PERAYAAN DIWALI DI INDIA DI TENGAH BAYANG-BAYANG COVID, JUTAAN ORANG TERLIBAT, PEMERINTAH KHAWATIRKAN INFEKSI BERBAHAYA LAIN

Diwali merayakan kemenangan kebaikan atas kejahatan.

Jutaan orang di India merayakan festival Hindu Diwali. Kemeriahan festival dengan cahaya lampu yang berkilauan itu digelar di tengah kekhawatiran lonjakan kasus Covid-19 dan juga polusi udara.

Diwali merupakan festival terpenting di India. Dikenal sebagai festival cahaya, Diwali melambangkan kemenangan atas kegelapan dan kebaikan atas kejahatan.

Saat Diwali, orang-orang menyalakan lampu minyak atau lilin sambil berpesta, berdoa, dan, menyalakan kembang api.

Meskipun kasus telah turun jauh selama sebulan terakhir, India masih menjadi salah satu negara yang mengalami dampak terparah dari Covid-19.

Secara resmi tercatat lebih dari 35 juta kasus positif Covid-19 di India dan lebih dari 450.000 orang meninggal dunia akibat virus corona.

Bagi sebagian orang, Diwali menandai awal tahun baru. Perayaan ini juga dianggap puncak bagi orang India sebagai seorang individu dengan mengadakan pesta, bertemu teman dan keluarga, serta bertukar hadiah.

Saat perayaan Diwali, warga membeli perhiasan emas.

Tanggal pasti festival Diwali berubah-ubah setiap tahunnya, tergantung posisi bulan.

Namun, biasanya Diwali jatuh antara Oktober dan November. Tahun ini, Diwali dirayakan pada Kamis (04/11).

Seperti tahun lalu, banyak tradisi Diwali yang tidak dijalankan karena pandemi.

Pemerintah meminta warga untuk menghindari pertemuan besar dan menjauh dari tempat keramaian.

Warga banyak yang memilih perayaan sederhana di kuil, atau bahkan menggelar sesi doa melalui online untuk menghindari pertemuan.

Namun di ibu kota Delhi, warga berbondong-bondong memadati pasar menjelang festival.

Pemerintah setempat mengatakan hal itu bisa menyebabkan lonjakan infeksi berbahaya lainnya, yang akhirnya bisa membuat sistem perawatan kesehatan di India kolaps.

Keramaian di pasar Teen Darwaja jelang perayaan Diwali.

Saat puncak krisis Covid-19 di India pada April dan Mei lalu, rumah sakit kewalahan menangani pasien karena ketersediaan oksigen, obat-obatan, dan peralatan lainnya terbatas.

Krisis kesehatan masyarakat perlahan mereda.

India mencatat sekitar 10.000-12.000 kasus harian, dari yang sebelumnya mencapai 400.000 pada Mei lalu.

Pemerintah meminta warga tetap menjaga jarak interaksi saat perayaan Diwali.

Namun, para ahli telah berulang kali memperingatkan agar tidak berpuas diri. Mereka mengatakan gelombang infeksi ketiga tidak dapat dihindari.

Covid-19 bukan satu-satunya masalah. Penggunaan petasan selama perayaan Diwali memperburuk tingkat polusi setiap tahun.

Di Delhi, polusi udara naik ke tingkat yang berbahaya dan selimut kabut tebal menyelimuti kota.

Kualitas udara semakin memburuk pada November dan Desember karena para petani di negara bagian Punjab dan Haryana membakar sisa tanaman yang habis dipanen untuk membersihkan ladang mereka.

Studi di seluruh dunia mengaitkan polusi udara dengan jumlah kasus dan kematian Covid-19 yang lebih tinggi.

Sebuah studi Universitas Harvard menunjukkan bahwa peningkatan hanya satu mikrogram per meter kubik di PM 2.5 – polutan kecil yang berbahaya di udara – dikaitkan dengan peningkatan 8% dalam tingkat kematian Covid-19.

Menjelang Diwali, beberapa negara bagian memerintahkan larangan penggunaan petasan. Meski biasanya, larangan serupa sering dilanggar.
sumber: bbc

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *