AJARAN KELIRU (SESAT) DI BUKU PPKn SOAL TRINITAS, SEMOGA BUKAN KESENGAJAAN , YA!

Widodo SP – Beredarnya isi buku PPKn yang diterbitkan oleh pemerintah memuat kesalahan fatal mengenai iman kristen, yang di dalamnya memuat soal keterangan soal ibadah dan Trinitas yang menjadi poin sangat penting dalam iman kristen (kristiani).

Bunda Maria dianggap sejajar dengan Allah dan Yesus Kristus, sebagai kesatuan padahal seharusnya dalam konsep Trinitas ada tiga pribadi Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus yang seharusnya disebutkan di sana.

Seorang teman lantas menanggapi viralnya pengajaran sesat tersebut seperti ini, dengan awalan komentar:

“Kesalahan ini sudah sangat fatal. Fakta buku ini sudah beredar membuktikan adanya beberapa masalah dalam sistem pendidikan Indonesia.”

Pertama, tidak ada standar pemilihan anggota tim penulis atau penyusun buku pelajaran. Bila memang ada standar, maka kesalahan elementer seperti itu tidak bakal terjadi.

Kedua, karena ketiadaan standar, hasil akhir pekerjaannya juga tidak bisa dipertanggungjawabkan. Saya lama berkecimpung di dunia penerbitan. Tiap naskah yang akan terbit selalu diperiksa oleh supervisor atau kepala auditor. Dari kesalahan yang terjadi, jelas ada kesengajaan dari penulis dan pembiaran dari editor.

Ketiga, dari buku ini jelas ada upaya Islamisasi terhadap seluruh siswa di Indonesia. Saya sebut Islamisasi, karena penjelasan yang digunakan hanya menurut perspektif Islam. Padahal yang dibahas bukan cuma Islam dan yang menggunakan bukunya tidak hanya siswa muslim. Silakan bilang tidak ada, tapi fakta tidak bisa disangkal.

Silakan bila mau menyangkal, tetapi dengan pemilihan penulis, sudut pandang yang disajikan dalam buku, dan lolosnya materi menyesatkan begitu yang kemungkinan sudah terlanjur diajarkan sebagai “upaya penggoyahan iman” generasi muda kristiani, patut untuk disikapi dengan serius.

Seandainya penulis hidup pada masa lalu, dimana ada seorang guru besar mengajarkan sanksi berat atas penyesatan yang disengaja terhadap anak-anak (dengan mengikatkan batu kilangan di leher, lalu dilemparkan ke laut) maka bisa jadi penulis akan tinggal nama.

Belum lagi kalau membahas soal kegiatan ibadah, yang seharusnya sedikit direvisi karena faktanya tidak setiap orang kristen/katolik boleh beribadah di gereja dengan bebas.

Fakta di negeri ini, masih ada yang terpaksa ngemper atau berpanas-panasan karena ada larangan beribadah dari kelonpok yang merasa diri paling benar, menangan sendiri, tapi sekaligus punya kekhawatiran imannya akan tergerus kalau ada aktivitas ibadah kristiani di daerahnya.

Jadi bagaimana, Mas Nadiem? Apakah kurikulum merdeka berarti bebas dan semau gue untuk mengajarkan perspektif keliru soal agama lain dalam buku yang diterbitkan dan pastinya didanai oleh pemerintah? Semoga saja tidak!

Begitulah kura-kura…

sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.