Kepanikan terjadi di bandar udara Kabul, Afghanistan, Senin (16/08) menyebabkan setidaknya lima orang meninggal setelah Taliban menguasai ibu kota.
Dua pria bersenjata ditembak mati tentara Amerika Serikat sementara tiga orang lainnya dilaporkan meninggal karena jatuh dari sisi pesawat, tempat mereka mencoba bertahan tak lama setelah pesawat lepas landas.
Ribuan orang berkumpul di bandara sejak Taliban mengambil alih Kabul.
Banyak negara Barat yang telah memulai evakuasi warga mereka.
Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan Indonesia tengah mematangkan evakuasi dan kantor KBRI tetap diperhahankan sambil memantau situasi keamanan dengan staf yang bertugas dikurangi.
Para saksi mata di Kabul mengatakan kepada BBC, setidaknya ada tiga jenazah, dan tidak jelas apakah mereka meninggal karena tertembak atau akibat terinjak-injak karena panik setelah pasukan Amerika Serikat yang menguasai bandara melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan massa.
Kantor berita Reuters menyebutkan jumlah yang meninggal lebih tinggi dengan mengutip satu saksi mata yang mengatakan melihat jenazah lima orang diangkut. Saksi mata lain mengatakan tidak jelas apakah korban karena tertembak atau meninggal karena terinjak-injak.
Kelompok hak asasi, Amnesty International mengatakan apa yang terjadi Senin (16/08) di Afghanistan adalah tragedi yang seharusnya diantisipasi dan dapat “dicegah”.
“Masalah ini akan semakin parah bila tidak ada tindakan cepat dari komunitas internasional. Ribuan orang Afghanistan menghadapi risiko serius tekanan Taliban…,” kata Agnes Callamard. Sekretaris Jendral Amnesty.
Pesawat komersial telah dibatalkan. Sebelumnya, AS mengatakan semua staf kedutaan telah berada di bandara internasional dan siap diterbangkan.
Kementerian Luar Negeri AS mengatakan selain menerbangkan ribuan warga AS dan keluarga, mereka juga akan mempercepat evakuasi warga Afghanisan yang berhak mendapatkan visa khusus AS.
AS telah mengirimkan 6.000 pasukan untuk membantu evakuasi.
Lebih dari 60 negara mengeluarkan pernyataan bersama dan menyerukan agar Taliban mengizinkan orang meninggalkan negara itu.
Sementara itu , Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan tetap mempertahankan kantor KBRI di Kabul dengan memperkecil jumlah staf yang bekerja sambil memantau situasi keamanan.
“Betul, KBRI masih menjalankan fungsinya,” kata Juru bicara Kemenlu Indonesia, Teuku Faizasyah kepada BBC News Indonesia, Senin (16/08) pagi.
Faizasyah menambahkan dengan dinamika politik yang terjadi di sana, sejumlah staf yang bekerja rencananya akan dievakuasi. Tapi tetap mempertahankan staf inti.
“Ini masih kita terus pastikan, setidaknya tadi unsur diplomat, unsur keamanan dan administrasi tidak lebih dari sepuluh,” katanya
Sejauh ini KBRI Kabul tetap berpegang pada rencana kontijensi yang menjadi pegangan untuk penanggulangan situasi kritis dan darurat.
“Seperti perkembangan di Kabul ini pun sudah melalui konstultasi (pemerintah pusat) dan yang pokok adalah tugas itu tidak akan disfungsi, namun jumlahnya akan diperkecil sesuai kebutuhan,” lanjut Faizasyah.
Jumlah WNI yang berada di Afghanistan dilaporkan sebanyak enam orang. “Ada beberapa yang bekerja untuk misi PBB, sehingga mereka terikat kontrak dan bisa saja mereka ikut apabila pemulangan dilakukan,” kata Faizasyah.
Selain itu, Faizasyah juga mengatakan staf dan diplomat Indonesia yang masih bertugas di Kabul sudah mendapat jaminan keselamatan dari pihak Taliban.
“Sudah memperoleh juga. Kalau kita cermati ke belakang di mana Indonesia ikut aktif dalam proses perundingan damai yang dilakukan pemerintah, dengan Afghanistan. Kita ikut hadir paling tidak, dilibatkan sebagai partisipan,” katanya.
Sebelumnya, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani telah meninggalkan negara itu ketika kelompok bersenjata Taliban memasuki ibu kota, Kabul pada Minggu (15/08).
Ia dilaporkan terbang menuju Tajikistan. Wakil Presiden Amrullah Saleh juga dilaporkan menyelamatkan diri ke luar negeri.
Kepastian kepergian Presiden Ghani antara lain dikonfirmasi oleh Abdullah Abdullah, Ketua Dewan Tinggi Rekonsiliasi Nasional, lembaga yang dibentuk untuk berunding dengan unsur-unsur Taliban.
Menyebutnya sebagai “mantan presiden”, Abdullah mengatakan Ghani telah “meninggalkan bangsa dan negara ini dalam situasi yang seperti ini”.
Kemacetan luar biasa terjadi di seluruh sudut kota Kabul ketika warga berusaha melarikan diri. Pengungsi dalam negeri yang sebelumnya menyelamatkan diri dari pertempuran di daerah-daerah kini berusaha kembali ke desa-desa mereka.
Di sejumlah sudut kota, anjungan tunai mandiri dirusak setelah kehabisan uang.
Rekaman video yang disiarkan oleh kantor berita pro-Taliban menunjukkan para tahanan dibebaskan dari Penjara Pul-e-Charkhi di Kabul – penjara terbesar di Afghanistan.
Juru bicara Taliban, Suhail Shaheen mengatakan kepada BBC bahwa penduduk Kabul tidak perlu mengkhawatirkan keselamatan nyawa dan harta benda mereka.
“Kami adalah abdi rakyat dan abdi negara ini,” kata Shaheen.
Ditambahkan Shaheen bahwa kelompoknya tak menghendaki warga melarikan diri, tetapi tetap tinggal di negaraa itu dan membantu pembangunan kembali pasca-konflik.
Sebelumnya, sejumlah saksi mata menyatakan bahwa milisi itu hanya menemui sedikit perlawanan menuju Kabul.
Pimpinan Taliban memerintahkan para anggotanya untuk menahan diri melakukan kekerasan dan menjamin keamanan bagi mereka yang ingin meninggalkan Afghanistan lewat Kabul.
Demikian ungkap seorang pimpinan Taliban di Doha, Qatar, kepada kantor berita Reuters.
Dia juga meminta para perempuan untuk menuju ke kawasan perlindungan.
Gerak cepat Taliban
Kurang dari dua hari, kelompok militan Taliban telah menguasai dua ibu kota provinsi di Afghanistan, sebulan setelah penarikan tergesa-gesa pasukan koalisi Barat dari negara tersebut.
Taliban mengeklaim telah menguasai kota Sheberghan di provinsi Jawzjan, dan merebut kota Zaranj, di provinsi Nimroz.
Seorang juru bicara kementerian pertahanan Afghanistan mengatakan kepada BBC bahwa pasukan pemerintah masih berada di kota Sheberghan dan akan segera menyingkirkan Taliban dari sana.
Namun, penguasaan ini adalah pukulan besar bagi pasukan keamanan Afghanistan, yang harus mennghadapi pertempuran di seluruh negeri.
Ada juga laporan tentang pertempuran sengit di Kunduz di utara dan Lashkar Gah di selatan.
Militan Taliban telah membuat kemajuan pesat dalam beberapa pekan terakhir, merebut sebagian besar pedesaan, dan sekarang menargetkan kota-kota utama.
Kekerasan meningkat di Afghanistan setelah Amerika Serikat dan negara internasional lainnya menarik pasukan mereka dari negara itu, setelah 20 tahun operasi militer.
sumber: bbc