BONGBONG MARCOS NAIK TAKHKTA, PERINGATAN SERIUS BUAT PILPRES INDONESIA 2024?

Widodo SP – Bongbong Marcos meneruskan jejak ayahnya, Ferdinand Marcos, akan berkuasa sebagai Presiden Filipina. Kalau kita ingat, sang ayah dulu adalah Presiden Filipina pada saat Indonesia dipimpin oleh Soeharto, dengan cara memimpin yang bisa dibilang sebelas-dua belas alias mirip.

Saya nggak terlalu mengikuti apa yang terjadi di Filipina, malah saya sempat menyangka kalau si Manny Pacquiao-lah yang punya kans menang di sana, tapi malah si Bongbong Marcos yang jadi.

Namun, dari ulasan terbaru Denny Siregar yang saya sempat tonton di YouTube, saya dapat gambaran kenapa Bongbong ini bisa menang, yakni sedikitnya dengan dua cara:

Pertama, strategi cuci tangan alias menampilkan citra era sang ayah kepada generasi milenial, khususnya lewat bombardir pemberitaan dan gerilya di medsos supaya generasi pemilih yang terbesar itu buta sejarah, lalu menganggap kalau memenangkan dinasti Marcos adalah tindakan yang tepat.

Kedua, membangun image positif bahwa era Ferdinand Marcos lebih baik daripada era Presiden terkini, yang kalau kita ingat analoginya di Indonesia, mirip-miriplah sama ungkapan: “Piye, kepenak jamanku toh?” yang disertai seringai manis dari The Smiling General, yang berkuasa di RI selama 32 tahun.

Sempat saya lihat pula di ulasan Bang DS ada poster bertuliskan “God save Phillipines”, yang menunjukkan ada upaya penggiringan opini publik bahwa Filipina tidak sedang baik-baik saja, sehingga Tuhan perlu menyelamatkan … mungkin lewat Bongbong Marcos yang dianggap tepat mengemban tugas mulia dan penuh amanah itu.

Nah, saya ingat pada tayangan lain, masih berkaitan dengan Pilpres di Filipina, Bang DS merasa perlu membahas soal si Bongbong ini demi memperingatkan Indonesia yang akan menghelat Pilpres pada 2024 nanti, dengan mengungkapkan bahwa kelak setelah berkuasa Bong Bong akan membuat rakyat Filipina makin sengsara, karena “wajah asli” anak Ferdinand dan Imelda Marcos itu akan terbuka, lalu sifat aslinya keluar.

Yaah … soal itu sih memang baru sebatas dugaan, prediksi, atau pada tingkat berikutnya bisa dianggap sebagai warning. Cepat atau lambat waktulah yang akan membuktikan semua itu.

Nah, kalau dikaitkan dengan Pilpres 2024, dimana upaya untuk membersihkan nama atau citra tokoh tertentu dari stigma buruk kini tampaknya sudah mulai dilakukan di negeri kita, peringatan Bang DS tentu tidak bisa disepelekan. Cukuplah contoh buruk semisal yang terjadi di Jakarta pasca Pilgub 2017 lalu menjadi pelajaran se-Indonesia bahwa memilih pemimpin kudu hati-hati, jangan mudah terpesona atau terperdaya oleh hal-hal seperti seiman, santun, atau terlihat baik dan manis senyumnya … tapi nggak bisa kerja dan gemar habiskan duit rakyat buat proyek-proyek yang sebagian besar unfaedah.

Kita juga ingat belakangan upaya “rindu zaman Soeharto” masih terus diupayakan, untuk membuat citra pemerintahan Jokowi menjadi buruk, plus kalau bisa sebagian besar generasi milenial yang buta sejarah masa lalu diharapkan bisa tertipu, lalu kelak mendukung dan memilih Capres dan Cawapres yang seirama dengan kerinduan tadi.

Sampai hari ini memang belum terdengar dinasti Soeharto akan ikutan Nyapres pada 2024 nanti, meski ada dugaan kuat bahwa selama ini anak-anak Soeharto berperan besar dalam mendanai setiap aksi massa sebagai donatur. Hal ini sebagai reaksi atas nekatnya pemerintahan Jokowi, lewat menteri dan lembaga peradilan, mengusut dan mengadili, hingga menagih utang-utang anak-anak Soeharto hasil bagi-bagi proyek pada era bapak mereka.

Nah, sebelum Pilpres 2024 benar-benar digelar, kita masih punya waktu sekitar satu setengah tahun buat mengamati apa yang terjadi di Filipina, plus terus berupaya memerangi opini-opini menyesatkan yang berusaha menggiring generasi milenial agar mereka jangan sampai salah pilih pada 2024 nanti.

Biasanya, sosok yang menggunakan taktik kamuflase demi meraih jabatan sebagai presiden nggak butuh waktu lama untuk menunjukkan sifat dan motivasi aslinya ketika berkuasa, yang dimulai dari pemilihan orang-orang terdekat di lingkaran kekuasaan sebagai Presiden Filipina. Lihat saja sampai akhir tahun nanti apakah Filipina akan lebih baik atau rakyat mulai menyesal karena membiarkan dinasti Marcos kembali berkuasa.

Intinya, kayak kata Ahok: “Jangan mau dibohongin deh!”

Begitulah kura-kura…

sumber: seword

 

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.