FILM TURANG

Turang, secara harafiah dalam cakap(bahasa) Karo mengadung artian persaudaraan yang berlainan jenis kelamin(laki-laki – perempuan, ataupun perempuan – laki-laki), sebab jika serupa, ataupun sama bukan disebut turangakan tetapi, disebut dengan senina. Namanu, dalam pembahasan kali ini, saya bukan ingin mengkaji kata turang ini dari dalam aspek bahasa, atau dalam bahasa kerennya sering disebut dengan sebutan kajian etimologi. Melainkan, pada kesempatan ini saya hanya ingin sedikit membahas tentang salah satu film bernuansa(berlatar) Karokarya sutradara kawakan era 50 – 60-an Bachtiar Siagian yang juga merupakan ketua dari Indonesia Film Institution dan Lembaga Kebudajaan Rakjat dikenal dengan akronim LEKRA.

Film Turang, merupakan film besutan sutradara Bachtiar Siagian yang juga mensutradarai film Piso Surit(1960); produser: Abubakar Abdy; dibintangi oleh: Nizmah, Oemar Bach, Achmad Hamidi, Tuahta Peranginangin, Zubier Lelo, Hadisjam Tahax, dll. Film ini sendiri diproduksi oleh RAFIC (Retjong Film Corporation), Jajasan Gedoeng Pemoeda Medan di-tahun 1957-1958, dengan lokasi shooting di Seberaya, Tiga’derket, Kabanjahe, dan daerah lainnya di Kabupaten Karo. Film ini diangkat dari sebuah drama 3 babak yang sebelumnya tampil dan cukup populer dipentaskan di medan perjuangan. Sebelumnya juga telah ada syair dan lagu “Oh, turang” karya Sersan Mayor Hasjim Ngalimun, yang beliau dedikasikan untuk mengenang korban serangan tentara Belanda di Tanah Alas, dimana pada 26 Mei 1949 tentara pejuang Resimen IV dibawah komando Djamin Ginting berjuang melawan gempuran pasukan Belanda yang diperkuat enam buah pesawat tempur Mustang Hagers yang memborbardir Tanah Alas, sehingga menimbulakan korban dari pihak laskar pejuang, yakni: Letnan Kerani Tarigan dan Kopral M. Zain. Lagu Oh, Turang ini sendiri kemudian menjadi flm soundtrack dari film Turang yang dilantunkan oleh Tuti Daulay. Berikut syair dari lagu Oh, turang.

LIRIK LAGU KARO ‘OH TURANG’

OH TURANG

Oh, turang, turang ku, turang

Ija deleng erdilo
Megersing pagena mejile
Ija je me kap turang, sapo terulang
Kutimai kam turang ku, turang

Oh, turang, turang ningku, turang
Ijadah me kap kam kutimai
Cirem nari ukurku oh, turang
Sehkel ulina o, turang ku turang

Reff
Kubayu(bayundu: jiak yang melantunkan peria) tanda mata mejile
Man inget-ingetenta duana
Oh ,turang, turang ku, turang
Begiken sorangku o turang
Oh, turang tedeh kal ateku
Ijadah me kap kam kutimai
Aloi aku turang ku, turang

Lihat lagu Oh, Turang di youtube yang dinyanyikan oleh: Julianus P. Liembeng.

Sunting(Sinopsis)

Film Turang mengisahkan perjuangan masyarakat Karo dimasa penjajahan Belanda, khususnya di Kuta Seberaya(salah satu lokasi shooting) yang juga pernah menjadi pusat komando tentara Resimen IV dibawah pinpinan Djamin Ginting. Diceritakan dalam film ini, Wakil Komandan Rusli(diperankan oleh: Oemar Bach) terluka saat pertempuran, sehingga harus dirawat, dan perawatannya diserahkan kepada Tipi (Nizmah) yang merupakan adik dari Tuah(Tuahta Peranginangin) yang juga anggota laskar pejuang. Saat-saat perawatan menumbuhkan cinta antara Rusli dan Tipi, namun situasi yang saat itu genting membuat jalinan asmara itu harus tertahan. Serangan yang gencar dilakukan tentara Belanda membuat keberadaat laskar pejuang harus berpindah-pindah dan bergrilya, karena keberadaan laskar selalu dapat dibaca oleh Belanda atas informasi dari Dendam(Hadisjam Tahax) yang merupakan penghianat dan mata-mata untuk pihak Belanda.

Penghargaan dan Prestasi

Filim Turang merupakan film bernuasa perjuangan di daerah Karo, namun lagu dan filmnya berhasil nemikat hati masyarakat umum, bukan hanya orang Karo saja. Film ini juga diberitakan pernah diputar di biaskop Broadway – New York(Amerika), Belanda, dan tentunya di bioskop-bioskop di Indonesia. Pemutaran perdananya dilakukan di Istana Merdeka dan disaksikan langsung oleh Presiden Soekarno, para pejabat, dan pendukung film; serta dalam Pekan Apresiasi Film Nasional 1960 atau dalam Festival Film Indonesia (FFI) 1960, film ini berhasil meraih Piala Citra sebagai Film Terbaik. Dan, dari film ini juga Bachtiar Siagian berhasil meraih penghargaan sebagai sutradara terbaik, dan penghargaan pemeran pendukung terbaik yang diraih oleh Achmad Hamid, serta tata artistik terbai. Jadi, dalam FFI 1960 film Turang berhasil meraih penghargaan dalam empat(4) kategori. Film ini juga pernah diikut – sertakan dakam festival film Asia, walau tanpa penghargaan satupun.

Kontroversi

Kesuksesan film Turang dan para pendukung-nya ternyata tidak dapat dijadikan pembelaan agar film ini terhindar dari pemusnahan yang dilakukan Orde Baru. Keterlibatan Bachtiar Siagian dalam PKI, yang merupakan sutradara dari film ini membuat semua karya-karya beliau dimusnahkan, dan tak terkeculi film Turang juga ikut dimusnahkan.

Namun, bebrapa pendapat miring lainnya muncul, kalau pemusnahan permanen terhadap film Turang ini bukan semata-mata karena keterlibatan Bachtiar Siagian dalam PKI, akan tetapi, bayak yang berpendapat bahwa ini merupakan buntut dari keberpihakan masyarakat dan tokoh-tokoh Karo terhadap Soekarno. Kita ketahui kalau masyarakat Karo dan tokoh-tokoh Karo berjiwa Marhein dan merupakan Soekarnois sejati. Dan pernah dalam sebuah percakapan saya menangkap pernyataan yang tidak lazim, namun beberapa kali terlontar kalau Soeharto yang notabene-nya penguasa Orde Baru memiliki perselisihan dan kebencian terhadap salah seorang perwira Sumatera berdarah Karo Brigjen Djamin Ginting (anumerta Letnan Jendral), dimana dikabarkan beliau memberi dukungan penuh(juga dalam pendanaan) dalam proses produksi film ini. Hal ini dikaitkan dengan usaha-usaha penggulingan Soekarno. Kita ketahui kalau Brigjen Djamin Ginting dalah petinggi militer dalam Front Nasional pendukung setia Soekarno dalam kelompok Kubu Tengah AD Indonesia pimpinan Letjen. A. Yani yang dalam beberapa situasi sering berbeda paham dengan Kubu Kiri (PKI), serta Kubu Kanan AD Indonesia yang dipinpin oleh A. H. Nasution dan Soeharto.

Sebelum G 30 S / PKI meletus, Djamin Ginting diangkat menjadi anggota SUAD (Staf Umum Angkatan Darat) yang loyal kepada Letjnd. A. Yani. Dimana dalam proses penggulingan Soekarno yang dalam beberapa hasil kajian tidak lain dilakukan oleh Soeharto, dkk, dengan dalih kejadian G 30 S/PKI yang hingga kini masih kontoversi. 3 dari 6 perwira SUAD, yakni: Suprapto, D. I. Panjaitan, dan S. Parman dibunuh pada G 30 S, sehingga tinggal 3 perwira yang selamat yang harus juga segera disingkirkan, maka 2 dari 3 lainnya yakni Mursyid dan Pranoto akhirnya 8 bulan kemudian pasca G 30 S disingkirkan oleh Soeharto. Orang terakhir dari Staf Letjend. A. Yani yang tertinggal yakni Brigjend. Jamin Ginting yang awalnya dimanfaatkan Soeharto untuk menegakkan Orde Baru (juga Gakari cikal bakal Golkar) dan kemudian juga diabaikan bahkan, disingkirkan! Kejadian kebersamaan antara Soeharto dan Djamin Ginting ini dianggap masih kontroversi, bahkan tidak jarang muncul bisikan-bisikan kalau sesungguhnya kematian Djamin Ginting di Kanada saat menjabat Duta Besar RI tidak terlepas dari peran Soeharto (walau dalam laporan Djamin Ginting meninggal dunia akibat sakit). Ini dikatakan juga jadi alasan dimana film Turang yang disutradarai Bachtiar Siagian (terlibat PKI), bernuansa dan berlatar Karo(Soekarnois sejati), dan didukung penuh oleh Djamin Ginting(loyal kepada Soekarno dan A. Yani, serta kelompok Kubu Tengah AD-RI yang berselisih paham dengan Kubu Kanan AD-RI) harus dimusnahkan secara permanen!

Dimana film Turang sekarang?

Setelah dilakukan pemusnahan film-film yang dimasukkan dalam kategori kiri(berbau komunis), hingga kini tidak ada yang tahu apakan masih ada pertinggal dari film Turang ini. Ada sumber tulisan yang mengatakan kalau film Turang masih ada yang disimpan di musium ataupun kelektor di Belanda, namun, dimana? Hingga sekarang siapapun tidak ada yang tahu pasti.

Benarkah film Turang berhaluan kiri?

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, film Turang menceritakan perjuangan masyarakat Karo di Tanah Karo(Sumatera Timur, sekarang Sumatera Utara) melawan penjajahan Belanda, yang dibumbui dengan kisah romatisme. Jadi, buka film yang berusaha mengibarkan sebuah paham atau ideologi, ataupun, propaganda politik. Sehingga film Turang bukanlah film komunis, walau disutradarai oleh Bachtiar Siagian yang dituduh berhaluan kiri.
sumber: liriklagukaro.blogspot

This entry was posted in Berita, Berita dan Informasi Utk Takasima, Informasi Untuk Kab. Karo, Taneh Karo Simalem. Bookmark the permalink.