ISU PKI ADALAH ISU SAMPAH! BEGINI CARA MENYIKAPI DAN MEMAHAMINYA!

Abu Daeng Al-Makasary – Terlalu jelas apa yang hendak digembor-gemborkan oleh kelompok barisan sakit hati karena di pemerintahan ini mereka sangat terganggu kepentingannya. Mau mereka, kekuasaan itu berpihak kepadanya sehingga apa saja yang dilakukannya mulus tanpa rintangan berarti. Bahkan kalau mereka berbuat dholim atau semena-mena kepada rakyat, mereka bisa lolos dari segala jeratan tuntutan.

Gambaran itu pernah terjadi di zaman orde baru. Ada berapa banyak kasus besar yang bisa terang benderang? Ada berapa banyak orang yang bisa dengan mudah hilang karena melakukan kritik pedas yang menganggu kepentingan penguasa orba saat itu? Ini jauh beda dengan saat sekarang.

Justru sekarang para penjahat HAM bisa berlindung atas nama HAM. Atau pun penjahat kelamin bisa berlindung dengan mengatasnamakan agama. Atau provokator dengan leluasa menyemprotkan hoax dan fitnah agar terjadi pecah belah antar anak bangsa, juga bisa menggunakan atas nama agama.

Para teroris pun bisa berlindung atas nama HAM, namun ketika mengebom, mereka tidak mau disebut sebagai pelanggar HAM, maunya mereka itu disebut sebagai pejuang agama. Asem!

Atau kelompok kriminal bersenjata di Papua pun bisa berlindung atas nama HAM, namun ketika mereka melakukan pembunuhan dan pembantaian terhadap tenaga medis atau para pekerja infrastruktur, mereka tidak menyebutnya pelanggaran HAM. Mereka seperti mandek berpikir, bahwa para tenaga medis dan para pekerja infrastruktur adalah orang-orang yang ikut berkontribusi membangun tanah Papua.

Belum lagi para provokator yang berlabel SJW itu diam melompong menyaksikan aksi brutal KKB. Mereka berteriak ketika negara dan anak bangsa membela tanah air ini.

Kata orang tua dulu, mana ada maling yang mengaku. Mungkin ini sama keadaannya para penganggu negeri ini yang saat ini sedang asyik ingin menciptakan ketakutan di tengah masyarakat dengan menghembuskan isu PKI.

Meskipun basi, tetapi tetap mereka lakukan. Mungkin karena itulah yang bisa mereka kerjakan atau skill mereka memang penyembur ketakukan. Persis di zaman orde baru, banyak orang ketakutan bersuara untuk melontarkan kritik yang membangun, karena kalau itu dilakukannya, bisa tidak berumur panjang alias “dilenyapkan”.

Kritikan masa orde baru sebenarnya bagus untuk membangun negeri dengan cepat mencapai kemajuan, hanya saja penguasa waktu itu sangat rakus, menciptakan kekayaan bagi kelompoknya atau keluarganya dan berbagai koleganya, akhirnya terjadi jurang sosial yang sangat lebar, dan efek dari itu, saat terjadi krisis moneter tahun 1998, akhirnya kolaps.

Coba kalau penguasa orde baru mau menerima kritik dan tidak terlalu rakus, mungkin saat ini Indonesia sudah sangat berjaya, dan para keturunan penguasa orde baru itu pun bisa bagus namanya dan dielu-elukan rakyat, sehingga tidak ada yang membantah atau tertawa ketika keluar slogan “Enak jamanku toh.” Tapi sudahlah, itu masa lalu, percuma juga mengungkitnya tanpa menjadi penyadaran.

Namun yang perlu dicermati adalah para pengasong isu PKI di setiap tanggal 30 september di era Jokowi ini. Mereka seperti ingin menciptakan kebencian yang sangat mendalam kepada pemerintahan Jokowi, karena kalau isu PKI terus digemborkan, bisa jadi masyarakat pun terpengaruh dan mengarahkan perhatiannya bahwa narasi PKI sudah masuk ke Istana. Itu kan yang dulu pernah digoreng?

Bahkan ada beberapa ustad radikal yang dikerahkan untuk menyebarkan isu PKI ini. Itu semua agar benak dan alam bawah sadar masyarakat selain berisi ketakutan dan rasa was-was sekaligus membangkitkan kebencian kepada pemerintahan saat ini, dan pada akhirnya menimbulkan rasa tidak percaya kepada pemerintah.

Jika itu berhasil, maka kesalahan-kesalahan atau dosa-dosa masa lalu rezim orde baru bisa terhapus. Padahal tahu sendirilah, banyak sekali misteri atau tanda tanya tentang siapa sih yang merancang gerakan sadis yang terjadi di 30 september 1965 itu.

Maka tidak mengherankan jika Prabowo yang sudah bergabung di kabinet Jokowi, diam seribu bahasa saat anak buahnya seperti Fadli Zon bernyanyi sumbang tentang isu PKI. Prabowo masih ambisi untuk menjadi RI 1, meskipun sudah tua. Dan banyak orang sudah tahu siapa sih Prabowo? bukankah doski pernah merasakan enaknya kekuasaan di orde baru?

Dan pasti doski akan berkata jika ditanya soal capres “Kalau rakyat menghendaki saya jadi presiden kenapa tidak? Kalau demi bangsa dan negara saya siap”

Banyak kalimat yang terlontar dengan kamuflase seperti itu, sama halnya yang mengatakan rela mati demi agama, atau saya tidak terima kalau agamaku dihina, kalau diriku dihina silahkan, tapi tidak dengan agamaku.

Lalu, dengan atas nama agama seperti itu, justru melakukan tindakan yang tidak sejalan dengan agama. Agama Islam ajaran pertamanya adalah iqra atau bacalah, lalu sering disinggung “Tidakkah kau berpikir” sehingga hal ini menunjukkan bahwa agama Islam itu mengedepankan sikap-sikap intelektual bukan sikap barbarisme atau jahiliyah. Begitu kan? Tapi orang-orang itu mengaku membela agama dengan sikap barbarisme yang penuh kebencian, jadi bela siapa dong? Genderuwo?

Jadi isu PKI yang disemprotkan oleh orang-orang yang terganggu kepentingannya di era saat ini bukanlah demi menyelamatkan NKRI, tapi itu adalah kelicikan yang mereka bangun untuk kepuasaan memuluskan ambisi kekuasaannya, dan pada akhirnya yang rugi adalah rakyat sendiri, karena ternyata isu PKI cuma sampah yang tidak produktif, buang-buang waktu saja mendengarkan mereka.

Untuk melawan paham komunis atau paham apa saja yang bisa merugikan termasuk paham radikalisme yang mengatasnamakan agama tapi merusak adalah dengan cara memperkuat ideologi Pancasila. Pancasila harus diaplikasikan secara maksimal, sehingga otomatis tergerus ideologi atau sifat-sifat PKI, atau pun sikap radikal intoleran ekstrimis.

Pancasila untuk bisa diaplikasikan dengan baik, tentu perlu terus menerus dipahamkan di masyarakat, tidak hanya bentuk-bentuk seremonial semata atau bahkan tidak cukup dengan grafis semata. Pancasila adalah olah pikir yang cerdas dan bijaksana, maka untuk memahaminya maka pikiran pun harus dibersihkan dulu dari sampah-sampah hoax seperti isu PKI itu.

Kura-kura begitulah…

sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *