BADAN HAM PBB: SHIREEN ABU AQLA TEWAS TERKENA PELURU YANG DITEMBAKKAN TENTERA ISRAEL

Badan hak asasi manusia PBB pada Jumat (24/06) mengatakan semua informasi yang mereka kumpulkan menunjukkan wartawan Palestina-Amerika, Shireen Abu Aqla, tewas terkena peluru yang ditembakkan tentara Israel.

Pejabat di Kantor Komisioner Tinggi untuk HAM PBB menyerukan Israel melakukan penyelidikan pidana atas terbunuhnya Abu Aqla, wartawan yang bekerja untuk Al Jazeera selama lebih 20 tahun.

“Kami menemukan tembakan yang menewaskan Abu Aqla berasal dari tentara Israel,” kata Ravina Shamdasani, juru bicara Kantor Komisioner Tinggi untuk HAM PBB, kepada para wartawan di Jenewa.

“Sangat disayangkan bahwa pihak berwenang Israel tidak melakukan penyelidikan pidana [atas kasus ini],” kata Shamdasani.

“Kami sudah mengambil kesimpulan atas insiden ini … tembakan yang menewaskan Abu Aqla dan yang melukai rekannya, Ali Sammoudi, berasal dari tentara Israel bukan dari orang-orang Palestina bersenjata, seperti yang sebelumnya diklaim pihak berwenang Israel,” kata Shamdasani.

Ia menegaskan “tidak ada informasi yang menunjukkan aktivitas orang-orang Palestina bersenjata di dekat lokasi tewasnya Abu Aqla”.

Menanggapi kesimpulan ini, militer Israel mengatakan “tidak mungkin bisa menentukan bagaimana Abu Aqla terbunuh – apakah karena tidak sengaja oleh tentara Israel atau oleh milisi Palestina”.

Shireen Abu Aqla meninggal dunia 11 Mei 2022 saat bertugas melaporkan bentrok antara aparat keamanan Israel dan warga Palestina di kawasan pendudukan Tepi Barat.

Abu Aqla mengenakan helm dan rompi bertuliskan “press” yang jelas-jelas menunjukkan ia wartawan.

Sejumlah media sudah menyimpulkan bahwa besar kemungkinan Shireen Abu Aqla tewas oleh tentara Israel.

Peti jenazah Shireen Abu Aqla hampir jatuh dalam bentrokan.

Tewasnya Abu Aqla dan pemakamannya menarik perhatian internasional.

Ketika itu, polisi Israel memukul para pelayat dan peti mati yang membawa jenazah hampir terjatuh saat polisi, dengan menggunakan pentungan menyerang massa yang berkumpul.

Polisi Israel mengatakan mereka bertindak setelah dilempari batu oleh massa.

Polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah massa yang mengibarkan bendera Palestina. Mereka dituduh mengganggu ketertiban umum dengan melempar batu dan meneriakkan slogan-slogan nasionalistik.

Bentrokan saat pemakaman Shireen Abu Aqla.

Sebelumnya, Otorita Palestina dan Al Jazeera menyatakan Shireen ditembak mati oleh pasukan Israel, sementara Israel mengatakan tidak bisa memastikan apa yang terjadi dan bahwa wartawati ditembak oleh warga Palestina.

Laporan Israel juga menyebutkan kemungkinan “beberapa peluru” ditembak oleh seorang tentara ke “arah teroris yang melepaskan tembakan ke kendaraannya”.

Palestina menolak permintaan Israel untuk melakukan penyelidikan bersama dengan mengatakan mereka tidak percaya Israel. Kedua belah pihak melakukan penyelidikan masing-masing.

Wartawan BBC Tom Bateman di Yerusalem mengaakan ada tekanan untuk melakukan penyelidikan kematian Shireen Abu Aqla secara cepat dan transparan.

Ia mengatakan fokusnya adalah peluru yang menembaknya, yang ditemukan dalam otopsi namun dilaporkan adalah jenis yang digunakan baik oleh tentara Israel dan Palestina.

Pemakaman diselenggarakan sementara pasukan Israel melanjutkan serangan di daerah yang diduduki di Tepi Barat, Jenin, tempat wartawan berdarah Palestina-Amerika itu ditembak pekan ini.

Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan penggerebekan pasukan Israel ini melukai setidaknya 11 orang.

Militer Israel mengatakan mereka melakukan “operasi kontra terorisme” di luar Jenin.

Kematian Shireen yang meliput Palestina dan Timur Tengah dalam dua dekade ini diperkirakan akan semakin menyulut ketegangan.

Juru bicara Israel mengatakan ratusan petugas keamanan dikerahkan untuk pemakaman ini.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan pihaknya akan membawa kasus pembunuhan Shireen Abu Aqla ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC).

Pemakaman Shireen Abu Aqla diperkirakan akan dihadiri ribuan orang.

Shireen Abu Aqla tewas ditembak saat meliput serangan Israel di kawasan pendudukan Tepi Barat.

Dalam pidato menjelang pemakaman, Presiden Abbas menggambarkan Shireen Abu Aqla sebagai “suhada dunia yang bebas” yang “mengorbankan nyawanya” untuk membela kepentingan Palestina.

“Kami menganggap otorita pendudukan Israel bertanggung jawab atas pembunuhannya dan tidak akan bisa menutup-nutupi fakta dengan kejahatan ini,” kata Presiden Abbas pada Kamis (12/05).

Ditambahkan bahwa Otorita Palestina menolak tawaran Israel untuk melakukan penyelidikan bersama “karena kami tidak mempercayai mereka” dan kasus ini selanjutnya akan diajukan ke Mahkamah Pidana Internasional.

Peti jenazah Shireen Abu Aqla dibalut dengan bendera Palestina.

ICC dan pemerintah Israel sejauh ini belum memberikan tanggapan atas upaya membawa kasus ini ke pengadilan internasional.

Israel tidak mengakui kewenangangan ICC dan menolak bekerja sama dalam penyelidikan tentang dugaan kejahatan perang di wilayah-wilayah yang didudukinya.

Sehari sebelumnya, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa Abu Aqla meninggal dunia setelah menderita luka berat di kepala saat ia meliput penyerbuan aparat keamanan Israel di sebuah kamp pengungsi di kota Jenin untuk stasiun televisi Al-Jazeera pada hari Rabu pagi (11/05).

Shireen Abu Aqla dikenal jutaan orang karena liputannya tentang konflik Israel-Palestina.

Al-Jazeera, yang berbasis di Qatar, mengatakan dalam sebuah pernyataan pers bahwa korespondennya itu dibunuh “dengan sengaja” dan “dengan darah dingin” oleh pasukan Israel.

Jaringan media itu juga mengutip saksi mata yang mengatakan bahwa “penembak jitu sengaja menembak Shireen di kepala, meskipun perempuan itu mengenakan rompi dan helm yang jelas bertuliskan ‘pers'”.

Perdana Menteri Israel mengatakan “kemungkinan besar” rombongan Al-Jazeera itu ditembak oleh orang-orang bersenjata dari pihak Palestina selama baku tembak.

Peristiwa ini terjadi saat kekerasan antara Israel dan Palestina kembali memanas.

Siapa Shireen Abu Aqla?

Shireen banyak dikagumi para pemirsa dan rekan kerjanya.

Shireen Abu Aqla lahir pada Januari 1971 di Yerusalem.

Dia lulus dari Sekolah Menengah Rosary Sisters di permukiman Beit Hanina, Yerusalem.

Awalnya ia belajar arsitektur di Jordan University of Science and Technology. Ia kemudian memperoleh gelar Sarjana media dan jurnalisme dari Universitas Yarmouk di Yordania, dengan spesialisasi media cetak.

Setelah lulus, Shireen bekerja di beberapa organisasi media di wilayah Palestina, termasuk jaringan radio Voice of Palestine dan Amman TV.

Ia bergabung dengan Al-Jazeera pada tahun 1997 – setahun setelah peluncurannya – dan menjadi salah satu koresponden lapangan pertama saluran tv tersebut.

Abu Aqla menjadi terkenal selama 25 tahun terakhir, dengan meliput banyak peristiwa dalam konflik Palestina-Israel. Ini termasuk pemberontakan Intifada Palestina pada tahun 2000, dan penyerbuan Israel di Kamp Pengungsi Jenin dan kota Tol Karam pada tahun 2002. Ia juga meliput operasi Israel dan serangan udara di Jalur Gaza selama beberapa tahun terakhir.

Shireen juga merupakan reporter Arab pertama yang mendapat akses ke penjara Ashkelon, di dekat Gaza, pada tahun 2005. Di sana, ia menemui para tahanan Palestina yang dijatuhi hukuman penjara yang panjang oleh pengadilan Israel.

Abu Aqla mengatakan bahwa kunjungannya ke penjara adalah pengalaman yang sangat berbekas baginya, setelah ia menyaksikan secara langsung kondisi warga Palestina di penjara-penjara Israel.

Dalam wawancara sebelumnya yang ia rekam dengan Al Jazeera, Abu Aqla mengatakan bahwa pasukan Israel selalu menuduhnya meliput dari zona militer. Ia menambahkan bahwa ia selalu merasa menjadi sasaran dan tidak henti-hentinya berselisih dengan pasukan Israel dan pemukim bersenjata.

Dalam video promosi yang disiarkan Al Jazeera pada Oktober 2021, menandai ulang tahun ke-25 saluran tersebut, Abu Aqla mengatakan: “Saya memilih jurnalisme supaya dekat dengan masyarakat. Mungkin tidak mudah bagi saya untuk mengubah kenyataan, tapi setidaknya saya bisa mengangkat suara mereka kepada dunia … Saya Shireen Abu Aqla.”

Apa yang terjadi?

Pada Rabu pagi, Abu Aqla pergi ke kamp pengungsi Jenin untuk melaporkan penyerbuan pasukan keamanan Israel. Menurut militer Israel, aksi itu dilakukan untuk menangkap “tersangka teroris”.

“Selama aksi itu, puluhan pria Palestina bersenjata menembaki dan melemparkan alat peledak ke arah tentara. Para prajurit merespons dengan tembakan ke arah orang-orang bersenjata dan mengenai beberapa orang,” kata sebuah pernyataan militer.

Shireen Abu Aqla mengenakan jaket anti peluru, yang jelas bertulisan “pers”, saat ia ditembak.
sumber: bbc

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.