COVID CHINA TERUS “MELEDAK” VAKSINASI JADI BIANG KELADINYA?

Foto: Lonjakan kasus covid-19 di China (AP/Andy Wong)

Jakarta, CNBC Indonesia – China kini mengalami kenaikan kasus Covid-19. Tercatat ada penambahan 22.000 lebih kasus baru sehari, baik bergejala atau tidak, dalam beberapa hari terakhir.

China juga mencatat kembali kematian Covid-19. Total ada belasan kasus kematian baru dalam seminggu ini.

Apa penyebab kasus melonjak?

Kenaikan kasus Covid-19 China disebabkan oleh Omicron. Masuknya subvarian BA.2 (anak Omicron) juga membuat kasus makin melejit.

China juga melaporkan mendeteksi subvarian Omicron lain yakni BA.1.1. Hal inilah yang mendorong kasus makin naik dalam dua bulan terakhir.

Bukan hanya itu, soal vaksin dan vaksinasi juga diduga menjadi penyebab lain. Namun WHO belum memaparkan jelas soal ini.

Dalam pernyataan pekan lalu, direktur program imunisasi dan vaksin WHO, Dr Kate O’Brien, hanya mengatakan badan tersebut juga telah berhubungan dengan otoritas kesehatan masyarakat di China. Ini untuk mendapatkan data lengkap terkait vaksinasi di negara itu.

“Kami akan terus mengikuti situasi itu karena terus muncul dan saat mereka menanggapi situasi sehingga kami dapat memahami sifat kasus, status vaksinasi yang mendasari dan komponen lain di sana,” tegasnya, dikutip CNBC International.

Merujuk Science.org, vaksin Covid yang sudah diberikan di China memang telah diperbarui untuk memerangi Omicron dan strain lainnya. Berbeda dengan barat yang menggunakan vaksin jenis messenger RNA (mRNA), rata-rata vaksin yang dibuat seperti Sinovac, Sinopharm, dan CanSino, merupakan vaksin virus yang tidak aktif.

Sebuah studi terbaru oleh kelompok HKU memberikan beberapa kepastian tentang efektivitas vaksin virus yang tidak aktif yang digunakan di China, yang belum mengizinkan mRNA. Tim menemukan bahwa dua suntikan mRNA memiliki efektivitas yang lebih tinggi daripada vaksin tidak aktif Sinovac-CoronaVac di antara orang dewasa berusia 60 dan lebih tua meski tiga dosis vaksin menawarkan perlindungan yang sangat baik terhadap penyakit parah dan kematian.

Zeng Yixin, wakil direktur Komisi Kesehatan Nasional, mengatakan pada konferensi pers Maret lalu bahwa di antara mereka yang berusia 80-an, baru 50% lebih yang mendapat dua suntikan. Hanya 19% yang menerima booster.

Di sisi lain, laporan Airfinity -perusahaan analisis kesehatan berbasis di London- mengatakan hampir 19% orang China di atas usia 60 tahun tidak divaksinasi pada pertengahan Maret. Dengan ini, dapat dikatakan tingkat vaksinasi pada orang tua di China rendah.

Menurut Airfinity, jika Omicron menyebar ke seluruh China, itu bisa menyebabkan 1 juta kematian dalam 3 bulan. Merujuk negara lain seperti Australia, Selandia Baru, dan Singapura, negeri-negeri itu bisa keluar dari strategi “nol Covid” setelah angka vaksinasi manula sangat tinggi, masing-masing hanya 1,2%, 0,6%, dan 0,4%.(sef/sef)
sumber: cnbc

This entry was posted in Berita, Informasi Kesehatan. Bookmark the permalink.