Foto: Perempuan Saudi ramai-ramai memilih potongan rambut pendek. AFP via Getty Images/FAYEZ NURELDINE
Jakarta, CNBC Indonesia – Ada tren baru di kalangan perempuan Arab Saudi. Setelah i hijab tak lagi diwajibkan, para perempuan Saudi ramai-ramai memotong pendek rambut mereka.
Salah satunya adalah Safi, seorang dokter perempuan di sebuah rumah sakit di Ibu Kota Riyadh, yang memutuskan untuk mengganti tampilannya dengan sangat dramatis. Dia memotong rambutnya yang panjang hingga sampai bagian leher.
Mengutip laporan AFP, potongan rambut pendek semakin populer di kalangan wanita pekerja di Saudi. Tren ini terlihat mencolok terutama di jalanan Riyadh, di mana banyak wanita yang memiliki gaya rambut pendek. Hal tersebut terjadi setelah wanita Saudi tidak lagi diharuskan mengenakan hijab di bawah reformasi sosial yang didorong oleh Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS), yang juga penguasa de-facto Saudi.
Hijab Tak Lagi Wajib, Wanita Saudi Pilih Berambut Pendek
Ada tren baru di kalangan perempuan Arab Saudi. Setelah pemakaian hijab tak lagi diwajibkan, para perempuan Saudi ramai-ramai memotong pendek rambut mereka.
Salah satunya adalah Safi, seorang dokter perempuan di sebuah rumah sakit di Ibu Kota Riyadh, yang memutuskan untuk mengganti tampilannya dengan sangat dramatis. Dia memotong rambutnya yang panjang hingga sampai bagian leher.
Mengutip laporan AFP, potongan rambut pendek semakin populer di kalangan wanita pekerja di Saudi. Tren ini terlihat mencolok terutama di jalanan Riyadh, di mana banyak wanita yang memiliki gaya rambut pendek. Hal tersebut terjadi setelah wanita Saudi tidak lagi diharuskan mengenakan hijab di bawah reformasi sosial yang didorong oleh Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS), yang juga penguasa de-facto Saudi.
Seiring dengan meningkatnya jumlah pekerja wanita, banyak yang menggambarkan gaya rambut ‘boy’ sebagai alternatif yang praktis dan profesional dibandingkan gaya rambut panjang.
Bagi Safi, yang menggunakan nama samaran untuk melindungi identitasnya, potongan rambut pendek juga menjadi semacam perlindungan dari perhatian pria yang membuatnya risih. Dengan rambut pendek ini, Safi mengaku dia bisa lebih fokus pada pasien-pasiennya.
“Orang suka melihat feminitas dalam penampilan wanita. Gaya ini seperti perisai yang melindungi saya dari orang-orang dan memberi saya kekuatan,” katanya.
Rambut pendek bisa menghemat waktu
Di salah satu salon di pusat kota Riyadh, permintaan untuk potongan boyish ini telah melonjak. Sekitar 7-8 dari 30 pelanggan meminta rambutnya dipotong pendek, kata Lamis, seorang penata rambut.
“Tampilan ini menjadi sangat populer sekarang. Permintaannya meningkat, terutama setelah perempuan memasuki pasar tenaga kerja,” papar dia.
Banyak wanita pekerja yang menilai potongan gaya rambut bondol sebagai alat untuk menavigasi kehidupan profesional baru mereka.
“Saya seorang wanita yang praktis dan saya tidak punya waktu untuk merawat rambut saya,” kata Abeer Mohammed, seorang ibu berusia 41 tahun yang memiliki bisnis toko pakaian pria.
“Rambut saya keriting, dan jika rambut saya tumbuh panjang, saya harus menghabiskan banyak waktu untuk merawatnya di pagi hari.”
Arab Saudi secara tradisional melarang pria “meniru wanita” atau memakai pakaian wanita, dan sebaliknya. Tapi Rose, seorang pramuniaga sepatu berusia 29 tahun di Riyadh, memandang rambut pendeknya sebagai cara dia untuk menegaskan kemandiriannya dari pria, bukan meniru mereka.
“Rambut pendek memberi saya kekuatan dan kepercayaan diri… Saya merasa berbeda, dan mampu melakukan apa yang saya inginkan tanpa perwalian siapa pun,” kata Rose yang tidak mau menyebutkan nama lengkapnya.
“Awalnya keluarga saya menolak tampilan ini, tapi lama kelamaan mereka terbiasa,” tambahnya.
Rambut pendek memberi saya kekuatan dan kepercayaan diri… Saya merasa berbeda, dan mampu melakukan apa yang saya inginkan tanpa perwalian siapa pun,Rose, wanita pekerja di Saudi.
Reformasi Arab Saudi
Dicabutnya kewajiban memakai jilbab hanyalah satu dari banyak perubahan yang memberikan kebebasan kepada wanita Saudi di bawah kepemimpinan Pangeran Mohammed. Wanita Saudi tidak lagi dilarang menonton konser dan acara olahraga. Pada 2018 lalu, mereka juga mendapatkan hak untuk mengemudi kendaraan sendiri.
Kerajaan Saudi juga telah melonggarkan aturan perwalian, yang berarti perempuan sekarang dapat memperoleh paspor dan bepergian ke luar negeri tanpa izin kerabat laki-laki.
Semua kebijakan baru tersebut merupakan rencana reformasi Visi 2030 Pangeran Mohammed untuk membuat Arab Saudi yang tidak terlalu bergantung pada minyak.
Rencana tersebut awalnya menyerukan agar perempuan berkontribusi 30 persen dari angkatan kerja pada akhir dekade ini, tetapi angka itu sudah mencapai 36 persen, kata asisten menteri pariwisata Putri Haifa Al-Saud, saat berbicara di Forum Ekonomi Dunia di Davos bulan lalu.
Seiring dengan meningkatnya jumlah pekerja wanita, banyak yang menggambarkan gaya rambut ‘boy’ sebagai alternatif yang praktis dan profesional dibandingkan gaya rambut panjang.
Bagi Safi, yang menggunakan nama samaran untuk melindungi identitasnya, potongan rambut pendek juga menjadi semacam perlindungan dari perhatian pria yang membuatnya risih. Dengan rambut pendek ini, Safi mengaku dia bisa lebih fokus pada pasien-pasiennya.
“Orang suka melihat feminitas dalam penampilan wanita. Gaya ini seperti perisai yang melindungi saya dari orang-orang dan memberi saya kekuatan,” katanya.
Rambut pendek bisa menghemat waktu
Di salah satu salon di pusat kota Riyadh, permintaan untuk potongan boyish ini telah melonjak. Sekitar 7-8 dari 30 pelanggan meminta rambutnya dipotong pendek, kata Lamis, seorang penata rambut.
“Tampilan ini menjadi sangat populer sekarang. Permintaannya meningkat, terutama setelah perempuan memasuki pasar tenaga kerja,” papar dia.
Banyak wanita pekerja yang menilai potongan gaya rambut bondol sebagai alat untuk menavigasi kehidupan profesional baru mereka.
“Saya seorang wanita yang praktis dan saya tidak punya waktu untuk merawat rambut saya,” kata Abeer Mohammed, seorang ibu berusia 41 tahun yang memiliki bisnis toko pakaian pria.
“Rambut saya keriting, dan jika rambut saya tumbuh panjang, saya harus menghabiskan banyak waktu untuk merawatnya di pagi hari.”
Arab Saudi secara tradisional melarang pria “meniru wanita” atau memakai pakaian wanita, dan sebaliknya. Tapi Rose, seorang pramuniaga sepatu berusia 29 tahun di Riyadh, memandang rambut pendeknya sebagai cara dia untuk menegaskan kemandiriannya dari pria, bukan meniru mereka.
“Rambut pendek memberi saya kekuatan dan kepercayaan diri… Saya merasa berbeda, dan mampu melakukan apa yang saya inginkan tanpa perwalian siapa pun,” kata Rose yang tidak mau menyebutkan nama lengkapnya.
“Awalnya keluarga saya menolak tampilan ini, tapi lama kelamaan mereka terbiasa,” tambahnya.
Rambut pendek memberi saya kekuatan dan kepercayaan diri… Saya merasa berbeda, dan mampu melakukan apa yang saya inginkan tanpa perwalian siapa pun,Rose, wanita pekerja di Saudi.
Reformasi Arab Saudi
Dicabutnya kewajiban memakai jilbab hanyalah satu dari banyak perubahan yang memberikan kebebasan kepada wanita Saudi di bawah kepemimpinan Pangeran Mohammed. Wanita Saudi tidak lagi dilarang menonton konser dan acara olahraga. Pada 2018 lalu, mereka juga mendapatkan hak untuk mengemudi kendaraan sendiri.
Kerajaan Saudi juga telah melonggarkan aturan perwalian, yang berarti perempuan sekarang dapat memperoleh paspor dan bepergian ke luar negeri tanpa izin kerabat laki-laki.
Semua kebijakan baru tersebut merupakan rencana reformasi Visi 2030 Pangeran Mohammed untuk membuat Arab Saudi yang tidak terlalu bergantung pada minyak.
Rencana tersebut awalnya menyerukan agar perempuan berkontribusi 30 persen dari angkatan kerja pada akhir dekade ini, tetapi angka itu sudah mencapai 36 persen, kata asisten menteri pariwisata Putri Haifa Al-Saud, saat berbicara di Forum Ekonomi Dunia di Davos bulan lalu.(hsy/hsy)
sumber: cnbc