di tiga kecamatan, yakni Cilaku, Cianjur, dan Cugenang.
Sejumlah bangunan juga rusak, mulai dari rumah, pondok pesantren, gedung pemerintahan, sekolah, hingga RSUD Cianjur.
BNPB menyatakan akan segera mengaktifkan posko penanganan bencana dan membawa logistik untuk para pengungsi.
“Kalau kita lihat kerusakannya cukup masif, berdasarkan pengalaman gempa sebelumnya, dapat kami perkirakan masyarakat yang harus mengungsi cukup banyak sehingga kami akan siapkan logistik seperlunya, tenda-tenda, dan untuk aktifkan posko kami akan dorong anggaran dana siap pakai,” jelas Suharyanto.
Gempa bumi bermagnitudo 5,6 terjadi pada Senin (21/11) pukul 13.21 WIB.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan pusat gempa berlokasi di Sukalarang, Sukabumi, Jawa Barat pada kedalaman 11 kilometer.
Menurut BMKG, gempa yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas sesar Cimandiri.
Karakter gempa dangkal ini lah yang menurut BMKG membuat dampaknya begitu merusak.
Getaran gempa terasa di wilayah Cianjur, Garut, Sukabumi, Bandung, hingga Jakarta.
Hingga pukul 15.00 WIB, BMKG mencatat telah terjadi 15 kali gempa susulan.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga mengingatkan bahaya ikutan berupa longsor akibat guncangan gempa di tengah musim hujan.
“Kami mohon waspadai juga apabila sedang hujan, mohon tidak berada di dekat lereng atau menghindari dari bantaran sungai yang dikhawatirkan berpotensi mengalami banjir bandang,” kata Dwikorita.
sumber: bbc