KABUL, KOMPAS.com – Pemimpin tertinggi Afghanistan muncul di depan umum untuk kedua kalinya dalam enam tahun pada Minggu (1/5/2022), mengatakan kepada jamaah dalam perayaan Idul Fitri bahwa Taliban telah mencapai kebebasan dan keamanan sejak merebut kekuasaan tahun lalu.
Berbicara hanya beberapa hari setelah rangkaian bom meledak di Kabul, pria yang dikenal sebagai Hibatullah Akhundzada itu mendapatkan tingkat pengamanan yang sangat ketat di sekelilingnya.
“Selamat atas kemenangan, kebebasan dan kesuksesan,” katanya kepada ribuan jamaah di masjid Eidgah di selatan kota Kandahar, pusat kekuatan “de facto” kelompok garis keras Taliban dilansir dari AFP.
“Selamat atas keamanan ini dan untuk sistem Islam.”
Jumlah pemboman di seluruh negeri relatif menurun sejak Kabul jatuh ke tangan Taliban Agustus lalu.
Idul FItri Lebih Awal dari Pemerintah, Tarekat Naqsyabandiyah Gunakan Metode Ini
Tapi, serangan melonjak selama dua minggu terakhir bulan puasa Ramadhan, yang berakhir pada Sabtu (30/4/2022) untuk warga Afghanistan.
Puluhan warga sipil tewas dalam serangan sektarian, beberapa diklaim oleh ISIS, yang menargetkan anggota komunitas Muslim Syiah dan Sufi.
Pemboman Jumat (29/4/2022) di ibu kota menewaskan sedikitnya 10 orang.
Akhundzada menyampaikan pidato singkatnya dari salah satu barisan depan jamaah di Kandahar tanpa menoleh ke arah kerumunan, menurut unggahan media sosial.
Pejabat Taliban tidak mengizinkan wartawan untuk mendekatinya, seorang koresponden AFP melaporkan.
Dua helikopter melayang-layang di atas masjid selama acara yang berlangsung selama dua jam itu.
Itu adalah penampilan publik kedua Akhundzada sejak mengambil alih Taliban pada 2016.
Pada Oktober, dia mengunjungi masjid Darul Uloom Hakimiah di Kandahar, menurut rekaman audio yang diedarkan oleh akun media sosial Taliban.
Sosok yang tertutup
Profil tertutup Pemimpin tertinggi Afghanistan Hibatullah Akhundzada telah memicu spekulasi tentang perannya dalam pemerintahan baru Taliban, yang dibentuk setelah kelompok itu menguasai Kabul pada 15 Agustus — dan bahkan rumor kematiannya.
Profil publiknya sebagian besar terbatas pada pelepasan pesan selama hari libur Islam, dan Akhundzada diyakini menghabiskan sebagian besar waktunya di Kandahar.
Pada Jumat (29/4/2022), dalam sebuah pesan yang dirilis menjelang Idul Fitri, dia tidak menyebutkan pertumpahan darah yang mengguncang Afghanistan selama Ramadhan.
Dia justru memuji pembangunan “tentara Islam dan nasional yang kuat” dan “organisasi intelijen yang kuat” oleh Taliban.
Pada Minggu (1/5/2022), banyak warga Afghanistan lebih suka tinggal di dalam rumah setelah serangan mematikan baru-baru ini.
“Situasi rakyat kami sangat menyedihkan, terutama setelah apa yang terjadi di masjid-masjid,” kata warga Kabul Ahmad Shah Hashemi kepada AFP.
“Banyak orang muda dan tua telah menjadi martir. Orang-orang Afghanistan tidak memiliki apa-apa selain kesedihan.”
Serangan paling mematikan selama Ramadhan terjadi di provinsi utara Kunduz, di mana sebuah bom menghancurkan sebuah masjid saat sekelompok Sufi melakukan ritual.
Sedikitnya 36 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Sejauh ini belum ada kelompok yang mengklaim serangan itu.
sumber: kompas