Widodo SP – Sebagian dari penduduk bangsa kita tampaknya kena gejala latah terhadap segala sesuatu yang sedang ramai diperbincangkan di ruang publik, ditonton di televisi, atau sesuatu yang viral di media sosial. Akibat dari latah berjamaah itu, lantas muncul kegiatan serupa di berbagai tempat secara masif dalam waktu yang tak terlalu lama.
Dulu kita dihebohkan dengan goyangan khas seorang Caesar, berikut lagu Buka Sithik Jos, yang segera menjangkiti penduduk negeri ini, tak hanya buat para penonton setianya yang setiap hari mungkin ikutan “joget Caesar” tadi.
Kita pernah pula dibikin latah dengan game mencari Pokemon, yang meski dianggap kontroversial dan membahayakan, karena berburu makhluk virtual di dunia nyata, tapi sempat menjangkiti masyarakat kita selama beberapa waktu.
Ada pula latah bersifat politis, ketika isu penistaa agama yang ditudingkan ke Ahok, direspons dengan penolakan, hujatan, yel-yel yang tak pantas diucapkan, hingga aksi massa yang lantas menghasilkan “alumni Monaslimin” yang hingga kini sebagian alumninya masih terlihat bangga karena pernah “kuliah singkat” lalu dinyatakan sebagai alumni. Meski sumbangsih mereka bagi kemajuan dan kebaikan negeri ini nyàris nol besar.
Nah, yang masih belum hilang dari ruang dunia maya kita tentu saja terkait kegiatan “Citayam Fashion Week” yang di tempat aslinya tampaknya sudah sepi, tapi mungkin masih baru menggeliat di banyak daerah. Mendadak orang jadi suka nyebrang jalan di zebra cross, sambil lenggak-lenggok membayangkan diri sedang fashion show di atas catwalk tanpa mempedulikan sekitarnya.
Apakah semua aktivitas latah berjamaah ini negatif atau malah mengarah pada dosa? Huss…jauh amat mikirnya kayak panitia kiamat saja. Hahahaha…!
Tenang. Nggak semua “kelatahan” ini negatif kok, karena ada pula yang positif. Misalnya ketika ada seorang menyewa baliho lalu mengucapkan ulang tahun atau merayakan hari jadi pernikahan. Bagi saya, jika ada yang mengikuti ide kreatif semacam ini bagus juga kok, asalkan pakai duit sendiri dan bukan hasil korupsi bansos.
Meski begitu, ada pula jenis latah yang mengarah pada maut, seperti challenge malaikat maut yang sebaiknya tidak usah ditiru. Lha buat apa viral trus dapat uang hasil monetize, tapi manusianya modar? Maaf saya pakai kata “modar” karena mau menggambarkan betapa bodohnya pelaku challenge semacam itu.
Bagaimana menurut Anda soal fenomena latah semacam ini, yang muncul sebagai akibat yang tak bisa dihindari dari pesatnya penggunaan media sosial dan teknologi internet?
Begitulah kura-kura…
sumber: seword