Eko Wibowo -;Sampai-sampai Pak SBY ingin turun gunung (lagi). Sementara PKS sudah beberapa kali menyampaikan agar Pilpres 2024 nanti setidaknya diikuti oleh tiga pasangan calon presiden.
Partai NasDem yang paling awal memiliki calon presidennya, sudah lebih-kurang setahun yang lalu menyampaikan agar Pilpres nanti diikuti tidak hanya dua pasangan calon presiden-calon wakil presiden saja.
**
Pemilihan Presiden 2014 dan 2019 yang keduanya hanya diikuti oleh dua pasangan capres-cawapres, memang mendatangkan ‘keseruan’ tersendiri. Keseruan-keseruan ‘pinggir jurang’ yang ampasnya masih terasa hingga sekarang. Riuh berisiknya media sosial membuat ampas itu seakan semakin terpelihara bau anyirnya. Naasnya, para pelaku dan penikmat penghasil ampas tadi sampai kini beberapa di antaranya tetap mendapatkan panggungnya.
Dengan hanya dua pasang calon, pada kenyataannya harus diakui bahwa telah menyebabkan pengkotak-kotakan. Polarisasi parah yang membawa kemungkinan buruk perpecahan. Pendukung salah satu menganggap dirinya di pihak putih, sementara di seberangnya dianggap hitam. Begitupun sebaliknya. Hanya ‘pelurunya’ saja yang berbeda. Permainan politik identitas.
Anehnya, pihak dan turunannya yang ditengarai sebagai pemain utama dan pertama politik identitas, kini seakan meradang. Menganggapnya sebagai korban, kemudian membalikkan dirinya seakan-akan bersikap bak pahlawan yang anti polarisasi.
Mereka yang kemudian kalah dan terluka akibat serangan balik menggunakan jurus yang biasanya mereka gunakan, sekarang sok bersikap sebagai negarawan. Mereka menolak Pilpres 2024 nanti hanya diikuti oleh dua pasangan calon. Demi memperkuat keinginannya itu, narasi busukpun disampaikan bahwa telah terjadi upaya penjegalan terhadap kemungkinan munculnya pasangan ketiga.
PKS dan Partai Demokrat menjadi partai politik yang secara jelas menunjukkan penolakan adanya kemungkinan pilpres dengan hanya dua pasangan calon. Lalu kenapa mereka begitu khawatir bila Pilpres 2024 nanti hanya diikuti oleh dua pasangan calon presiden-calon wakil presiden saja? Apa sebabnya?
Dengan kondisi seperti sekarang, bila kemudian nantinya Pilpres 2024 hanya akan ada dua calon pilihan, itu artinya hanya menjadi cerminan dari komposisi politik oposisi-pemerintah saat ini. Partai NasDem hanya menjadi sedikit pengurang dan/atau penambahnya.
Calon yang didukung PKS dan Partai Demokrat ditambah NasDem menjadi cerminan dukungan dari kubu oposisi. Sementara di seberangnya, dikurangi NasDem akan menjadi bentuk baru bagi suara pendukung pemerintahan saat ini.
Nah, tentunya hal tersebut berpeluang menjadi kesuraman lagi bagi PKS dan Partai Demokrat. Menjadi kedunguan yang terulang bagi keduanya.
Makanya begitu dapat dimengerti kenapa kemudian saat ini PKS dan Demokrat begitu antipati pada kemungkinan Pilpres 2024 dengan hanya dua pasangan calon?
Mereka atut…
sumber: seword