NEWCASTLE UNITED DIBELI ARAB SAUDI

Newcastle United dibeli Arab Saudi: Bagaimana bisa terjadi, seperti apa reaksi suporter dan mengapa sampai menyeret isu HAM?

Pembelian klub sepak bola Liga Primer Inggris, Newcastle United, oleh konsorsium Arab Saudi senilai 305 juta pound sterling (Rp5,9 triliun lebih) telah disetujui.

Namun kesepakatan itu menimbulkan kontroversi besar, karena Arab Saudi dituduh berusaha mengalihkan perhatian dari catatan buruk hak asasi manusia di negerinya.

Sejumlah kritikus, di antaranya Amnesty International, menuduh negara kerajaan itu berupaya mengalihkan isu tersebut dengan cara melibatkan diri dalam dunia sepak bola papan atas yang glamor.

Mereka menganggap Arab Saudi menerapkan suatu strategi yang disebut sebagai pembersihan diri lewat olahraga.

Sebelumnya, Liga Primer mengatakan telah mendapat jaminan yang mengikat secara hukum bahwa Kerajaan Arab Saudi tidak akan mengendalikan Newcastle.

Dana Investasi Publik (PIF) Arab Saudi, yang akan menyediakan 80% dana sesuai kesepakatan, dipandang terpisah dari otoritas tertinggi negara itu.

Seorang fans Newcastle mengenakan topeng ala Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, Kamis (07/10), setelah konsorsium Arab Saudi dipastikan mengambil alih dari manajemen lama.

Kesepakatan itu dianggap sepenuhnya terlepas dari kehadiran Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, walaupun dia terdaftar sebagai ketua PIF.

Bagaimanapun, keputusan ini dirayakan suporter klub tersebut dengan berkumpul di luar stadion St James Park, kandang Newcastle, Kamis (07/10).

Persetujuan itu sekaligus mengakhiri 14 tahun masa jabatan Mike Ashley sebagai pemilik Newcastle United.

PIF yang memiliki aset sebesar £250 miliar menjadikan Newcastle sebagai salah satu klub terkaya di dunia.

Amanda Staveley, yang memimpin konsorsium, mengatakan pemilik baru membuat “investasi jangka panjang” guna memastikan Newcastle “secara teratur dapat bersaing untuk meraih berbagai kejuaraan bergengsi”.

Di turnamen tingkat lokal, Newcastle terakhir meraih prestasi juara Piala FA pada 1955.

Bagaimana proses pengambilalihan terjadi?

Tidak ada yang menyangka proses pengambilalihan klub akan selesai pada pekan ini.

Siapapun lebih berharap kesepakatan itu terjadi pada Januari 2022 ketika penyelesaian sengketa arbitrase antara calon pemodal baru dengan pengelola Liga Primer tentang siapa pemilik Newcastle, dijadwalkan.

Salah-satu yang menjadi kendalanya adalah isu pelanggaran hak asasi manusia yang dikaitkan dengan otoritas tertinggi negara itu.

Survei yang dibuat oleh Newcastle United Supporters’ Trust (NUST) menggungkapkan, 93,8% anggotanya mendukung.

Dengan demikian, yang perlu dilakukan konsorsium adalah membuktikan bahwa Dana Investasi Publik (PIF) Arab Saudi terpisah sepenuhnya dari negara.

Hal ini agaknya sulit direalisasikan karena Putra Mahkota Mohammed bin Salman juga terdaftar sebagai ketua PIF.

Namun dengan adanya jaminan hukum yang diberikan, persoalan itu dapat diatasi.

Konsorsium juga dapat memberikan contoh nyata bagaimana PIF sudah berinvestasi di sejumlah perusahaan, termasuk tim F1 McLaren, tanpa adanya kontrol negara.

Apa sikap fans atas guyuran modal dari Arab Saudi?

Tidak diragukan lagi, sebagian besar fans merayakan pengambilalihan ini, terlepas dari dampak putusan itu nantinya.

Survei yang dibuat oleh Newcastle United Supporters’ Trust (NUST) menggungkapkan, 93,8% anggotanya mendukung. Namun angka ini turun dari tahun sebelumnya, 97%.

Angka ini semakin menguatkan tuntutan para suporter yang meneriakkan di setiap laga bahwa pemiliknya sebelumnya, Mike Ashley, “harus ditendang dari klub”.

Sebagai manajer Newcastle, Steve Bruce hanya membawa 29 kemenangan dari 96 laga.

Pada musim ini, Newcastle tidak pernah menang dan berada di posisi terbawah Liga Primer.

Survei itu juga menyebutkan 94% menghendaki agar sang manajer, Steve Bruce, segera hengkang “demi kepentingan terbaik” dari klub.

Mayoritas suporter berharap pengambilalihan oleh konsorsium Arab Saudi ini akan menghapus kegagalan demi kegagalan klub tersebut.

Aset yang dimiliki PIF sebesar £250 miliar, tentu saja, mengerdilkan kekayaan pemodal dari Abu Dhabi atas klub Manchester City dan pemodal dari Qatar atas Paris St-Germain.

Mereka berharap pundi-pundi itu dapat mendatangkan pemain top asal Prancis, Kylian Mbappe, atau merekrut Antonio Conte sebagai pengganti Bruce.

“Kami tidak menuntut klub untuk memenangkan trofi musim depan. Kami hanya ingin pertumbuhan dan klub sepak bola yang menjadi lebih baik,” kata Greg Tomlinson dari Newcastle United Supporters’ Trust(NUST).

Bagaimana Newcastle menangani isu hak asasi manusia?

Terlepas dari desakan Liga Primer agar PIF terpisah dari otoritas tertinggi Kerajaan Arab Saudi, berbagai organisasi hak asasi manusia masih meyakini hal itu sulit dilepaskan.

Amnesty International, melalui pimpinannya di Inggris, Sacha Deshmukh, mengatakan:

“Sejak kesepakatan ini pertama kali dibicarakan, kami mengatakan ini merupakan upaya otoritas Saudi untuk membersihkan catatan hak asasi manusia mereka yang mengerikan dengan sepak bola papan atas yang glamor.”

Para pegiat HAM lainnya mengatakan kepada BBC bahwa persoalan HAM ini tidak akan hilang, meskipun proses pengambilalihan klub itu sudah tuntas.

Dia juga menyoroti sosok Mohammed bin Salman sebagai pimpinan PIF dan masih menjadi orang yang sama pada 2018 “ketika dia memerintahkan pembunuhan [jurnalis] Jamal Khashoggi”.

Lina al-Hathloul, yang saudara perempuannya Loujain ditahan di penjara karena memprotes hak perempuan untuk mengemudi, mengatakan aksi protes dapat terjadi di stadion Newcastle, yang disebutnya akan “mempermalukan” Arab Saudi.

Dia juga menyoroti sosok Mohammed bin Salman sebagai pimpinan PIF dan masih menjadi orang yang sama pada 2018 “ketika dia memerintahkan pembunuhan [jurnalis] Jamal Khashoggi”.

Badan-badan intelijen Barat meyakini dia memerintahkan pembunuhan Khashoggi – sebuah tuduhan yang dibantah berulangkali oleh sang Putra Mahkota.

Greg Tomlinson, dari Newcastle United Supporters’ Trust (NUST), mengatakan:

“Klub dibeli dan dijual pada tingkat tertinggi oleh miliarder dan negara berdaulat, dan kami tidak memiliki suara dalam hal itu.

“Tetapi sebagai organisasi pendukung, kami akan selalu menentang diskriminasi dan penyalahgunaan hak asasi manusia,” katanya.

“Kami akan menggunakan pengaruh kami untuk melakukan perubahan sejauh kami mampu.”

Amanda Staveley membantah pengambilalihan itu terkait upaya menjadikan olahraga sebagai upaca pencucian dari isu HAM.

Amanda Staveley, yang memimpin konsorsium PIF, membantah pengambilalihan itu terkait upaya menjadikan olahraga sebagai upaca pencucian dari isu HAM.

“Mitra kami bukan negara Saudi, ini PIF. Saya butuh empat tahun untuk sampai ke sini dan saya telah bekerja dengan tim hebat.

“Saya percaya pada penilaian mereka tentang apa yang bagus untuk Newcastle,” ujarnya.

Seperti apa visi pemilik baru klub?

Didukung oleh limpahan duit PIF, konsorsium ini juga terdiri dari PCP Capital Partnersyang dipimpin Staveley dan investor properti asal Inggris, Reuben Brothers.

Amanda Staveley, yang berasal dari Yorkshire, tak bisa melepaskan tentang kekagumannya saat pemodal dari Abu Dhabi mengambilalih klub Manchester City 13 tahun silam, di mana dia juga terlibat di dalamnya.

Kini, setelah pengambilalihan klub Newcastle selesai, Staveley berkata: “Kami jelas ingin membidik tropi. Itu yang akan dikatakan setiap pemilik klub sepak bola sejak hari pertama.”

“Tapi tropi membutuhkan investasi, waktu, kesabaran, dan kerja tim. Untuk sampai ke sana, kami ingin para penggemar memahami dan mempercayai kami dan kami akan mendengarkan suara Anda.”

Dari sudut pandang klub, salah satu agenda utama dirinya adalah merombak struktur klub dan meningkatkan komunikasinya dengan para suporter.

Bagaimana nasib Steve Bruce?

Steve Bruce, yang menyebut dirinya sebagai fans Newcastl, mengatakan “hanya menginginkan yang terbaik untuk klub, dan jika itu berarti pengambilalihan, maka itu bagus”.

Tetapi dengan pemilik baru yang berusaha membangun ikatan dengan suporternya, posisi manajer berusia 60 tahun itu terancam.

“Tapi tropi membutuhkan investasi, waktu, kesabaran, dan kerja tim….”

Ditanya tentang masa depan Bruce, Staveley berkata: “Semua pertanyaan itu untuk bulan depan, itu bukan pertanyaan untuk hari ini. Kami ingin melakukan tinjauan dan kami akan kembali ke poin itu.”

Dia sebelumnya memuji mantan manajer Newcastle, Rafael Benitez, ketika dia pertama kali pindah ke klub itu pada 2018.

Namun pelatih asal Spanyol itu membuat awal yang baik dengan Everton musim ini.

Para fans Newcaslte mengatakan mereka menginginkan sosok Conte, eks manajer Juventus, timnas Italia dan Chelsea.

Mantan manajer Chelsea, Frank Lampard, dan mantan manajer Sheffield United, Chris Wilder, juga dilirik.

Bagaimanapun, setelah penampilan yang buruk di awal musim Liga Primer, tujuan terpenting adalah mempertahankan posisi klub di papan atas.

Tetapi bagi banyak penggemar, masa depan Newcalste kini tiba-tiba terlihat lebih cerah.
sumber: bbc

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *