SATGAS MADAGO RAYA TEMBAK MATI TERORIS TERAKHIR MIT

Petugas menempel poster yang memuat foto dan identitas empat teroris anggota MIT yang masih diburu dalam operasi Madago Raya, Sabtu (25/9) (Foto: Humas Polda Sulteng)

Satuan Tugas (Satgas) Madago Raya menembak mati Al-Ikhwarisman, anggota terakhir kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso, Sulawesi Tengah.

POSO, SULAWESI TENGAH (VOA) — Penanggung Jawab Kebijakan Operasi (PJKO) Satuan Tugas (Satgas) Madago Raya, Irjen Pol Rudy Sufahriadi, mengatakan pihaknya berhasil menembak mati anggota terakhir kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang bernama Al-Ikhwarisman. Teroris berusia 33 tahun asal Bima, Nusa Tenggara Barat itu dilumpuhkan di wilayah pegunungan Kilometer 13, Desa Kawende, Kecamatan Poso Pesisir Utara pada Kamis (29/9).

Kapolda Sulawesi Tengah, Irjen Pol Rudy Sufahriadi saat memberikan keterangan pers di Pos Komando Taktis Satgas Madago Raya di Poso, Sulawesi Tengah, Jumat (30/9), dalam tangkapan layar.

“Kemarin sore (29/9) tertembak oleh teman-teman Sogili atau Densus 88 yang ada di sini. Tertembak dan meninggal dunia. Jenazah ada di Rumah Sakit Bhayangkara Palu. Saya bersama Danrem tadi sudah lihat, positif itu Askar alias Pak Guru,” ujar Rudy, Jumat (30/9) pagi.

Askar alias Pak Guru yang dimaksud tersebut adalah sebutan lain Al-Ikhwarisman.

Dalam peristiwa penembakan itu, Satgas Madago Raya berhasil mengamankan sejumlah barang bukti di antaranya berupa dua buah bom lontong, satu pucuk senjata revolver dan satu buah tas ransel yang berisi buah alpukat dan benda lainnya.

Gelar barang bukti tersangka teroris Al-Ikhwarisman alias Pak Guru yang diamankan Satgas Madago Raya, Jumat (30/9/2022) (Foto : Humas Polda Sulteng)

Menurut Rudy, Al-Ikhwarisman dalam rentang waktu 2017 hingga 2021 terlibat dalam sepuluh kasus pembunuhan yang menewaskan 17 warga sipil di Kabupaten Poso, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Parigi Moutong. Bergabung dengan kelompok MIT pada 2011, ia juga disebut terlibat dalam pembunuhan dua anggota Polres Poso di Dusun Tamanjeka pada 2012.

“Pekerjaan pertamanya adalah membunuh dua orang anggota Polres Poso waktu itu. Ditemukan sudah meninggal dunia di sekitar Tamanjeka. Itu pekerjaan mereka pertama. Selanjutnya terus menerus dia melakukan kegiatan di sekitar Kabupaten Poso, Parigi Moutong dan Sigi,” ungkap Rudy Sufahriadi.

Pulihkan Rasa Aman Warga

Keberhasilan Satgas Madago Raya menindak buronan terakhir kelompok MIT itu membangkitkan optimisme warga yang selama ini dihantui ketakutan, termasuk di antaranya warga Desa Kalemago, Kecamatan Lore Timur.

Daftar Pencarian Orang (DPO) yang memuat wajah dan nama anggota teroris MIT, kini tersisa Askar alias Jaid alias Pak Guru yang masih dicari Satgas Madago Raya. (Foto : Humas Polda Sulteng)

Pada 11 Mei 2021, lima anggota MIT membunuh empat petani yang sedang memanen buah kopi di kebun yang berjarak sejauh dua kilometer dari desa itu.

Sekretaris Desa Kalemago, Otniel Papundem kepada VOA berharap tewasnya teroris terakhir kelompok MIT itu akan memulihkan rasa aman warga di desa tersebut.

“Dengan sudah selesainya ini, yang satu ini, semoga kami ke depan juga itu sudah bisa boleh dikatakan merasakan aman. Dan kami bisa bekerja, dalam artian dengan sudah semangat,” kata Otniel Papunde, Jumat (30/9).

Otniel menungkapkan peristiwa pembunuhan empat warga desa oleh MIT pada tahun sebelumnya menyebabkan mereka tidak berani menggarap lahan kebun kopi dan kakao seluas 30 hektare. Lahan perkebunan mereka berada kaki Gunung Biru yang menjadi tempat persembunyian kelompok teroris tersebut. Kondisi itu menyebabkan 283 keluarga di desa tersebut mengalami kesulitan ekonomi, mengingat mayoritas warga menggantungkan hidup mereka dari kegiatan pertanian.

“Mudah-mudahan dengan ini, kami kembali juga sibuk dengan kita punya kegiatan di pinggir-pinggir gunung, termasuk cokelat (kakao) dengan kopi itu karena itu sumber utamanya kami,” kata Otniel.

Data Dinas Pertanian Kabupaten Poso 2021 menunjukkan bahwa aktivitas MIT telah menyebabkan sebanyak 18 ribu hektare kebun kakao di Poso terbengkalai karena ditinggalkan petani yang mengkhawatirkan keselamatan diri mereka. Kebun-kebun itu umumnya berada di kaki Gunung Biru. [yl/ah]
sumber: voa

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.