Widodo SP -:Aksi pelampiasan amarah seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kabupaten Sinjai terhadap seorang wanita di jalanan umum menuai banyak kritikan. Pasalnya, pelaku yang diduga kesal lantaran bumper mobilnya tersenggol oleh wanita pengendara sepeda motor itu lantas keluar dari mobil, lalu menendang sepeda motor yang masih menyala sehingga pengendara yang masih di atas jok sepeda motor terjatuh.
Selain berurusan dengan polisi, pelaku kini kudu bersiap menerima sanksi dari Bupati selaku atasannya, sebagai balasan atas tindakan semena-mena di jalanan umum itu.
Membaca berita ini membuat saya ingat betapa kerasnya kehidupan di jalanan. Tak jarang pengendara tersulut emosinya hanya karena perkara sepele, lalu amarahnya meledak dan apa pun bisa terjadi sebagai lanjutan ketika amarah sudah tak terkendali.
Saya pun sesekali agak lepas kendali juga, terutama ketika menghadapi tiga situasi ini: mobil yang mengambil lajur kiri sangat mepet, kendaraan yang mendadak keluar dari gang, dan perilaku driver kendaraan yang mengubah jalur (entah belok atau mau mendahului) tetapi mendadak tanpa menyalakan lampu sein.
Namun, apa pun alasannya … sebaiknya setiap pengendara di jalanan umum belajar menguasai diri agar dapat mengendalikan emosinya, supaya jangan sampai melakukan tindakan yang kelak akan disesali kalau sudah berurusan dengan hukum
Situasi di jalanan memang menuntut kesabaran dan sesekali kudu mengalah. Jangankan bumper atau spion tersenggol tanpa sengaja (kalau sengaja namanya nabrak), wong sekadar klakson pelan sambil melirik pengendara lain saja bisa memancing emosi kok
Masih mending jika yang dilirik lalu ikutan melirik juga, lalu berlanjut kenalan, ngopi bareng, sampai akhirnya bersanding di pelaminan, lha ini bermula dari melirik trus bisa adu jotos kan berabe!
Kita juga pastinya masih ingat beberapa kasus kekerasan hingga letupan pistol berpeluru yang sempat mewarnai pemberitaan terkait luapan amarah di jalanan umum. Apalagi di jalanan umum seperti berlaku hukum rimba, yakni siapa yang berkuasa, juga siapa yang melotot paling lebar, atau yang bersuara paling keras akan menjadi pemenang ketika.ada perselisihan.
Jangan harap ada kerendahan hati di sana karena sangat jarang ditemui, meski ada satu dua juga sih yang begitu. Mungkin karena nggak suka ribut atau lebih senang mengalah. Namun selebihnya, saya banyak menemui pengendara yang sekalipun salah tapi tetap ngeyel dan merasa benar, pakai melotot dan marah pula kalau ditegur. Susah kan? Bagaimana menurut Anda?
Begitulah kura-kura…
sumber: seword