YANG DITOLAK SINGAPURA GA CUMA UAS, FADLI ZON PURA-PURA GA NGERTI?

Alifurrahman – Hari ini saya baca berita Ustad Somad dideportasi dari Singapura. Lalu muncul juga video sang ustad yang diwawancara entah oleh siapa, yang pada intinya membenarkan, bahwa UAS dideportasi karena alasan yang tidak bisa dijelaskan oleh pihak imigrasi.

Dan seperti biasa, ceritanya jadi mengarah pada urusan politik. Meski cukup lucu juga melihat UAS emosi dan menganggap Singapore hanya negara kecil, yang kalau dikencingi satu Indonesia bisa tenggelam. Tapi di sisi lain, malah terlihat mencurigai, atau menyalah-nyalahkan pemerintah Indonesia yang mungkin membuat nama UAS masuk dalam daftar orang yang tak layak masuk negara lain. Kira-kira begitu istilah yang paling pas, kalau saya bilang teroris nanti takut salah.

Cerita ini menjadi kian rumit karena kemudian anggota DPR dari Gerindra, Fadli Zon, menganggap ini sebagai penghinaan terhadap ulama. hahaha

Entahlah. Entah Fadli Zon benar-benar tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu? Untuk sekedar membuat UAS tersanjung dan terhibur. Karena setahu saya, kewenangan untuk menerima atau menolak warga asing itu memang kewenangan imigrasi negara setempat.

Pihak imigrasi berhak memberikan penjelasan, ataupun tidak memberikan penjelasan, terkait keputusan yang sudah mereka ambil. Sekali lagi ini setahu saya, aturan ini sudah berlangsung cukup lama.

Saya pribadi pernah masuk ke Singapura. Saya dan beberapa orang teman datang dengan niat ingin jalan-jalan. Waktu itu masih jadi mahasiswa di Malaysia.

Teman-teman saya yang secara dokumen sudah lengkap, tak ada masalah, sempat juga ditahan imigrasi Singapura dan terancam dipulangkan. Cukup lama dia ditahan entah untuk alasan apa. Barang-barang di tasnya diminta untuk dikeluarkan dan diperiksa.

Sampai lah akhirnya saya ikut masuk dan mencari tahu ada apa. Dan mirip seperti cerita UAS, saya jadi kembali diperiksa. Beruntung visa saya statusnya mahasiswa, jadinya pihak imigrasi mengijinkan teman saya ini masuk ke Singapura untuk wisata.

Lalu apa masalah teman saya ini? ga ada. Andai saya ga punya visa mahasiswa, mungkin kami sama-sama ditolak masuk. Tapi karena statusnya mahasiswa di Malaysia, mungkin dianggap bisa meyakinkan pihak imigrasi kalau teman saya ini ga nyasar dan tau arah pulang. Sekali lagi itu mungkin, karena setelah dilepas pun mereka tidak menjelaskan.

Tapi ya begitulah imigrasi. Di Singapura, selalu ada orang yang ditolak masuk. Tidak hanya UAS. Alasannya apa? beragam. Yang tahu hanya Tuhan dan pihak imigrasi.

Di Malaysia apa lagi, lebih banyak orang yang ditolak masuk. Misal, tidak mampu menunjukkan sejumlah uang cash, itu juga bisa jadi alasan penolakan. Meskipun tidak semua orang diperiksa dan ditanyai uang cash. Hanya kepada muka tertentu saja, atau kepada orang yang terlihat lusuh, biasanya akan ditanya dan diperiksa.

Sempat juga teman saya yang sama-sama mahasiswa, punya visa student juga, tapi diperiksa keaslian visanya. Karena apa? ya ga tau. Suka-suka imigrasi saja. Tapi kalau terpaksa harus saya jawab, mungkin karena penampilannya terlihat seperti TKI atau pekerja.

Karena kalau pakaian rapi, ga neko-neko, terlihat meyakinkan punya uang, biasanya imigrasi ga perlu lirik atas bawah penuh curiga. Langsung stempel dan masuk.

Tapi ini semua adalah cerita pengalaman saya, yang saya tahu seperti itu. Bahwa ada banyak orang ditolak masuk ke sebuah negara, karena feeling pihak imigrasi mengatakan ada masalah.

Di luar itu, terkait kasus Ustad Somad, bisa jadi alasannya bukan soal penampilan atau pertanyaan tujuan yang tak mampu dijawab dengan benar. Bisa jadi memang ada alasan yang lebih fundamental, misalkan pihak Singapura menolak menerima UAS yang sebelum ini sempat menuai kontroversi terkait ceramah-ceramahnya.

Pada intinya, alasan Somad ditolak Singapura itu bisa sangat beragam. Dan mungkin kita tidak akan pernah tahu alasan yang sebenarnya. Karena sekali lagi, pihak imigrasi tidak punya kewajiban untuk menjelaskan kenapa menolak.

Jadi, dengan banyaknya potensi alasan penolakan ini, maka sebaiknya tidak perlu kita persempit karena alasan politik atau UAS yang masuk dalam daftar hitam Singapura. Tapi kalau kelompok 212 tetap menginginkan itu, bahkan ingin memboikot Singapura, ya silahkan saja. Toh memang mereka jarang ke Singapura, bahkan mungkin ga pernah punya paspor juga. hahahaha begitulah kura-kura.
sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.